Kabupaten Puncak Jaya
Kabupaten Puncak Jaya dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 52 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak Jaya, Paniai, Mimika dan Perubahan Nama dan Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Paniai di Wilayah Propinsi Daerah TK I Irian Jaya. Selanjutnya diperkuat dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong.
Seiring dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan untuk memperpendek rentang kendali pelayanan, maka Kabupaten Puncak Jaya telah dimekarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak. Saat ini Kabupaten Puncak Jaya terdiri dari 8 distrik (Distrik Mulia, Distrik Ilu, Distrik Fawi, Distrik Mewoluk, Distrik Yamo, Distrik Tingginambut, Distrik Torere, dan Distrik Jigonikme).
Untuk lebih memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat yang terisolir di pedalaman, maka dilakukan pemekaran kampung dari 67 kampung menjadi 302 kampung yaitu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Puncak Jaya Nomor: 2 Tahun 2008.
Luas wilayah Kabupaten Puncak Jaya adalah 6.477,65 KM2, dengan jumlah penduduk 256.314 jiwa (Februari 2013) yang sebagian besar tersebar dan bermukim di balik-balik gunung dan lembah dengan kondisi kehidupan yang serba terbatas.
Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Puncak Jaya berada pada posisi 137o15” – 138o15’’ Bujur Timur dan 2o0” – 3o0” Lintang Selatan. Letaknya berada di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua dengan keginggian antara 500 s/d 4.500 M di atas permukaan laut. Hampir 95% wilayah Kabupaten Puncak Jaya merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan struktur tanah yang berbatu, dan hanya kurang lebih 5% yang merupakan dataran rendah yaitu Distrik Fawi dan Torere.
Di sebelah utara, Kabupaten Puncak Jaya berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya; lalu di sebelah timur berbatasan dengan Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara; di sebelah selatan, Kabupaten Puncak Jaya berbatasan dengan dengan Distrik Agadugume Kabupaten Puncak, dan distrik Tiom Kabupaten Lanny Jaya; sementara di sebelah barat, berbatasan dengan Distrik Sinak, Distrik Pogoma dan Distrik Doufo Kabupaten Puncak.
Meskipun secara umum kawasan Kabupaten Puncak Jaya termasuk beriklim tropis seperti kebanyakan daerah lainnya di Provinsi Papua, namun kawasan ini memiliki pula beberapa kondisi yang spesifik lokal.
Hujan di kawasan Kabupaten Puncak Jaya terjadi hampir sepanjang tahun dengan jumlah curah hujan setahun mencapai 3.935 mm. Jumlah hari hujan rata-rata pertahun 206 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni mencapai 456 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Nopember yakni mencapai 203 mm.
Suhu udara tertinggi 32oC, suhu udara terendah 9oC pada malam hari dan kelembaban udara rata-rata 83,7 %. Kabut sering terjadi pada pagi dan sore hari, sehingga sering menghambat/mengganggu lalu lintas penerbangan. Pada malam hari suhu udara cukup dingin. Di daerah pegunungan suhu udara mendekati titik beku. Kecepatan angin rata-rata antara 1,0-2,4 knot/jam, penyinaran matahari antara 14,3-26,6, sedangkan kelembaban nisbi berkisar antara 75-85%.
Kependudukan
Berdasarkan data Dinas Kependudukan Kabupaten Puncak Jaya, jumlah penduduk Kabupaten Puncak Jaya mencapai 256.314 jiwa, yang tersebar dalam 8 wilayah administrasi distrik, dengan laju pertumbuhan penduduk berada pada level moderat sebesar 12%. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Puncak Jaya didorong oleh terbentuknya kabupaten baru dan migrasi penduduk dari daerah lain dan terbukanya lapangan pekerjaan. Tingkat kepadatan penduduk masih relatif jarang yaitu 25 orang/km2, yang meningkat pada tahun 2013 menjadi 39,5 Orang/km.
Bila dilihat berdasarkan distrik, sebaran penduduk Kabupaten Puncak Jaya belum merata. Distrik dengan jumlah penduduk terbanyak adalah distrik Mulia (87,248), disusul distrik Tingginambut (41,235), dan distrik Ilu (31,667) jiwa. Komposisi jumlah penduduk Kabupaten Puncak Jaya dilihat dari Jenis kelamin, dan sebaran di setiap distrik serta jumlah kampung dan jumlah kepala keluarga disetiap distrik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Karakteristik sungai di kabupaten Puncak Jaya pada umumnya bermuara ke Pantai Utara Pulau Papua, dengan sungai utama adalah bagian hilir Sungai Mamberamo (Roufear). Sungai-sungai di daerah ini pada umumnya kecil-kecil dengan kondisi air dangkal dan deras. Kondisi drainase wilayah pada umumnya cukup baik. Hal ini terlihat dari keadaan hanya sebagian kecil wilayah yang tergenang yaitu sebagian dari wilayah Distrik Fawi dan Torere.
Penduduk kabupaten Puncak Jaya terdiri atas suku-suku asli yang mendiami kawasan pegunungan tengah yang terdiri dari:
Suku Lani/dani,
Suku Damal,
Suku Dawa,
Suku Wano,
Suku Nduga,
Suku Turu dan sebagian kecil suku lainnya (pendatang).
Pemukiman penduduk pada umumnya terletak di lembah dan lereng perbukitan pada ketinggian antara 500 – 2400 m di atas permukaan laut dengan distribusi penduduk yang tidak merapa. Mata pencaharian penduduk kabupaten Puncak Jaya utamanya adalah pertanian, peternakan, dan Kerajinan tangan.
Pertumbuhan Ekonomi
Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama tiga tahun terakhir, Kabupaten Puncak Jaya mengalami pertumbuhan ekonomi yang sedikit berfluktuasi. Tahun 2009, tercatat perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 8,53 persen dan pada tahun 2010, perekonomian Kabupaten Puncak Jaya mengalami peningkatan pertumbuhan, dengan pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 9,57 persen. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai pertumbuhan ekonomi di tahun 2008. Dari Sembilan sektor ekonomi yang ada di Puncak Jaya, hanya sektor listrik dan air bersih yang mengalami penurunan pertumbuhan yaitu turun sebesar 10,27 persen (-10,27 persen). Hal ini disebabkan oleh kegiatan perekonomian pada sub sektor listrik yang mengalami pemadaman listrik selama tiga bulan dari bulan September sampai bulan November. Sedangkan sektor yang lain semuanya menunjukan peningkatan aktivitas.
Sektor pertanian yang menjadi sektor andalan mampu tumbuh 6,48 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya (3,50 persen). Pada tahun 2010 pembangunan infrastruktur di Kabupaten Puncak Jaya mengalami perlambatan pertumbuhan. Setelah pada tahun 2009 tumbuh 16,84 persen, dan pada tahun 2010 ini menurun menjadi 12,65 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,64 persen, meningkat sedikit dibanding tahun sebelumnya, yang tumbuh sebesar 7,95 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai tambah sebesar 22,57 milliar rupiah mampu tumbuh 11,47 persen, perlambatan dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar 13,60 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasajasa masing-masing tumbuh sebesar 5,75 persen; 18,53 persen; dan 12,84 persen. Hanya sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya yang masing–masing tumbuh 11,65 persen; 12,43 persen; dan 10,66 persen (sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan).
Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan Data BPS Kabupaten Puncak Jaya, Puncak Jaya Dalam Angka dalam Angka Tahun 2010, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Puncak Jaya mencapai 68,27 atau berada pada urutan kedelapan di Provinsi Papua setelah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Kabupaten Yapen, Kabupaten Keerom, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Supiori.
Tingkat harapan hidup Kabupaten Puncak Jaya mencapai 67,62 tahun, atau berada pada urutan kelima di Provinsi Papua, yaitu setelah Kabupaten Mimika 70,20 tahun, Kota Jayapura 68,46 tahun, Kabupaten Kepulauan Yapen 65,04 tahun dan Kabupaten Paniai 67,70 tahun. Rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat per kapita menurut jenis pengeluaran makanan sebulan di Kabupaten Puncak Jaya tahun 2010, konsumsi makanan per kapita sebulan sebesar Rp. 286.203,- sedangkan pengeluaran non makanan sebesar Rp. 105.170,- sehingga total rata-rata pengeluaran per kapita perbulan sebesar Rp. 391.373,-.
Pada tahun 2010 penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Puncak Jaya yang dapat membaca dan menulis sebesar 86,81% angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Angka melek huruf Kabupaten Puncak Jaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka melek huruf Provinsi Papua yang mencapai 75,60%. Angka melek huruf Kabupaten Puncak Jaya menempati Urutan kesepuluh di Provinsi Papua, yaitu setelah Kota Jayapura, Biak Numfor, Kabupaten Jayapura, Merauke, Supiori, Keerom, Mimika, Kepulauan Yapen, Nabire, Serui, Waropen dan Paniai.
Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Puncak Jaya tahun 2010 mencapai 6,11 tahun. Angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya, dengan kata lain rata-rata penduduk di Kabupaten Puncak Jaya mengenyam pendidikan hingga lulus SD, sehingga belum bisa menikmati program wajib belajar 9 tahun.
Pendidikan
Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa, oleh karaena itu perlu diupayakan peningkatan sumber daya manusia demi tercapainya keberhasilan pembangunan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan formal maupun informal.
Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program belajar 9 tahun dan sampai saat ini masih melanjutkan program belajar 6 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.
a. Partisipasi Sekolah
Partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Puncak Jaya dalam pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah diharapkan akan dapat memberikan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengkaji partisipasi sekolah merupakan suatu indikator proses yang manunjukkan proses pendidikan atau bagaimana proses pendidikan diimplementasikan di masyarakat. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan adalah angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi sekolah (APS), dan angka partisipasi murni (APM).
b. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang /telah menerima pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya 2011, nilai APK pada jenjang sekolah dasar pada tahun 2010 sebesar 72,73. Angka ini menunjukkan presentase murid yang sedang sekolah di jenjang SD / sederajat yang berumur 7- 12 tahun bahkan lebih atau kurang.
APK untuk jenjang SMP sebesar 47,06 sedangkan untuk jenjang SMU sebesar 71,43. Hal ini mengindikasi bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13 – 15 tahun dan 16-18 tahun yang sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisahnya sedang sekolah pada jenjang pendidikan dibawahnya/diatasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi. Oleh karena itu, untuk memperjelas lagi arti APK diperlukan indikator APM dan APS.
c. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka partisipasi murni (APM) dapat menunjukkan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut defenisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APK-nya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.
APK pada jenjang SD/Sederajat pada tahun 2010 sebesar 72,73 persen sedang APM SD/sederajat hanya sebesar 52,27 persen berarti bahwa murid SD/sederajat yang berumur 7-12 tahun sebanyak 52,27 persen sedang selisih antara APK dan APM sebesar 20,46 persen memiliki arti bahwa diantara murid SD/sederajat terdapat 20,46 persennya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun.
d. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan yang sedang bersekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar.Indikator inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya programtersebut. Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD > 95% dan APS SMP > 70%.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya 2011 (hasil SUSENAS tahun 2010), APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 52,27 persen. Adapun untuk APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 52,94. Hal ini menunjukkan bahwa APS SD/sederajat dan APS SMP/sederajat belum memenuhi target wajib belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan kebijakan pemerintah tentang program wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Puncak Jaya belum berhasil (Lihat Tabel 4.,2). Bila dibandingkan dengan APS propinsi Papua, daya serap pendidikan untuk anak usia sekolah SD (7-12 tahun) dan usia sekolah SMP (13-15 tahun) di Kabupaten Puncak Jaya lebih kecil dari Propinsi Papua secara keseluruhan.
e. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktivitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktivitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya, 2011, sebagian besar penduduk di Kabupaten Puncak Jaya (usia 15 tahun ke atas) belum/tidak mempunyai ijazah SD yaitu mencapai 6,59 persen. Sebesar 17,58 persen memiliki ijazah tertinggi SD, 21,98 persen memiliki ijazah tertinggi SMP, dan 34,07 persen memiliki ijazah tertinggi SMA. Sedangkan yang memilik ijazah tertinggi Diploma I/II/III/S1/S2/S3 hanya sebesar 19,78 persen.
Kesehatan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya tahun 2011, lebih dari 80% penyebab kematian ibu hamil/banyi pada saat melahirkan/persalinan disebabkan oleh tiga masalah pokok yaitu, Pendarahan (40%-60%), infeksi jalan lahir (20%-30%) dan keracunan kehamilan (20%-30%. Ketiga hal ini berkaitan erat dengan dengan status gizi, hygiene-sanitasi, kesadaran hidup sehat dan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran penolong kelahiran sangat penting bagi keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan. Indokator ini cukup memegang peranan penting dalam melihat kondisi kesehatan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran dimana resiko kematian sangat tinggi.
Di Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2010 sebanyak 17,14% proses kelahiran pertama yang ditangani oleh tenaga medis bidan. Selain itu terdapat 82,86% proses kelahiran pertama yang ditangani oleh selain tenaga medis dan non medis yaitu family atau keluarga. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah tenaga medis yang kurang atau tidak merata di pelosok kampung di Kabupaten Puncak Jaya atau keberadaan sarana/fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman masyarakat.sebab lain yang mungkin adalah kurangnya kemauan masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya.
Indikator lain untuk menunjukkan derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan dan rata-rata lama sakitr yang dideritanya. Indikator ini menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami penduduk. Indikator ini juga menggambarkan besarnya kerugian yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian yang dialami. Pada tahun 2010 prosentase sakit penduduk Kabupaten Puncak Jaya sebesar 6,34% atau sebanyak 6 jiwa per 100 penduduk dengan rata-rata lama sakitnya selama 2,41 hari (BPS Puncak Jaya, 2011). Hal ini menunjukkan penduduk tersebut mengalami kerugian materil (ekonomi) rata-rata selama2,41 hari.
Salah satu sarana kesehatan di lever Distrik adalah keberadaan Puskesmas dan Puskesmas Rawat Inap. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Disamping puskesmas/puskesmas rawat inap, tingkat ketersediaan tenaga medis (dokter, bidang dan tenaga medis lainnya) dapat memberikan gambaran tingginya tingkat perlindungan terhadap penduduk. Jumlah sarana/prasarana kesehatan di Kabupaten Puncak Jaya (Tahun 2010) ; Puskesmas/Puskesmas rawat inap sebanyak 8 puskesmas, 10 puskesmas pembantu (pustu), sementara jumlah penduduk sebanyak 180.749 jiwa. Sedangkan jumlah tenaga medis (dokter dan bidan) yang tersedia sebanyak 209 orang, masing-masing tenaga medis mempunyai peranan penting terhadap kesehatan masyarakat dengan rata-rata setiap tenaga medis melayani sekitar 865 penduduk Kabupaten Puncak Jaya.
Pertanian
Seperti kondisi secara umum di bagian pegunugan tengah, sektor pertanian menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Puncak Jaya. Pada tahun 2010, sektor yang sangat bergantung pada alam ini memberi kontribusi 35,78%. Jika dilihat dari t hun 2008 maka terlihat bahwa peranan yang diberikan sektor ini, selalu mengalami penurunan meski tidak terlalu besar, tetapi produktivitas sektor-sektor lainnya telah mampu tumbuh untuk memberi peran yang lebih besar terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya. Pada tahun 2008 sektor yang pa ing banyak menyerap tenaga kerja ini berpengaruh 42,15 persen kemudian turun sedi it menjadi 38,23 persen di tahun 2009. Sektor-sektor jasa menunjukkan hal yang berkebalikan dengan sektor pertanian. Sektor ini memberi andil 21,94 persen terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2010, menigkat dibanding tahun-t hun sebelumnya. Pada tahun 2009 sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Puncak Jaya dengan kontribusi sebsar 20, 36 persen sedangkan di tahun 2008 hanya memberikan kontribusi sebesar 19,15 persen. Pembangunan infrastruktur, gedung perkantoran dan penambahan jumlah pegawai mendorong adanya aktifitas ekonomi disektor bangunan dan sektor jasa-jasa yang pada akhirnya meningkatkan peranan kedua sektor tebut terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya. Sektor bangunan memberi andil cukup besar yakni 27,19 persen, lebih besar dari peranan tahun lalu sebesar 26,33 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memberikan andil , meski tidak cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Puncak Jaya, namun sektor ini senantiasa mengalami peningkatan dari tahun 2008. Kontribusi sektor ini berkisar antara 8 sampai dengan 10 persen.
Pada tahun 2010, sektor pengangkutan & komunikasi menyumbang terhadap nilai PDRB Kabupaten Puncak Jaya 2,25 persen, sedikit lebih kecil dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,48 persen. Peran yang diberikan sektor ini pada tahun 2008 sebesar 2,34 persen. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2010 memberikan andil sebesar 0,62 persen. Sedikit lebih besar dari tahun 2009 sebesar 0,60 persen. Dalam sektor industri pengolahan pada tahun 2010 memberikan andil sebesar 1,00 persen sedikit lebih kecil dibanding tahun 2009 yang memberikan peranan sebesar 1,03 persen. Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya sebesar 0,05 persen. Nilai tersebut lebih tinggi dari tahun–tahun sebelumnya yang berkisar antara 0,07 persen.
Kehutanan
Luas hutan Kabupaten Puncak Jaya sekitar 1.453,20 ha dengan potensi hasil hutan yang bisa diandalkan terutama di wilayah dataran rendah (Fawi dan Torere) antara lain, kayu Merbau, kayu Matoa, kayu Bakau, kayu gaharu, rotan, dan hasil hutan lainnya.
Kabupaten Puncak Jaya memiliki Potensi alam yang sangat besar mulai dari potensi yang berupa hasil-hasil hutan, hasil tambang, kekayaan flora dan fauna maupun keindahan alam.
Di Kawasan Kabupaten Puncak Jaya terdapat aneka vegetasi seperti berbagai jenis anggrek, memiliki 20.000 – 25.000 jenis tanaman kayu, terdapat 350 jenis burung, 101 jenis mamalia, 150 jenis serangga serta 329 jenis reptilia dan amphibi.
Khusus vegetasi jenis Anggrek, Kabupaten Puncak Jaya pernah berprestasi dengan menjadi duta Provinsi Papua dalam pameran Anggrek Tingkat Nasional Pada Tahun 2003.
Potensi tambang Tembaga dan Aluminium, sebagaimana hasil survai di wilayah Distrik fawi dan tidak menutup kemungkinan tersebar hampir diseluruh Distrik Kabupaten Puncak Jaya. Emas, seperti yang terlihat di Distrik Yamo danMewoluk. Batubara, yang sementara akan dilakukan survai tahap awal di Distrik Fawi. Dan Bahan galian golongan c, seperti batu, pasir dan kerikil.
Pariwisata
Kabupaten Puncak Jaya selain menghadirkan alam yang terkesan ganas karena berbukit-bukit, sesungguhnya di dalamnya terdapat keindahan alam yang memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata. Karena Keindahan alam yang ada di Kabupaten Puncak Jaya maka Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya kini mengembangkan Kota Mulia Sebagai Wisata Gunung.
Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)
PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin kecil besaran PDRB perkapita daerah tersebut walaupun ukuran ini belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan dalam memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan jasa. Nilai tambah yang bisa diciptakan oleh penduduk Kabupaten Puncak Jaya sebagai akibat adanya aktifitas produksi menurut harga berlaku, menunjukkan trend yang positif. Data tersebut memberikan arti bahwa perekonomian Kabupaten Puncak Jaya terus membaik. PDRB perkapita pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 7.088.986,02 atau naik sebesar 14,21 persen dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp. 6.206.851,88.
Kenaikan tersebut masih dipengaruhi inflasi, sehingga tidak langsung menggambarkan kenaikan kesejahteraan penduduk. PDRB perkapita yang diukur dengan harga konstan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun akan menggambarkan ukuran tanpa pengaruh inflasi, sehingga akan menggambarkan perubahan yang sesungguhnya. Secara rill, PDRB perkapita hanya naik sebesar 5,43 persen, yaitu dari Rp. 2.
Seiring dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan untuk memperpendek rentang kendali pelayanan, maka Kabupaten Puncak Jaya telah dimekarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak. Saat ini Kabupaten Puncak Jaya terdiri dari 8 distrik (Distrik Mulia, Distrik Ilu, Distrik Fawi, Distrik Mewoluk, Distrik Yamo, Distrik Tingginambut, Distrik Torere, dan Distrik Jigonikme).
Untuk lebih memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat yang terisolir di pedalaman, maka dilakukan pemekaran kampung dari 67 kampung menjadi 302 kampung yaitu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Puncak Jaya Nomor: 2 Tahun 2008.
Luas wilayah Kabupaten Puncak Jaya adalah 6.477,65 KM2, dengan jumlah penduduk 256.314 jiwa (Februari 2013) yang sebagian besar tersebar dan bermukim di balik-balik gunung dan lembah dengan kondisi kehidupan yang serba terbatas.
Kondisi Geografis
Secara geografis Kabupaten Puncak Jaya berada pada posisi 137o15” – 138o15’’ Bujur Timur dan 2o0” – 3o0” Lintang Selatan. Letaknya berada di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua dengan keginggian antara 500 s/d 4.500 M di atas permukaan laut. Hampir 95% wilayah Kabupaten Puncak Jaya merupakan wilayah yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan struktur tanah yang berbatu, dan hanya kurang lebih 5% yang merupakan dataran rendah yaitu Distrik Fawi dan Torere.
Di sebelah utara, Kabupaten Puncak Jaya berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya; lalu di sebelah timur berbatasan dengan Distrik Karubaga Kabupaten Tolikara; di sebelah selatan, Kabupaten Puncak Jaya berbatasan dengan dengan Distrik Agadugume Kabupaten Puncak, dan distrik Tiom Kabupaten Lanny Jaya; sementara di sebelah barat, berbatasan dengan Distrik Sinak, Distrik Pogoma dan Distrik Doufo Kabupaten Puncak.
Meskipun secara umum kawasan Kabupaten Puncak Jaya termasuk beriklim tropis seperti kebanyakan daerah lainnya di Provinsi Papua, namun kawasan ini memiliki pula beberapa kondisi yang spesifik lokal.
Hujan di kawasan Kabupaten Puncak Jaya terjadi hampir sepanjang tahun dengan jumlah curah hujan setahun mencapai 3.935 mm. Jumlah hari hujan rata-rata pertahun 206 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni mencapai 456 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Nopember yakni mencapai 203 mm.
Suhu udara tertinggi 32oC, suhu udara terendah 9oC pada malam hari dan kelembaban udara rata-rata 83,7 %. Kabut sering terjadi pada pagi dan sore hari, sehingga sering menghambat/mengganggu lalu lintas penerbangan. Pada malam hari suhu udara cukup dingin. Di daerah pegunungan suhu udara mendekati titik beku. Kecepatan angin rata-rata antara 1,0-2,4 knot/jam, penyinaran matahari antara 14,3-26,6, sedangkan kelembaban nisbi berkisar antara 75-85%.
Kependudukan
Berdasarkan data Dinas Kependudukan Kabupaten Puncak Jaya, jumlah penduduk Kabupaten Puncak Jaya mencapai 256.314 jiwa, yang tersebar dalam 8 wilayah administrasi distrik, dengan laju pertumbuhan penduduk berada pada level moderat sebesar 12%. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Puncak Jaya didorong oleh terbentuknya kabupaten baru dan migrasi penduduk dari daerah lain dan terbukanya lapangan pekerjaan. Tingkat kepadatan penduduk masih relatif jarang yaitu 25 orang/km2, yang meningkat pada tahun 2013 menjadi 39,5 Orang/km.
Bila dilihat berdasarkan distrik, sebaran penduduk Kabupaten Puncak Jaya belum merata. Distrik dengan jumlah penduduk terbanyak adalah distrik Mulia (87,248), disusul distrik Tingginambut (41,235), dan distrik Ilu (31,667) jiwa. Komposisi jumlah penduduk Kabupaten Puncak Jaya dilihat dari Jenis kelamin, dan sebaran di setiap distrik serta jumlah kampung dan jumlah kepala keluarga disetiap distrik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Karakteristik sungai di kabupaten Puncak Jaya pada umumnya bermuara ke Pantai Utara Pulau Papua, dengan sungai utama adalah bagian hilir Sungai Mamberamo (Roufear). Sungai-sungai di daerah ini pada umumnya kecil-kecil dengan kondisi air dangkal dan deras. Kondisi drainase wilayah pada umumnya cukup baik. Hal ini terlihat dari keadaan hanya sebagian kecil wilayah yang tergenang yaitu sebagian dari wilayah Distrik Fawi dan Torere.
Penduduk kabupaten Puncak Jaya terdiri atas suku-suku asli yang mendiami kawasan pegunungan tengah yang terdiri dari:
Suku Lani/dani,
Suku Damal,
Suku Dawa,
Suku Wano,
Suku Nduga,
Suku Turu dan sebagian kecil suku lainnya (pendatang).
Pemukiman penduduk pada umumnya terletak di lembah dan lereng perbukitan pada ketinggian antara 500 – 2400 m di atas permukaan laut dengan distribusi penduduk yang tidak merapa. Mata pencaharian penduduk kabupaten Puncak Jaya utamanya adalah pertanian, peternakan, dan Kerajinan tangan.
Pertumbuhan Ekonomi
Produktivitas ekonomi suatu daerah terlihat dari pertumbuhan ekonominya yang diperoleh dari PDRB atas dasar harga konstan. Selama tiga tahun terakhir, Kabupaten Puncak Jaya mengalami pertumbuhan ekonomi yang sedikit berfluktuasi. Tahun 2009, tercatat perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 8,53 persen dan pada tahun 2010, perekonomian Kabupaten Puncak Jaya mengalami peningkatan pertumbuhan, dengan pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 9,57 persen. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai pertumbuhan ekonomi di tahun 2008. Dari Sembilan sektor ekonomi yang ada di Puncak Jaya, hanya sektor listrik dan air bersih yang mengalami penurunan pertumbuhan yaitu turun sebesar 10,27 persen (-10,27 persen). Hal ini disebabkan oleh kegiatan perekonomian pada sub sektor listrik yang mengalami pemadaman listrik selama tiga bulan dari bulan September sampai bulan November. Sedangkan sektor yang lain semuanya menunjukan peningkatan aktivitas.
Sektor pertanian yang menjadi sektor andalan mampu tumbuh 6,48 persen, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya (3,50 persen). Pada tahun 2010 pembangunan infrastruktur di Kabupaten Puncak Jaya mengalami perlambatan pertumbuhan. Setelah pada tahun 2009 tumbuh 16,84 persen, dan pada tahun 2010 ini menurun menjadi 12,65 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,64 persen, meningkat sedikit dibanding tahun sebelumnya, yang tumbuh sebesar 7,95 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai tambah sebesar 22,57 milliar rupiah mampu tumbuh 11,47 persen, perlambatan dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar 13,60 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasajasa masing-masing tumbuh sebesar 5,75 persen; 18,53 persen; dan 12,84 persen. Hanya sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya yang masing–masing tumbuh 11,65 persen; 12,43 persen; dan 10,66 persen (sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan).
Indeks Pembangunan Manusia
Berdasarkan Data BPS Kabupaten Puncak Jaya, Puncak Jaya Dalam Angka dalam Angka Tahun 2010, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Puncak Jaya mencapai 68,27 atau berada pada urutan kedelapan di Provinsi Papua setelah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Kabupaten Yapen, Kabupaten Keerom, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Supiori.
Tingkat harapan hidup Kabupaten Puncak Jaya mencapai 67,62 tahun, atau berada pada urutan kelima di Provinsi Papua, yaitu setelah Kabupaten Mimika 70,20 tahun, Kota Jayapura 68,46 tahun, Kabupaten Kepulauan Yapen 65,04 tahun dan Kabupaten Paniai 67,70 tahun. Rata-rata pengeluaran konsumsi masyarakat per kapita menurut jenis pengeluaran makanan sebulan di Kabupaten Puncak Jaya tahun 2010, konsumsi makanan per kapita sebulan sebesar Rp. 286.203,- sedangkan pengeluaran non makanan sebesar Rp. 105.170,- sehingga total rata-rata pengeluaran per kapita perbulan sebesar Rp. 391.373,-.
Pada tahun 2010 penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Puncak Jaya yang dapat membaca dan menulis sebesar 86,81% angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Angka melek huruf Kabupaten Puncak Jaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka melek huruf Provinsi Papua yang mencapai 75,60%. Angka melek huruf Kabupaten Puncak Jaya menempati Urutan kesepuluh di Provinsi Papua, yaitu setelah Kota Jayapura, Biak Numfor, Kabupaten Jayapura, Merauke, Supiori, Keerom, Mimika, Kepulauan Yapen, Nabire, Serui, Waropen dan Paniai.
Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Puncak Jaya tahun 2010 mencapai 6,11 tahun. Angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya, dengan kata lain rata-rata penduduk di Kabupaten Puncak Jaya mengenyam pendidikan hingga lulus SD, sehingga belum bisa menikmati program wajib belajar 9 tahun.
Pendidikan
Sumber daya manusia berperan penting terhadap kemajuan suatu bangsa, oleh karaena itu perlu diupayakan peningkatan sumber daya manusia demi tercapainya keberhasilan pembangunan. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan kualitas melalui bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan formal maupun informal.
Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program belajar 9 tahun dan sampai saat ini masih melanjutkan program belajar 6 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.
a. Partisipasi Sekolah
Partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Puncak Jaya dalam pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah diharapkan akan dapat memberikan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk mengkaji partisipasi sekolah merupakan suatu indikator proses yang manunjukkan proses pendidikan atau bagaimana proses pendidikan diimplementasikan di masyarakat. Dalam hal ini ukuran-ukuran yang digunakan adalah angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi sekolah (APS), dan angka partisipasi murni (APM).
b. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang sedang /telah menerima pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya 2011, nilai APK pada jenjang sekolah dasar pada tahun 2010 sebesar 72,73. Angka ini menunjukkan presentase murid yang sedang sekolah di jenjang SD / sederajat yang berumur 7- 12 tahun bahkan lebih atau kurang.
APK untuk jenjang SMP sebesar 47,06 sedangkan untuk jenjang SMU sebesar 71,43. Hal ini mengindikasi bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13 – 15 tahun dan 16-18 tahun yang sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan kemungkinan sisahnya sedang sekolah pada jenjang pendidikan dibawahnya/diatasnya atau bahkan mereka tidak sekolah lagi. Oleh karena itu, untuk memperjelas lagi arti APK diperlukan indikator APM dan APS.
c. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka partisipasi murni (APM) dapat menunjukkan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Menurut defenisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM yang lebih kecil daripada nilai APK-nya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.
APK pada jenjang SD/Sederajat pada tahun 2010 sebesar 72,73 persen sedang APM SD/sederajat hanya sebesar 52,27 persen berarti bahwa murid SD/sederajat yang berumur 7-12 tahun sebanyak 52,27 persen sedang selisih antara APK dan APM sebesar 20,46 persen memiliki arti bahwa diantara murid SD/sederajat terdapat 20,46 persennya berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun.
d. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Angka partisipasi sekolah dapat menggambarkan berapa banyak penduduk usia pendidikan yang sedang bersekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar.Indikator inilah yang digunakan sebagai petunjuk berhasil tidaknya programtersebut. Sebagai standar program wajib belajar dikatakan berhasil jika nilai APS SD > 95% dan APS SMP > 70%.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya 2011 (hasil SUSENAS tahun 2010), APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 52,27 persen. Adapun untuk APS penduduk usia 13-15 tahun sebesar 52,94. Hal ini menunjukkan bahwa APS SD/sederajat dan APS SMP/sederajat belum memenuhi target wajib belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan kebijakan pemerintah tentang program wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Puncak Jaya belum berhasil (Lihat Tabel 4.,2). Bila dibandingkan dengan APS propinsi Papua, daya serap pendidikan untuk anak usia sekolah SD (7-12 tahun) dan usia sekolah SMP (13-15 tahun) di Kabupaten Puncak Jaya lebih kecil dari Propinsi Papua secara keseluruhan.
e. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktivitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktivitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya, 2011, sebagian besar penduduk di Kabupaten Puncak Jaya (usia 15 tahun ke atas) belum/tidak mempunyai ijazah SD yaitu mencapai 6,59 persen. Sebesar 17,58 persen memiliki ijazah tertinggi SD, 21,98 persen memiliki ijazah tertinggi SMP, dan 34,07 persen memiliki ijazah tertinggi SMA. Sedangkan yang memilik ijazah tertinggi Diploma I/II/III/S1/S2/S3 hanya sebesar 19,78 persen.
Kesehatan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya tahun 2011, lebih dari 80% penyebab kematian ibu hamil/banyi pada saat melahirkan/persalinan disebabkan oleh tiga masalah pokok yaitu, Pendarahan (40%-60%), infeksi jalan lahir (20%-30%) dan keracunan kehamilan (20%-30%. Ketiga hal ini berkaitan erat dengan dengan status gizi, hygiene-sanitasi, kesadaran hidup sehat dan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa peran penolong kelahiran sangat penting bagi keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan. Indokator ini cukup memegang peranan penting dalam melihat kondisi kesehatan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran dimana resiko kematian sangat tinggi.
Di Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2010 sebanyak 17,14% proses kelahiran pertama yang ditangani oleh tenaga medis bidan. Selain itu terdapat 82,86% proses kelahiran pertama yang ditangani oleh selain tenaga medis dan non medis yaitu family atau keluarga. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah tenaga medis yang kurang atau tidak merata di pelosok kampung di Kabupaten Puncak Jaya atau keberadaan sarana/fasilitas kesehatan yang jauh dari pemukiman masyarakat.sebab lain yang mungkin adalah kurangnya kemauan masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya.
Indikator lain untuk menunjukkan derajat kesehatan masyarakat adalah angka kesakitan dan rata-rata lama sakitr yang dideritanya. Indikator ini menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami penduduk. Indikator ini juga menggambarkan besarnya kerugian yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian yang dialami. Pada tahun 2010 prosentase sakit penduduk Kabupaten Puncak Jaya sebesar 6,34% atau sebanyak 6 jiwa per 100 penduduk dengan rata-rata lama sakitnya selama 2,41 hari (BPS Puncak Jaya, 2011). Hal ini menunjukkan penduduk tersebut mengalami kerugian materil (ekonomi) rata-rata selama2,41 hari.
Salah satu sarana kesehatan di lever Distrik adalah keberadaan Puskesmas dan Puskesmas Rawat Inap. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Disamping puskesmas/puskesmas rawat inap, tingkat ketersediaan tenaga medis (dokter, bidang dan tenaga medis lainnya) dapat memberikan gambaran tingginya tingkat perlindungan terhadap penduduk. Jumlah sarana/prasarana kesehatan di Kabupaten Puncak Jaya (Tahun 2010) ; Puskesmas/Puskesmas rawat inap sebanyak 8 puskesmas, 10 puskesmas pembantu (pustu), sementara jumlah penduduk sebanyak 180.749 jiwa. Sedangkan jumlah tenaga medis (dokter dan bidan) yang tersedia sebanyak 209 orang, masing-masing tenaga medis mempunyai peranan penting terhadap kesehatan masyarakat dengan rata-rata setiap tenaga medis melayani sekitar 865 penduduk Kabupaten Puncak Jaya.
Pertanian
Seperti kondisi secara umum di bagian pegunugan tengah, sektor pertanian menjadi sektor yang memberikan kontribusi paling besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Puncak Jaya. Pada tahun 2010, sektor yang sangat bergantung pada alam ini memberi kontribusi 35,78%. Jika dilihat dari t hun 2008 maka terlihat bahwa peranan yang diberikan sektor ini, selalu mengalami penurunan meski tidak terlalu besar, tetapi produktivitas sektor-sektor lainnya telah mampu tumbuh untuk memberi peran yang lebih besar terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya. Pada tahun 2008 sektor yang pa ing banyak menyerap tenaga kerja ini berpengaruh 42,15 persen kemudian turun sedi it menjadi 38,23 persen di tahun 2009. Sektor-sektor jasa menunjukkan hal yang berkebalikan dengan sektor pertanian. Sektor ini memberi andil 21,94 persen terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya pada tahun 2010, menigkat dibanding tahun-t hun sebelumnya. Pada tahun 2009 sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Puncak Jaya dengan kontribusi sebsar 20, 36 persen sedangkan di tahun 2008 hanya memberikan kontribusi sebesar 19,15 persen. Pembangunan infrastruktur, gedung perkantoran dan penambahan jumlah pegawai mendorong adanya aktifitas ekonomi disektor bangunan dan sektor jasa-jasa yang pada akhirnya meningkatkan peranan kedua sektor tebut terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya. Sektor bangunan memberi andil cukup besar yakni 27,19 persen, lebih besar dari peranan tahun lalu sebesar 26,33 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memberikan andil , meski tidak cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Puncak Jaya, namun sektor ini senantiasa mengalami peningkatan dari tahun 2008. Kontribusi sektor ini berkisar antara 8 sampai dengan 10 persen.
Pada tahun 2010, sektor pengangkutan & komunikasi menyumbang terhadap nilai PDRB Kabupaten Puncak Jaya 2,25 persen, sedikit lebih kecil dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,48 persen. Peran yang diberikan sektor ini pada tahun 2008 sebesar 2,34 persen. Sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2010 memberikan andil sebesar 0,62 persen. Sedikit lebih besar dari tahun 2009 sebesar 0,60 persen. Dalam sektor industri pengolahan pada tahun 2010 memberikan andil sebesar 1,00 persen sedikit lebih kecil dibanding tahun 2009 yang memberikan peranan sebesar 1,03 persen. Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Puncak Jaya sebesar 0,05 persen. Nilai tersebut lebih tinggi dari tahun–tahun sebelumnya yang berkisar antara 0,07 persen.
Kehutanan
Luas hutan Kabupaten Puncak Jaya sekitar 1.453,20 ha dengan potensi hasil hutan yang bisa diandalkan terutama di wilayah dataran rendah (Fawi dan Torere) antara lain, kayu Merbau, kayu Matoa, kayu Bakau, kayu gaharu, rotan, dan hasil hutan lainnya.
Kabupaten Puncak Jaya memiliki Potensi alam yang sangat besar mulai dari potensi yang berupa hasil-hasil hutan, hasil tambang, kekayaan flora dan fauna maupun keindahan alam.
Di Kawasan Kabupaten Puncak Jaya terdapat aneka vegetasi seperti berbagai jenis anggrek, memiliki 20.000 – 25.000 jenis tanaman kayu, terdapat 350 jenis burung, 101 jenis mamalia, 150 jenis serangga serta 329 jenis reptilia dan amphibi.
Khusus vegetasi jenis Anggrek, Kabupaten Puncak Jaya pernah berprestasi dengan menjadi duta Provinsi Papua dalam pameran Anggrek Tingkat Nasional Pada Tahun 2003.
Potensi tambang Tembaga dan Aluminium, sebagaimana hasil survai di wilayah Distrik fawi dan tidak menutup kemungkinan tersebar hampir diseluruh Distrik Kabupaten Puncak Jaya. Emas, seperti yang terlihat di Distrik Yamo danMewoluk. Batubara, yang sementara akan dilakukan survai tahap awal di Distrik Fawi. Dan Bahan galian golongan c, seperti batu, pasir dan kerikil.
Pariwisata
Kabupaten Puncak Jaya selain menghadirkan alam yang terkesan ganas karena berbukit-bukit, sesungguhnya di dalamnya terdapat keindahan alam yang memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata. Karena Keindahan alam yang ada di Kabupaten Puncak Jaya maka Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya kini mengembangkan Kota Mulia Sebagai Wisata Gunung.
Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)
PDRB perkapita adalah nilai dari hasil pembagian PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, dalam arti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin kecil besaran PDRB perkapita daerah tersebut walaupun ukuran ini belum mencakup faktor kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih terdapat keterbatasan, indikator ini sudah cukup memadai untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu daerah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan dalam memantau kemampuan daerah dalam menghasilkan produk domestik barang dan jasa. Nilai tambah yang bisa diciptakan oleh penduduk Kabupaten Puncak Jaya sebagai akibat adanya aktifitas produksi menurut harga berlaku, menunjukkan trend yang positif. Data tersebut memberikan arti bahwa perekonomian Kabupaten Puncak Jaya terus membaik. PDRB perkapita pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 7.088.986,02 atau naik sebesar 14,21 persen dibandingkan tahun 2008 yang sebesar Rp. 6.206.851,88.
Kenaikan tersebut masih dipengaruhi inflasi, sehingga tidak langsung menggambarkan kenaikan kesejahteraan penduduk. PDRB perkapita yang diukur dengan harga konstan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun akan menggambarkan ukuran tanpa pengaruh inflasi, sehingga akan menggambarkan perubahan yang sesungguhnya. Secara rill, PDRB perkapita hanya naik sebesar 5,43 persen, yaitu dari Rp. 2.