Kabupaten Tolikara
Kabupaten Tolikara merupakan salah satu Daerah Otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua dengan Ibukota Karubaga, daerah ini sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Jayawijaya. Kabupaten Tolikara terletak di antara 138o00’57” – 138o54’32” Bujur Timur dan 2o52’58” – 3o51’2” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten ini adalah 14.263 km2, dimana mengalami pertambahan luas wilayah yang luar biasa yang mana pada tahun 2008 luas wilayah menurut Perda hanya 5.234 km2. Kabupaten Tolikara memiliki batas-batas wilayah yaitu: Di bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamberamo Raya, di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Lani Jaya, di bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya dan bagian Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Mamberamo Tengah. Kabupaten Tolikara sampai tahun 2015 terdiri dari 46 Distrik, 4 Kelurahan dan 541 Kampung, Distrik Karubaga dan Nunggawi memilki jumlah Kelurahan dan Kampung yang paling banyak yaitu 1 Kelurahan dan 21 Kampung sedang Distrik Air Garam memilki jumlah Kelurahan dan Kampung yang paling sedikit yaitu hanya 8 Kampung.
Kondisi Geografis
Wilayah Kabupaten Tolikara mempunyai topografi yang bervariasi antara 1.400-3.300 meter diatas permukaan laut dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan (dataran tinggi) yang dilalui beberapa aliran sungai dan anak sungai yang berasal dari bukit dan gunung yang ada disekitarnya. Hampir sebagian besar didominasi oleh kemiringan lahan diatas 40 persen. Iklim di Kabupaten Tolikara adalah iklim tropis basah karena dipengaruhi letak wilayah yang berada pada ketinggian (dataran tinggi) sehingga rata-rata temperatur udara bervariasi. Berdasarkan data dari Kantor Stasiun Meteorologi Jayawijaya, secara rata-rata hari hujan yang terjadi di Tolikara setiap bulannya mengalami 23 hari hujan dengan curah hujan sebanyak 199.5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2016, di Kabupaten Tolikara hampir setiap hari selalu mengalami hujan. Suhu di Tolikara tidak terlau rendah, secara rata- rata suhu di Tolikara berkisar antara 15-28 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-ratanya sebesar 87% sedang angin yang bertiup sepanjang tahun adalah angin barat daya dengan kecepatan angin rata-ratanya sebesar 16 knot/jam dan terendah 2.9 knot/jam. Kabupaten ini berada pada daerah aliran sungai Mamberamo dan Baliem, Kabupaten Tolikara memiliki banyak lokasi mata air di mana arah aliran sungainya mengalir ke bagian utara maupun ke selatan. Beberapa sungai yang terdapat di wilayah itu adalah Sungai Toli, Konda, Sungai Bogo, Sungai Wunin, Sungai Kembu, Sungai Pun, Sungai Kurip, Kega, Anggok, dan Sungai Mamberamo. Air dari sungai tersebut, oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai sumber air baku untuk pertanian dan untuk air bersih.
Kependudukan
Penduduk Kabupaten Tolikara berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 133.786 jiwa yang terdiri atas 72.613 jiwa penduduk laki- laki dan 61.173 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Tolikara mengalami pertumbuhan sebesar 1,87 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,73 persen dan penduduk perempuan sebesar 2,05 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 118,70. Kepadatan penduduk di Kabupaten Tolikara pada tahun 2016 mencapai 9,19 jiwa/km2dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Pendudukdi 46 Distrik cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Distrik Nabunage dengan kepadatan sebesar 30 jiwa/km2dan terendah di Distrik Egiam sebesar 1 jiwa/km2.
Indeks Pembangunan Manusia
Perkembangan IPM dari tahun ke tahun terus berubah-ubah, kemajuan IPM sangat tergantung pada komitmen penyelenggara Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Perkembangan IPM Kabupaten Tolikara mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun selama periode 2011-2015 dengan rata-rata perkembangan sebesar 1.09 poin, penigkatan IPM terbesar terjadi selama kurun waktu 2012-2013 yang mengalami peningkatan 1,83 poin dan terendah selama kurun waktu 2014-2015 yakni 0,48 poin, dengan Nilai IPM sebesar 46,38 pada tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 47,11 maka status IPM Kabupaten Tolikara berada pada tingkatan Menengah Bawah.
Pendidikan
Pendidikan di Kabupaten Tolikara pada tahun 2016 terdiri dari Taman Kanak-Kanak Swasta, Taman Kanak-Kanak Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Menengah Pertama Swasta, Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sekolah Menengah Umum Swasta, Sekolah Menengah Umum Negeri, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Terdapat 3 sekolah TK Swasta yang berada di Distrik Wunin, Bokondini, dan Kembu dengan perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru sebesar 76,33, 4 TK Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Wakuo, dan Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 30,86, 6 SD Swasta yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Wunin, dan Bokondini dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 64,25, 71 SD Negeri yang berada hampir di seluruh Distrik, kecuali Tagineri, Tagime, Danime, Aweku, dan Yuko dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 92,05, 2 SMP Swasta yang berada di Distrik Kanggime dan Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 38,81, 16 SMP Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Woniki, Nabunage, Gilubandu, Karubaga, Goyage, Wunin, Bokondini, Bokoneri, Kembu, Umagi, Panaga, Poganeri, Air Garam, Wari/Tayeve, dan Anawi dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 51,47, satu SMU Swasta yang berada di Distrik Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru sebesar 18,82, 4 SMU Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Bokondini, dan Kembu dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 13,50, dan 1 SMK Negeri yang berada di Distrik Wari/Tayeve dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru sebesar 16,50. Saat ini Di Kabupaten Tolikara terdapat 100 Guru Petra sebagai Guru Bantu yang berasal dari Yayasan Indonesia Cerdas di Jakarta, ini merupakan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Tolikara untuk mengisi kekosongan guru sambil menuggu perekrutan guru-guru yang baru.
Kesehatan
Secara umum, fasilitas kesehatan di Kabupaten Tolikara terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, dan Puskesmas Keliling. Pada tahun 2014 terdapat 1 Rumah Sakit yang berada di Distrik Karubaga, 25 Puskesmas, 25 Puskesmas Pembantu, dan 16 Posyandu yang berada di Distrik Karubaga dan Bokondini. Selain itu, terdapat Puskesmas Keliling yang terdiri dari Puskesmas Keliling Roda Empat (mobil) dan Puskesmas keliling Roda Dua (motor). Terdapat dua Puskesmas Keliling Roda Empat yang berada di Distrik Karubaga dan Distrik Bokondini dan 13 Puskesmas Keliling Roda Dua (motor) yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Karubaga, Bokondini, Poganeri, Wari/Tayeve, dan Kubu. Sementara itu, terdapat tenaga kesehatan, yaitu Dokter, Perawat, dan Bidan. Terdapat 19 orang Dokter yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Karubaga, Wunin, Bokondini, Kembu, dan Wugi, 130 orang Perawat yang berada di semua distrik, kecuali Distrik Kondaga, Nelawi, Kamboneri, Dow, Tagime, Danime, Lianogoma, Gika, dan Yuko, dan 74 orang Bidan yang berada di seluruh distrik, kecuali Distrik Wakuo, Goyage, Wina, Umagi, Air Garam, Wari/Tayeve, Egiam, Kubu, Geya, Timori, Yuneri, Tagineri, Tagime, Danime, Lianogoma, Aweku, Anawi, Gika, dan Yuko.
Pertanian
Kabupaten Tolikara merupakan dataran tinggi, dengan ketinggian wilayah lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Karakteristik wilayah yang seperti ini membuat sektor pertanian menjadi kegiatan ekonomi unggulan bagi sebagian besar masyarakatnya. Daerah ini mempunyai lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian berupa pertanian tanaman pangan yang meliputi tanaman padi ladang dan umbi-umbian, palawija, (jagung ubi jalar, ketela pohon, kacang tanah, dan kacang kedelai) dan jenis tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran yang tersebar di setiap Distrik. Ubi jalar, nenas dan markisa merupakan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Tolikara. Ubi jalar juga merupakan makanan pokok bagi masyarakat setempat. Pada tahun 2014, luas panen tanaman ubi jalar mencapai 7.892 ha, dengan total produksi mencapai 58.180 ton. Selain itu, terdapat juga beberapa komoditas pertanian holtikultura, antara lain bawang merah, cabai, kentang, kubis, dan petai. Pada tahun 2014, luas panen bawang merah mencapai 116 ha dengan produksi 442 ton, cabai 125,5 ha dengan produksi 331 ton, kentang 98 ha dengan produksi 328 ton, kubis 135 ha dengan produksi 435 ton, dan petsai 100 ha dengan produksi 240 ton. Komoditas pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Tolikara yaitu:
Durian di Distrik Dow
Jahe dan nenas di seluruh distrik;
Bawang merah, bawang putih, wortel, kol, buncis dan kentang di Distrik Poganeri; dan
Pisang, jeruk, markisa, nangka, kubis, timun, dan daun bawang yang terdapat di Distrik Woniki, Distrik Karubaga, Bokondini dan Nabunage.
Perkebunan
Perkebunan yang berkembang di Kabupaten Tolikara berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara adalah Kopi meskipun kondisi fisik dan lingkungan mendukung untuk beberapa komoditas perkebunan, diantaranya: kakao, vanili, kelapa sawit. Sebagian besar dari perkebunan kopi ini hanya ditanam oleh masyarakat secara individu saja bukan dimaksudkan untuk perkebunan secara luas, dimana hanya ada beberapa tanaman kopi saja untuk tiap rumah tangga yang menanam kopi. Di kabupaten Tolikara, kopi banyak diusahakan di Distrik Bokondini, Kanggime dan Kembu. Kondisi fisik dan lingkungan (suhu, ketinggian, kelerengan lahan > 40%) di Kabupaten Tolikara sangat cocok untuk usaha tani komoditas perkebunan tertentu, diantara kopi, kakao, vanili dan sebagainya. Kabupaten Tolikara 2013-2032 diatur bahwa, sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan adalah sebesar 108,18 ha, dengan beberapa komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan,yaitu: buah merah di Distrik Bokondini dan Distrik Kanggime, sementara tanaman kopi yang produktifitasnya cukup tinggi dan terdapat di hampir seluruh Distrik, Sagu di Distrik Dow dan Distrik Wari.
Kehutanan
Kabupaten Tolikara sebagian besar didominasi oleh hutan yang memiliki luas sekitar 1.200.500 ha atau 82,43 persen luas wilayah yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi konversi, hutan produksi biasa, hutan cagar alam dan Taman Lorenz sedangkan sisanya di peruntukan untuk perkampungan (permukiman), ladang dan pertanian, selain itu penggunaan lahan lainnya digunakan untuk padang rumput.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.458 Tahun 2012, Kawasan Hutan di Kabupaten Tolikara terbagi menjadi lima, yaitu Areal Penggunaan Lain, Hutan Produksi Konversi, Hutan Produksi Terbatas, Suaka Marga Satwa Pegunungan Foja, dan Hutan Lindung. Dari kelima klasifikasi kawasan hutan tersebut, hanya Areal Penggunaan Lain yang nantinya dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan area terbangun lainnya.
Kawasan hutan di Kabupaten Tolikara yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sektor produktif adalah hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi, potensi hasil hutan yang ada di Kabupaten Tolikara antara lain:
Potensi Kayu Lawang
Informasi tentang kayu lawang (Cinamonum spp) belum akurat (penyebaran alami sporadis). Pengelolaan minyak lawang masih dilakukan dalam skala terbatas, bahkan dapat dikatakan masih dalam taraf eksplorasi.Sentra-sentra produksi dan penyebaran kayu lawang pada umumnya tersebar di wilayah perbatasan DAS Baliem dan DAS Mamberamo.
Potensi Lebah Madu
Potensi lebah madu cukup besar dan telah dapat dikembangkan oleh masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Tolikara
Potensi Buah Merah
Potensi buah merah (Pandanus Lam) cukup dikenal luas dimasyarakat di Kabupaten Tolikara. Buah merah biasanya diambil langsung masyarakat dari pohonnya di hutan dan di konsumsi, terutama pada acara-acara pesta adat.
Peternakan
Secara umum, usaha ternak di Kabupaten Tolikara masih sangat sederhana dengan cara diliarkan di lahan kosong tanpa ada perlakuan apapun. Hewan ternak yang diusahakan diantaranya sapi potong, kuda, kambing, babi dan jenis unggas, diantaranya ayam ras, itik/entok dan kelinci. Peternakan di Kabupaten Tolikara di dominasi oleh peternakan babi Menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara jumlah populasi ternak babi, pada tahun 2013 berjumlah 52.414 ekor, selain itu untuk ternak jenis unggas di dominasi oleh ternak ayam buras, berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara terdapat ayam buras sebanyak 45.496 ekor. Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Tolikara 2013-2032 diatur bahwa, kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah:
Penangkaran buaya di Distrik Dow
Ternak besar untuk sapi di Distrik Nabunage dan Distrik Bokondini
Ternak kecil untuk kambing, babi dan kelinci tersebar di seluruh Distrik
Ternak unggas untuk ayam dan itik yang tersebar di seluruh Distrik.
Perikanan
Perikanan masih belum begitu berkembang di Kabupaten Tolikara sampai saat ini, perikanan di Kabupaten Tolikara masih di dominasi oleh ikan mas, ikan nila dan ikan mujair karena daerah ini sebagian besar adalah wilayah daratan (bukan pantai) maka tidak terdapat perikanan laut maupun tempat pelelangan ikan. Potensi perikanan darat di Kabupaten Tolikara cukup baik karena didukung oleh ketersediaan sumber air dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut. Praktek usaha perikanan dilakukan dalam bentuk kolam ikan yang dilakukan oleh Kelompok Tani. Jenis ikan yang dibudidayakan, diantaranya: mas, mujair, nila, lele dan udang. kawasan perikanan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah perikanan air tawar melalui budidaya kolam dan dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan kawasan pertanian. Kawasan Perikanan ini diarahkan untuk dikembangkan di Distrik Dow dan Distrik Wari.
Pariwisata
Sektor Pariwisata di Kabupaten Tolikara memang masih belum berkembang. Sampai dengan tahun 2015 tidak ada wisatawan mancanegara maupun domestik yang datang ke daerah ini. Pariwisata di Kabupaten Tolikara memiliki potensi namun belum di kelola dengan maksimal, selama ini belum terlalu banyak kegiatan yang di lakukan untuk mendongkrak pariwisata daerah ini, hal ini disebabkan minimnya program-program atau kegiatan kebudayaan dan promosi pariwisata di Kabupten Tolikara. Adapun kegiatan yang sementara ini di lakukan di dalam Tolikara sendiri adalah Wisata Alam dan Wisata Budaya, untuk Wisata Alam terbagi menjadi 2 yaitu Agro Wisata dan Wisata Buatan (para layang), Wisata Buatan/para layang rencananya akan di launching tahun depan, 2018 untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tolikara saat ini sedang berupaya dan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Kementrian terkait untuk kegiatan tersebut. Untuk Wisata Budaya dengan menyelenggarakan Festival Budaya antara lain Lomba Tarian Tradisional Wisisi, Lomba Panah Tradisional dan Lomba membuat cinderamata, Festival Budaya ini diselenggarakan sejak tahun 2013, tiap tahunnya diselenggarakan pada minggu pertama di bulan Agustus, tepatnya dilaksanakan satu minggu sebelum Festival Lembah Baliem. Adapun obyek-obyek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan diwilayah Kabupaten Tolikara adalah sebagai berikut:
Obyek wisata Danau Biuk, Lokasi obyek wisata ini berdekatan dengan Kota Karubaga dan Kuari, dapat digunakan untuk olah raga dan tempat pemancingan, juga mempunyai pemandangan alam yang indah.
Cagar Alam dan Taman Nasional Lorenz, Cagar Alam Taman Nasional Lorenz ini terletak di daerah pegunungan.
Gunung Timoini (Lembah Hitam). Lokasi pariwisata ini terletak di Distrik Panaga sebagai tempat ekspedisi tahap II di jaman primitif diwilayah suku Lani Utara dalam rangka usaha pendakian gunung Trikora dan merupakan pintu masuknya Injil di daerah pedalaman.
Transportasi
Transportasi di Kabupaten Tolikara masih harus terus dikembangkan. Hingga kini akses jalan darat dari Tolikara menuju kota-kota pelabuhan masih belum ada. Akses jalan yang ada baru sebatas antar kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah, seperti Kabupaten Jayawijaya. Total panjang jalan di Kabupaten Tolikara hingga tahun 2013 sepanjang 215,31 km. Sementara Transportasi Udara merupakan tulang punggung aksebilitas wilayah, mengingat topografi yang sangat curam dan medan yang sulit. Baik untuk angkutan orang maupun barang pada umumnya dilakukan melalui angkutan udara dengan konsekuensi jumlah angkutan yang terbatas serta biaya yang mahal. Kegiatan angkutan udara ini dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik misionaris MAF/AMA. Hampir selurush distrik di Tolikara memiliki Lapangan Terbang (kecuali Distrik Woniki). Dua lapangan Terbang berstatus perintis di Distrik Karubaga dan Bokondini, sementara sisanya berstatus Air Strip. Sampai dengan tahun 2015, Kabupaten Tolikara memiliki 10 landasan pesawat terbang, yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Wunin, Bokondini, Kembu, Wina, Umagi, Panaga, Egiam dan Dundu.
Di tahun 2017, Gubernur Papua Lukas Enembe telah meresmikan sejumlah proyek infrastruktur di Tolikara; salah satunya ruas jalan Kanggime-Mamit sepanjang 167 kilometer. Pembukaan jalan Kanggime-Mamit merupakan proyek multi years, karena masyarakat Mamit selama ini terisolasi akibat sulitnya akses menuju daerah Karubaga, dimana hanya dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang berbadan kecil, atau dengan berjalan kaki selama beberapa hari. Dengan diresmikannya jalan tersebut, masyarakat kini sudah bisa bepergian dengan menggunakan kendaraan roda dua/empat ke daerah terdekat seperti ke Karubaga, Ibukota Kabupaten Tolikara. Proyek pembangunan jalan ini sudah dimulai sejak tahun 2014, pembangunan ruas jalan Kanggime-Mamit ini melewati 5-6 Distrik.
Energi & Air Bersih
Pasokan energi utama yaitu listrik, masih belum bisa dinikmati dengan optimal. Padahal listrik merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan industri. Sampai tahun 2011, jumlah unit pembangkit listrik yang tersedia hanya 2 unit, yaitu di Distrik Karubaga dan Bokondini. Jumlah daya yang diproduksi hanya sebesar 2,5 Mwh, sehingga listrik hanya bisa dialirkan selama beberapa jam saja (pukul 18.00 – 23.00 WIT). Selama beberapa tahun terakhir ini baru ada 6-7 Distrik yang dapat di aliri listrik.
Selain ruas jalan Kanggime-Mamit, Gubernur Papua, Lukas Enembe juga meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Tolikara.
Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)
Pada tahun 2014, sektor pertanian dan kehutanan merupakan sektor yang memiliki kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku terbesar di Kabupaten Tolikara yaitu, masing-sebesar 292.665,30 juta rupiah. Sektor kedua yang memiliki kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku terbesar adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, yaitu sebesar 240.714,80 juta rupiah. Lalu di urutan ketiga sektor Konstruksi dengan kontribusi sebesar 185.518,10 juta rupiah.
Pada tahun 2016 PDRB Kabupaten Tolikara atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha sebesar 927 633.00, dimana Pertanian dan Kehutanan menjadi penyumbang terbesar, sebesar 261 255.30, penyumbang terbesar ke-2 adalah Administrasi Pemerintahan sebesar 246 713.30 dan yang ke-3 adalah Konstruksi sebesar 168 538.30.
Kondisi Geografis
Wilayah Kabupaten Tolikara mempunyai topografi yang bervariasi antara 1.400-3.300 meter diatas permukaan laut dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan (dataran tinggi) yang dilalui beberapa aliran sungai dan anak sungai yang berasal dari bukit dan gunung yang ada disekitarnya. Hampir sebagian besar didominasi oleh kemiringan lahan diatas 40 persen. Iklim di Kabupaten Tolikara adalah iklim tropis basah karena dipengaruhi letak wilayah yang berada pada ketinggian (dataran tinggi) sehingga rata-rata temperatur udara bervariasi. Berdasarkan data dari Kantor Stasiun Meteorologi Jayawijaya, secara rata-rata hari hujan yang terjadi di Tolikara setiap bulannya mengalami 23 hari hujan dengan curah hujan sebanyak 199.5 mm. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2016, di Kabupaten Tolikara hampir setiap hari selalu mengalami hujan. Suhu di Tolikara tidak terlau rendah, secara rata- rata suhu di Tolikara berkisar antara 15-28 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-ratanya sebesar 87% sedang angin yang bertiup sepanjang tahun adalah angin barat daya dengan kecepatan angin rata-ratanya sebesar 16 knot/jam dan terendah 2.9 knot/jam. Kabupaten ini berada pada daerah aliran sungai Mamberamo dan Baliem, Kabupaten Tolikara memiliki banyak lokasi mata air di mana arah aliran sungainya mengalir ke bagian utara maupun ke selatan. Beberapa sungai yang terdapat di wilayah itu adalah Sungai Toli, Konda, Sungai Bogo, Sungai Wunin, Sungai Kembu, Sungai Pun, Sungai Kurip, Kega, Anggok, dan Sungai Mamberamo. Air dari sungai tersebut, oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai sumber air baku untuk pertanian dan untuk air bersih.
Kependudukan
Penduduk Kabupaten Tolikara berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 133.786 jiwa yang terdiri atas 72.613 jiwa penduduk laki- laki dan 61.173 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk Tolikara mengalami pertumbuhan sebesar 1,87 persen dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,73 persen dan penduduk perempuan sebesar 2,05 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 118,70. Kepadatan penduduk di Kabupaten Tolikara pada tahun 2016 mencapai 9,19 jiwa/km2dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Kepadatan Pendudukdi 46 Distrik cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Distrik Nabunage dengan kepadatan sebesar 30 jiwa/km2dan terendah di Distrik Egiam sebesar 1 jiwa/km2.
Indeks Pembangunan Manusia
Perkembangan IPM dari tahun ke tahun terus berubah-ubah, kemajuan IPM sangat tergantung pada komitmen penyelenggara Pemerintah Daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Perkembangan IPM Kabupaten Tolikara mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun selama periode 2011-2015 dengan rata-rata perkembangan sebesar 1.09 poin, penigkatan IPM terbesar terjadi selama kurun waktu 2012-2013 yang mengalami peningkatan 1,83 poin dan terendah selama kurun waktu 2014-2015 yakni 0,48 poin, dengan Nilai IPM sebesar 46,38 pada tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 47,11 maka status IPM Kabupaten Tolikara berada pada tingkatan Menengah Bawah.
Pendidikan
Pendidikan di Kabupaten Tolikara pada tahun 2016 terdiri dari Taman Kanak-Kanak Swasta, Taman Kanak-Kanak Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Menengah Pertama Swasta, Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sekolah Menengah Umum Swasta, Sekolah Menengah Umum Negeri, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Terdapat 3 sekolah TK Swasta yang berada di Distrik Wunin, Bokondini, dan Kembu dengan perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru sebesar 76,33, 4 TK Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Wakuo, dan Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 30,86, 6 SD Swasta yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Wunin, dan Bokondini dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 64,25, 71 SD Negeri yang berada hampir di seluruh Distrik, kecuali Tagineri, Tagime, Danime, Aweku, dan Yuko dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 92,05, 2 SMP Swasta yang berada di Distrik Kanggime dan Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 38,81, 16 SMP Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Woniki, Nabunage, Gilubandu, Karubaga, Goyage, Wunin, Bokondini, Bokoneri, Kembu, Umagi, Panaga, Poganeri, Air Garam, Wari/Tayeve, dan Anawi dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 51,47, satu SMU Swasta yang berada di Distrik Karubaga dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru sebesar 18,82, 4 SMU Negeri yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Bokondini, dan Kembu dengan perbandingan jumlah murid dan jumlah guru sebesar 13,50, dan 1 SMK Negeri yang berada di Distrik Wari/Tayeve dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah guru sebesar 16,50. Saat ini Di Kabupaten Tolikara terdapat 100 Guru Petra sebagai Guru Bantu yang berasal dari Yayasan Indonesia Cerdas di Jakarta, ini merupakan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Tolikara untuk mengisi kekosongan guru sambil menuggu perekrutan guru-guru yang baru.
Kesehatan
Secara umum, fasilitas kesehatan di Kabupaten Tolikara terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, dan Puskesmas Keliling. Pada tahun 2014 terdapat 1 Rumah Sakit yang berada di Distrik Karubaga, 25 Puskesmas, 25 Puskesmas Pembantu, dan 16 Posyandu yang berada di Distrik Karubaga dan Bokondini. Selain itu, terdapat Puskesmas Keliling yang terdiri dari Puskesmas Keliling Roda Empat (mobil) dan Puskesmas keliling Roda Dua (motor). Terdapat dua Puskesmas Keliling Roda Empat yang berada di Distrik Karubaga dan Distrik Bokondini dan 13 Puskesmas Keliling Roda Dua (motor) yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Karubaga, Bokondini, Poganeri, Wari/Tayeve, dan Kubu. Sementara itu, terdapat tenaga kesehatan, yaitu Dokter, Perawat, dan Bidan. Terdapat 19 orang Dokter yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Karubaga, Wunin, Bokondini, Kembu, dan Wugi, 130 orang Perawat yang berada di semua distrik, kecuali Distrik Kondaga, Nelawi, Kamboneri, Dow, Tagime, Danime, Lianogoma, Gika, dan Yuko, dan 74 orang Bidan yang berada di seluruh distrik, kecuali Distrik Wakuo, Goyage, Wina, Umagi, Air Garam, Wari/Tayeve, Egiam, Kubu, Geya, Timori, Yuneri, Tagineri, Tagime, Danime, Lianogoma, Aweku, Anawi, Gika, dan Yuko.
Pertanian
Kabupaten Tolikara merupakan dataran tinggi, dengan ketinggian wilayah lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Karakteristik wilayah yang seperti ini membuat sektor pertanian menjadi kegiatan ekonomi unggulan bagi sebagian besar masyarakatnya. Daerah ini mempunyai lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian berupa pertanian tanaman pangan yang meliputi tanaman padi ladang dan umbi-umbian, palawija, (jagung ubi jalar, ketela pohon, kacang tanah, dan kacang kedelai) dan jenis tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran yang tersebar di setiap Distrik. Ubi jalar, nenas dan markisa merupakan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Tolikara. Ubi jalar juga merupakan makanan pokok bagi masyarakat setempat. Pada tahun 2014, luas panen tanaman ubi jalar mencapai 7.892 ha, dengan total produksi mencapai 58.180 ton. Selain itu, terdapat juga beberapa komoditas pertanian holtikultura, antara lain bawang merah, cabai, kentang, kubis, dan petai. Pada tahun 2014, luas panen bawang merah mencapai 116 ha dengan produksi 442 ton, cabai 125,5 ha dengan produksi 331 ton, kentang 98 ha dengan produksi 328 ton, kubis 135 ha dengan produksi 435 ton, dan petsai 100 ha dengan produksi 240 ton. Komoditas pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Tolikara yaitu:
Durian di Distrik Dow
Jahe dan nenas di seluruh distrik;
Bawang merah, bawang putih, wortel, kol, buncis dan kentang di Distrik Poganeri; dan
Pisang, jeruk, markisa, nangka, kubis, timun, dan daun bawang yang terdapat di Distrik Woniki, Distrik Karubaga, Bokondini dan Nabunage.
Perkebunan
Perkebunan yang berkembang di Kabupaten Tolikara berdasarkan Data Dinas Pertanian Kabupaten Tolikara adalah Kopi meskipun kondisi fisik dan lingkungan mendukung untuk beberapa komoditas perkebunan, diantaranya: kakao, vanili, kelapa sawit. Sebagian besar dari perkebunan kopi ini hanya ditanam oleh masyarakat secara individu saja bukan dimaksudkan untuk perkebunan secara luas, dimana hanya ada beberapa tanaman kopi saja untuk tiap rumah tangga yang menanam kopi. Di kabupaten Tolikara, kopi banyak diusahakan di Distrik Bokondini, Kanggime dan Kembu. Kondisi fisik dan lingkungan (suhu, ketinggian, kelerengan lahan > 40%) di Kabupaten Tolikara sangat cocok untuk usaha tani komoditas perkebunan tertentu, diantara kopi, kakao, vanili dan sebagainya. Kabupaten Tolikara 2013-2032 diatur bahwa, sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan adalah sebesar 108,18 ha, dengan beberapa komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan,yaitu: buah merah di Distrik Bokondini dan Distrik Kanggime, sementara tanaman kopi yang produktifitasnya cukup tinggi dan terdapat di hampir seluruh Distrik, Sagu di Distrik Dow dan Distrik Wari.
Kehutanan
Kabupaten Tolikara sebagian besar didominasi oleh hutan yang memiliki luas sekitar 1.200.500 ha atau 82,43 persen luas wilayah yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi konversi, hutan produksi biasa, hutan cagar alam dan Taman Lorenz sedangkan sisanya di peruntukan untuk perkampungan (permukiman), ladang dan pertanian, selain itu penggunaan lahan lainnya digunakan untuk padang rumput.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.458 Tahun 2012, Kawasan Hutan di Kabupaten Tolikara terbagi menjadi lima, yaitu Areal Penggunaan Lain, Hutan Produksi Konversi, Hutan Produksi Terbatas, Suaka Marga Satwa Pegunungan Foja, dan Hutan Lindung. Dari kelima klasifikasi kawasan hutan tersebut, hanya Areal Penggunaan Lain yang nantinya dapat dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan area terbangun lainnya.
Kawasan hutan di Kabupaten Tolikara yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan sektor produktif adalah hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi, potensi hasil hutan yang ada di Kabupaten Tolikara antara lain:
Potensi Kayu Lawang
Informasi tentang kayu lawang (Cinamonum spp) belum akurat (penyebaran alami sporadis). Pengelolaan minyak lawang masih dilakukan dalam skala terbatas, bahkan dapat dikatakan masih dalam taraf eksplorasi.Sentra-sentra produksi dan penyebaran kayu lawang pada umumnya tersebar di wilayah perbatasan DAS Baliem dan DAS Mamberamo.
Potensi Lebah Madu
Potensi lebah madu cukup besar dan telah dapat dikembangkan oleh masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Tolikara
Potensi Buah Merah
Potensi buah merah (Pandanus Lam) cukup dikenal luas dimasyarakat di Kabupaten Tolikara. Buah merah biasanya diambil langsung masyarakat dari pohonnya di hutan dan di konsumsi, terutama pada acara-acara pesta adat.
Peternakan
Secara umum, usaha ternak di Kabupaten Tolikara masih sangat sederhana dengan cara diliarkan di lahan kosong tanpa ada perlakuan apapun. Hewan ternak yang diusahakan diantaranya sapi potong, kuda, kambing, babi dan jenis unggas, diantaranya ayam ras, itik/entok dan kelinci. Peternakan di Kabupaten Tolikara di dominasi oleh peternakan babi Menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara jumlah populasi ternak babi, pada tahun 2013 berjumlah 52.414 ekor, selain itu untuk ternak jenis unggas di dominasi oleh ternak ayam buras, berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Tolikara terdapat ayam buras sebanyak 45.496 ekor. Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Tolikara 2013-2032 diatur bahwa, kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah:
Penangkaran buaya di Distrik Dow
Ternak besar untuk sapi di Distrik Nabunage dan Distrik Bokondini
Ternak kecil untuk kambing, babi dan kelinci tersebar di seluruh Distrik
Ternak unggas untuk ayam dan itik yang tersebar di seluruh Distrik.
Perikanan
Perikanan masih belum begitu berkembang di Kabupaten Tolikara sampai saat ini, perikanan di Kabupaten Tolikara masih di dominasi oleh ikan mas, ikan nila dan ikan mujair karena daerah ini sebagian besar adalah wilayah daratan (bukan pantai) maka tidak terdapat perikanan laut maupun tempat pelelangan ikan. Potensi perikanan darat di Kabupaten Tolikara cukup baik karena didukung oleh ketersediaan sumber air dari sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut. Praktek usaha perikanan dilakukan dalam bentuk kolam ikan yang dilakukan oleh Kelompok Tani. Jenis ikan yang dibudidayakan, diantaranya: mas, mujair, nila, lele dan udang. kawasan perikanan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah perikanan air tawar melalui budidaya kolam dan dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan kawasan pertanian. Kawasan Perikanan ini diarahkan untuk dikembangkan di Distrik Dow dan Distrik Wari.
Pariwisata
Sektor Pariwisata di Kabupaten Tolikara memang masih belum berkembang. Sampai dengan tahun 2015 tidak ada wisatawan mancanegara maupun domestik yang datang ke daerah ini. Pariwisata di Kabupaten Tolikara memiliki potensi namun belum di kelola dengan maksimal, selama ini belum terlalu banyak kegiatan yang di lakukan untuk mendongkrak pariwisata daerah ini, hal ini disebabkan minimnya program-program atau kegiatan kebudayaan dan promosi pariwisata di Kabupten Tolikara. Adapun kegiatan yang sementara ini di lakukan di dalam Tolikara sendiri adalah Wisata Alam dan Wisata Budaya, untuk Wisata Alam terbagi menjadi 2 yaitu Agro Wisata dan Wisata Buatan (para layang), Wisata Buatan/para layang rencananya akan di launching tahun depan, 2018 untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tolikara saat ini sedang berupaya dan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Kementrian terkait untuk kegiatan tersebut. Untuk Wisata Budaya dengan menyelenggarakan Festival Budaya antara lain Lomba Tarian Tradisional Wisisi, Lomba Panah Tradisional dan Lomba membuat cinderamata, Festival Budaya ini diselenggarakan sejak tahun 2013, tiap tahunnya diselenggarakan pada minggu pertama di bulan Agustus, tepatnya dilaksanakan satu minggu sebelum Festival Lembah Baliem. Adapun obyek-obyek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan diwilayah Kabupaten Tolikara adalah sebagai berikut:
Obyek wisata Danau Biuk, Lokasi obyek wisata ini berdekatan dengan Kota Karubaga dan Kuari, dapat digunakan untuk olah raga dan tempat pemancingan, juga mempunyai pemandangan alam yang indah.
Cagar Alam dan Taman Nasional Lorenz, Cagar Alam Taman Nasional Lorenz ini terletak di daerah pegunungan.
Gunung Timoini (Lembah Hitam). Lokasi pariwisata ini terletak di Distrik Panaga sebagai tempat ekspedisi tahap II di jaman primitif diwilayah suku Lani Utara dalam rangka usaha pendakian gunung Trikora dan merupakan pintu masuknya Injil di daerah pedalaman.
Transportasi
Transportasi di Kabupaten Tolikara masih harus terus dikembangkan. Hingga kini akses jalan darat dari Tolikara menuju kota-kota pelabuhan masih belum ada. Akses jalan yang ada baru sebatas antar kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah, seperti Kabupaten Jayawijaya. Total panjang jalan di Kabupaten Tolikara hingga tahun 2013 sepanjang 215,31 km. Sementara Transportasi Udara merupakan tulang punggung aksebilitas wilayah, mengingat topografi yang sangat curam dan medan yang sulit. Baik untuk angkutan orang maupun barang pada umumnya dilakukan melalui angkutan udara dengan konsekuensi jumlah angkutan yang terbatas serta biaya yang mahal. Kegiatan angkutan udara ini dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik misionaris MAF/AMA. Hampir selurush distrik di Tolikara memiliki Lapangan Terbang (kecuali Distrik Woniki). Dua lapangan Terbang berstatus perintis di Distrik Karubaga dan Bokondini, sementara sisanya berstatus Air Strip. Sampai dengan tahun 2015, Kabupaten Tolikara memiliki 10 landasan pesawat terbang, yang berada di Distrik Kanggime, Karubaga, Wunin, Bokondini, Kembu, Wina, Umagi, Panaga, Egiam dan Dundu.
Di tahun 2017, Gubernur Papua Lukas Enembe telah meresmikan sejumlah proyek infrastruktur di Tolikara; salah satunya ruas jalan Kanggime-Mamit sepanjang 167 kilometer. Pembukaan jalan Kanggime-Mamit merupakan proyek multi years, karena masyarakat Mamit selama ini terisolasi akibat sulitnya akses menuju daerah Karubaga, dimana hanya dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang berbadan kecil, atau dengan berjalan kaki selama beberapa hari. Dengan diresmikannya jalan tersebut, masyarakat kini sudah bisa bepergian dengan menggunakan kendaraan roda dua/empat ke daerah terdekat seperti ke Karubaga, Ibukota Kabupaten Tolikara. Proyek pembangunan jalan ini sudah dimulai sejak tahun 2014, pembangunan ruas jalan Kanggime-Mamit ini melewati 5-6 Distrik.
Energi & Air Bersih
Pasokan energi utama yaitu listrik, masih belum bisa dinikmati dengan optimal. Padahal listrik merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan industri. Sampai tahun 2011, jumlah unit pembangkit listrik yang tersedia hanya 2 unit, yaitu di Distrik Karubaga dan Bokondini. Jumlah daya yang diproduksi hanya sebesar 2,5 Mwh, sehingga listrik hanya bisa dialirkan selama beberapa jam saja (pukul 18.00 – 23.00 WIT). Selama beberapa tahun terakhir ini baru ada 6-7 Distrik yang dapat di aliri listrik.
Selain ruas jalan Kanggime-Mamit, Gubernur Papua, Lukas Enembe juga meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Tolikara.
Pendapatan DOMESTIK Regional BRUTO (PDRB)
Pada tahun 2014, sektor pertanian dan kehutanan merupakan sektor yang memiliki kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku terbesar di Kabupaten Tolikara yaitu, masing-sebesar 292.665,30 juta rupiah. Sektor kedua yang memiliki kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku terbesar adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, yaitu sebesar 240.714,80 juta rupiah. Lalu di urutan ketiga sektor Konstruksi dengan kontribusi sebesar 185.518,10 juta rupiah.
Pada tahun 2016 PDRB Kabupaten Tolikara atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha sebesar 927 633.00, dimana Pertanian dan Kehutanan menjadi penyumbang terbesar, sebesar 261 255.30, penyumbang terbesar ke-2 adalah Administrasi Pemerintahan sebesar 246 713.30 dan yang ke-3 adalah Konstruksi sebesar 168 538.30.