-->

Anthonius Ayorbaba Dorong Pemkab Biak Daftarkan Prosesi Budaya "Apen Bayerem" di Kemenkumham Papua

Anthonius Ayorbaba Dorong Pemkab Biak Daftarkan Prosesi Budaya "Apen Bayerem" di Kemenkumham Papua

BIAK, LELEMUKU.COM - Festival Biak Munara Wampasi 2023 menjadi sorotan. Tak semua rangkaian acaranya, salah satunya yang dinantikan karena ada ritual Apen Beyeren. 

Ritual itu adalah satu dari sekian ritual adat dalam budaya masyarakat Kabupaten Biak Numfor. Secara bebas Apen Beyeren dapat diartikan sebagai prosesi berjalan di atas Batu Panas. 

Asal mulanya ritual ini berasal dari tradisi Barapen. Tradisi bakar batu untuk keperluan memasak yang dilakukan warga kampung ketika ada acara upacara adat ataupun syukuran. 

Dari sanalah kemudian berkembang menjadi Apen Beyeren. Sejatinya ritual ini khusus diadakan untuk penghormatan terhadap seseorang ataupun tokoh adat. 

Ritual yang berlangsung di Biak Mina Jaya (BMJ) Samau di pusat kota Biak itu memakan waktu cukup lama, karena memang batu harus dalam keadaan panas betul. 

Batu yang digunakan adalah batu karang, yang kemudian disusun berselang-seling dengan kayu. Kemudian dibakar selama kurang lebih empat jam. 

Menjelang senja, para pelaku ritual yang berasal dari kelompok Apen Beyeren Adoki dari Distrik Yendidori, memulai aksinya. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan, bahkan di antaranya sudah berwarna senja. 

Mereka mengenakan pakaian adat, mulai membongkar susunan batu. Satu per satu, kayu bakar yang ada disingkirkan dan kemudian batu-batu diratakan. 

Tidak lama dari itu, tabuhan tifa bergaung mengiringi tarian Wor Beyusser yang dibawakan anak-anak Biak , menandakan dimulainya ritual Apen Beyeren. 

Anthonius Ayorbaba Dorong Pemkab Biak Daftarkan Prosesi Budaya "Apen Bayerem" di Kemenkumham Papua

Mereka melakukan tarian sambil bernyanyi mengitari batu panas dan kemudian duduk mengitari batu panas, yang sebagian membara merah. 

Mereka melantunkan pujian-pujian kepada Tuhan. Mantra ini bernama Neno-neno. Ritual ini menimbulkan suasana magis, namun juga terasa eksotis. 

Sebelum melewati batu panas, kaki para pelaku ritual dioleskan dengan air bekas makan Pinang dan semacam minyak. 

"Ini dibuat dari daun Sindia. Dengan membelinya , telapak kaki tidak akan melepuh saat batu panas," ujar salah satu dari mereka. 

Seiring semakin cepatnya tempo tabuhan tifa dan nyanyian pujian, satu demi satu mereka mulai menggali batu panas. 

Dimulai dengan Bapa Boas Yapen dari Kampung Adoki yang diwawancarai Humas. Tua, muda, laki-laki, dan perempuan, bahkan anak-anak ikut menjemur batu panas tersebut. 

"Apen Beyeren merupakan kearifan budaya lokal. Tidak sembarang orang bisa melakukan ini, hati dan pikiran harus bersih," Boas Yapen asal Kampung Adoki (1/7/2023) 

“Ini menjadi keunggulan pariwisata Biak yang tidak dimiliki oleh daerah lain,” tambahnya. 

Jika diperhatikan dengan seksama, Apen Beyeren tidak hanya sekedar atraksi. Namun di dalamnya terkandung nilai-nilai historis dan juga sebagai sebuah bentuk keseimbangan antara manusia, alam, dan nilai-nilai budaya leluhur. 

Anthonius Ayorbaba Dorong Pemkab Biak Daftarkan Prosesi Budaya "Apen Bayerem" di Kemenkumham PapuaAnthonius Ayorbaba Dorong Pemkab Biak Daftarkan Prosesi Budaya "Apen Bayerem" di Kemenkumham Papua

Ditempat yang sama, Hadir secara langsung dan turut menyaksikan Apen Bayerem Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Papua, Anthonius M. Ayorbaba, SH.,M.Si. 

Ia mengatakan Kabupaten Biak Numfor punya Apen Bayeren yang harus dilindungi karena bisa memberikan dampak ekonomi bagi Masyarakat, memiliki Filosofi Budaya yang tinggi. Di mana memiliki karakteristik tertentu, unik dan spesifik dan berada pada Kampung tertentu dan Marga tertentu. 

"Yang menampilkan hari ini dari Kampung Adoki Distrik Yendidori," Ujarnya 

Kanwil Kemenkumham Papua siap berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda)  Kabupaten Biak Numfor termasuk Dinas Pariwisata untuk secepatnya mendaftarkan Prosesi Budaya Apen Bayerem di Kementerian Hukum dan HAM Papua, melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). 

Ayorbaba berharap pada Puncak event Sail Teluk Cenderawasih yang jatuh pada Bulan November 2023, Apen Bayerem sudah terdaftar di Kekayaan Intelektual Komunal menjadi milik Sah Pemda Biak Numfor dan perlu dikemas sebagai event yang punya nilai jual dalam peningkatan Pariwisata di Kabupaten Biak Numfor yang perlu dikemas secara Profesional dengan menggunakan media Digitalisasi dan teknologi Informasi.

Harapan Kakanwil Pentas Apen Bayeren ini bisa dapat berkontribusi Positif bagi Masyarakat yang melakukan pergelaran. 

"Pemda Biak harus jadikan event ini menjadi event yang bergengsi dan perlu dikelola baik agar dapat memberikan dampak peningkatan ekonomi Masyarakat," Ungkap Anthonius Ayorbaba (1/7) 

Event ini bisa menjadikan Biak Numfor  Go Internasional dan dapat mendatangkan wisatawan asing dalam jumlah banyak yang akan mengunjungi Kota  Biak  menyaksikan pentasan Apen Bayeren dan sejumlah Pentas Budaya Biak dan dapat memberikan peningkatan ekonomi bagi Masyarakat, tutup Ayorbaba. 

Hadir juga Kepala Kantor Imigrasi TPI Biak Numfor, Edward Infaindan, Kalapas Kelas II B Biak, Yudo Adi Yuwono, Amd.IP, SH.,M.Si serta Pejabat dan staf Jajaran Kanim dan Lapas Biak. (humaskemenkumhampapua)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah