Pelukan dan Ucapan Cinta Orang Tua Simbol Medali Ubah Takdir Anak Papua
Sang ayah dengan penuh kasih mengambil medali yang berkilauan, dan dengan gemetar tangan yang penuh syukur, ia memasangkannya di leher anak lelakinya. Ekspresi wajahnya mencerminkan rasa haru yang tak terkendali, seperti gunung berapi yang meletus dengan sukacita yang meluap-luap. Setelah itu, ia menunduk dan memeluk erat sang anak, bibirnya berbisik menyampaikan ucapan selamat.
Hanya Tuhan dan mereka berdua yang tahu apa yang dikatakan oleh sang ayah dalam bisikan itu. Namun, magisnya momen itu seketika terasa dalam pelukan hangat sang anak. Seorang anak berusia 7 tahun yang penuh kepolosan, dengan perasaan tulus, membalas pelukan itu dan mencium pipi ayahnya dengan penuh cinta.
Riuh haru pun terdengar dari dewan guru, orang tua murid, dan tamu yang hadir. Air mata bahagia mengalir begitu deras, seakan menghapus bekas kesedihan dan memberikan harapan baru dalam hidup. Mereka menyeka air mata dengan rasa syukur dan terinspirasi oleh momen tersebut. Semua yang hadir merasakan stimulan asa yang mengalir dalam diri mereka, memberi semangat untuk melangkah maju dan menghadapi masa depan dengan penuh kemantapan.
Kasih sayang dan dukungan yang tulus mampu menciptakan keajaiban dalam hidup seseorang. Pada hari itu, panggung kehidupan terhiasi oleh pelukan dua jiwa yang saling melengkapi, memberikan hasrat dan kebahagiaan yang abadi.
Begitulah prosesi pemberian medali kelulusan di Yayasan Papua Kasih merupakan momen yang istimewa. Para orang tua dengan terbuka menunjukkan rasa cinta mereka kepada 38 anak lulusan sekolah dengan memasang medali secara langsung. Tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa orang tua menyayangi mereka dengan tulus.
Selain itu, prosesi tersebut juga memberikan rasa penghargaan kepada para orang tua. Sebagai figur penting dalam hidup anak-anak, orang tua memiliki hak untuk mengapresiasi prestasi yang telah dicapai oleh anak. Pemberian medali menjadi bentuk nyata dari apresiasi itu dan memiliki makna yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak.
Medali bukan hanya sekadar simbol atau tanda penghargaan atas perjalanan satu tahun anak dalam belajar dan mengembangkan diri sesuai usianya. Lebih dari itu, medali tersebut merupakan simbol dari perjalanan penuh perjuangan dan kerja keras yang telah dilalui anak-anak tersebut serta mewakili dedikasi, ketekunan, dan prestasi yang mereka peroleh dalam perjalanan proses belajar mereka.
Mengutip motivasi yang disampaikan oleh Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pondok Kemuliaan Sentani, Kabupaten Jayapura, Pdt. Frans Billin Wakerkwa, S.Th dalam kitab Mazmur pasal 127 dan ayat 4 mengatakan anak-anak diibaratkan seperti anak panah di tangan seorang pahlawan.
“Lihatkan wajah-wajah presiden, gubernur, bupati yang sedang duduk ini. Mereka adalah pemimpin masa depan kita di tanah ini,” sebut dia.
Selain sekolah, para orang tua diberikan mandat mulia dan bertanggungjawab mengembangkan potensi, talenta dan karunia yang diberikan Tuhan secara pribadi kepada anak, sehingga mereka mampu bersaing dalam kehidupan dengan hormat dan untuk kemuliaan Tuhan.
Menurut Wakerkwa sebagai orang tua Papua sering mendidik dengan keras dan menggunakan perkataan yang tidak membangun bagi anak-anak.
Ia pun mengajak para orang tua untuk merubah cara tersebut dengan kata-kata yang memberkati. Perkataan memiliki kekuatan untuk membuat anak-anak menjadi orang yang hebat di masa depan, sehingga mereka bisa bersaing dengan tantangan dunia.
“Setiap anak dilahirkan dengan potensi dan pemberian dari Tuhan yang harus dikembangkan agar mereka dapat menjadi anak-anak yang luar biasa dan melayani Tuhan dengan kapasitas yang diberikan,” pesan Wakerkwa.
Bicara tentang orang tua yang terbuka untuk menunjukkan rasa cinta mereka terhadap anak-anak yang memperjuangkan masa depan pendidikan Papua. Dalam situasi yang memprihatinkan diperlihatkan oleh para orang tua dari mahasiswa penerima beasiswa Otonomi Khusus (Otsus) Papua mengangkat suara untuk mengekspresikan cinta mereka kepada anak-anak mereka yang sedang menghadapi ancaman berhenti kuliah atau dikeluarkan dari kampus tempat mereka sekolah. Dukungan dan kepedulian orang tua menjadi pendorong utama dalam perjuangan mencari solusi terkait status beasiswa bagi mahasiswa Papua yang sedang aktif kuliah di dalam dan luar negeri.
Masalah yang dihadapi meliputi penunggakan pembayaran biaya kuliah dan biaya hidup, yang menyebabkan hambatan dalam proses studi dan mengganggu kesehatan mental mahasiswa. Surat peringatan dan ancaman pengusiran dari tempat tinggal telah diterima oleh beberapa mahasiswa, dan mereka kini menghadapi resiko drop out, kehilangan status visa legal, dan bahkan deportasi dari negara studi mereka.
Dalam upaya mencari solusi, International Alliance of Papuan Students Association Overseas (IAPSAO) meminta pemerintah Provinsi Papua untuk mengambil tindakan. Koordinasi dengan KBRI/KJRI di negara-negara studi, universitas, dan imigrasi di masing-masing negara menjadi langkah penting dalam mengatasi masalah status mahasiswa.
IAPSAO juga berharap Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua bertanggung jawab dalam memverifikasi dan memvalidasi data penerima beasiswa sebelum disebarkan.
Dalam keluhan yang disampaikan, orang tua penerima beasiswa Otsus Papua menyoroti ketidakrelevanan data penerima beasiswa dan ketidaksesuaian pemindahan domisili. Mereka menuntut agar BPSDM Papua bertanggung jawab atas anggaran yang telah dialokasikan dan segera merealisasikan pencairan dana beasiswa sebesar Rp122 Miliar. Keberlanjutan beasiswa menjadi persoalan krusial yang mempengaruhi masa depan generasi muda Papua.
Dalam menjawab tuntutan tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua berjanji akan mencari solusi segera dan meneruskan aspirasi orang tua kepada Plh Gubernur Papua, Dr. H. Ridwan Rumasukun. Perjuangan ini tak hanya sebatas masalah finansial, tetapi juga melibatkan harapan akan masa depan pendidikan di Papua yang melibatkan generasi muda yang berbakat dan berpotensi.
Orang tua yang terbuka untuk menunjukkan rasa cinta mereka terhadap anak-anak adalah bentuk perlindungan, dukungan, dan perjuangan orang tua yang memainkan peran krusial dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan peluang yang setara bagi anak-anak Papua. Sehingga komitmen untuk mencapai solusi yang memberikan jaminan masa depan yang cerah bagi generasi muda Papua dapat tercapai. (Laura Sobuber)