EJF dan Tempo Latih Jurnalis Jayapura Investigasi Kejahatan Lingkungan
pada tanggal
Sunday, 16 October 2022
JAYAPURA, LELEMUKU.COM – Enviromental Justice Foundation (EJF) bekerjasama dengan Tempo Institute (TI) menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menyelenggarakan workshop atau pelatihan jusnalistik mentoring dan seleksi fellowship ‘Pengenalan Terhadap Kejahatan Lingkungan Blue Carbon atau Mangrove’.
Kegiatan tersebut digelar di Kota Jayapura, Provinsi Papua selama tiga hari sejak Selasa, 11 Oktober 2022 hingga Kamis, 13 Oktober 2022 dengan menghadirkan Dosen dan Peneliti Fakultas Kehutanan Universitas Papua (Unipa), Jimmi Wanma.
Kegiatan tersebut digelar di Kota Jayapura, Provinsi Papua selama tiga hari sejak Selasa, 11 Oktober 2022 hingga Kamis, 13 Oktober 2022 dengan menghadirkan Dosen dan Peneliti Fakultas Kehutanan Universitas Papua (Unipa), Jimmi Wanma.
Selanjutnya, Pimpinan Redaksi (Pimred) Tempo Online, Anton Apri sebagai pemateri yang diikuti oleh 11 jurnalis dari media yang berbeda di Jayapura.
Director, Office of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL), U.S. Embassy Jakarta, Kenneth Zurcher mengatakan hutan mangrove sangat penting untuk jumlah carbon dan menjadi tujuan utama pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Bersama organisasi di dunia untuk bersama-sama mengambil ahli isu kerusakan lingkungan,” ujar dia melalui aplikasi video.
“Bersama organisasi di dunia untuk bersama-sama mengambil ahli isu kerusakan lingkungan,” ujar dia melalui aplikasi video.
Ia mengungkapkan kebanggaan dapat bergabung dan mendukung terlaksananya kegiatan pelatihan. Kenneth pun berharap para jurnalis mampu menjadi komunikator yang efektif menyampaikan isu lingkungan ke publik.
“Hasil kerja bapak dan ibu bukan hanya sekedar menarik headline, tetapi bisa merubah dunia,” harap dia.
Project Manager TI, Sopril Amir menyebutkan beberapa waktu terakhir pihaknya menemukan hal baru bahwa pelaku jurnalistik tidak lagi berada di jalur kompetisi, tetapi harus memasuki era kolaborasi.
“Di dalam beberapa program produksi berita, Tempo tidak hanya dikerjakan oleh redaksi, tetapi juga mengundang berbagai pihak berkolaborasi. Seperti sekarang ini, kami berkolaborasi baik sesama pelaku jurnalistik antar media atau media dengan pihak non media,” sebutnya.
“Di dalam beberapa program produksi berita, Tempo tidak hanya dikerjakan oleh redaksi, tetapi juga mengundang berbagai pihak berkolaborasi. Seperti sekarang ini, kami berkolaborasi baik sesama pelaku jurnalistik antar media atau media dengan pihak non media,” sebutnya.
Sopril pun ingin dikemudian hari bisa menemukan perwakilan dari pemerintah yang mempunyai komitmen bagus terhadap berbagai upaya perbaikan.
“Saya harap teman-teman jurnalis menjadi bagian dari orang-orang yang masih percaya bahwa jurnalistik masih bisa berfungi dan menyumbang hal-hal baik. Saat ini kebebasan informasi begitu massiv dan secara ironis sebuah informasi dapat membuat kita saling tidak percaya,” ungkap dia.
“Saya harap teman-teman jurnalis menjadi bagian dari orang-orang yang masih percaya bahwa jurnalistik masih bisa berfungi dan menyumbang hal-hal baik. Saat ini kebebasan informasi begitu massiv dan secara ironis sebuah informasi dapat membuat kita saling tidak percaya,” ungkap dia.
Indonesia Senior Campaigner dan Project Coordinator EJF, Azizah Nur Hapsari memperkenalkan EJF yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional, berpusat di London, Inggris serta bekerja di beberapa benua. Untuk Asia Tenggara, Kantor EJF terletak di Thailand dan Indonesia.
“Kami berfokus di isu lingkungan dan human right atau hak asasi manusia,” kata dia.
Hapsari menambahkan projek bersama jurnalis tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2021 dengan melakukan 5 webinar dan 2 pelatihan serta menghasilkan 4 juara yang akan memproduksi tulisan investigasi dan diterbitkan di Tempo.
“Projek ini utamanya adalah meningkatkan kapasitas jurnalis. Kami melihat bahwa isu kejahatan lingkungan belum banyak diliput oleh jurnalis,” tutur dia.
“Projek ini utamanya adalah meningkatkan kapasitas jurnalis. Kami melihat bahwa isu kejahatan lingkungan belum banyak diliput oleh jurnalis,” tutur dia.
Dalam pelatihan tersebut, materi pertama diberikan oleh Jimmi Wanma tentang blue carbon ekosistem mangrove. Kemudian, Anton Apri membagikan materi tentang metode investigasi berita. (Laura Sobuber)