-->

Wafatnya Herman Asaribab Bukan Akibat COVID-19 atau Kekerasan

Wafatnya Herman Asaribab Bukan Akibat COVID-19 atau Kekerasan.lelemuku.com.jpg

JAYAPURA,LELEMUKU.COM - Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Letkol Arm Reza Nur Patria membantah informasi sesat yang mengklaim Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal TNI Herman Asaribab meninggal dunia dengan akibat-akibat lain yang tidak berdasar termasuk COVID-19 ataupun kekerasan.

"Pihak Kodam XVII/Cenderawasih menegaskan bahwa Almarhum Letjen TNI Herman Asaribab meninggal dunia karena sakit dan bukan dikarenakan oleh Covid 19 dan penyebab lain yang tidak berdasar, namun karena kondisi almarhum yang menurun," ujarnya kepada Lelemuku.com pada Kamis (17/12/2020) petang.

Ia menyambung, "hal ini terbukti dengan prosesi pemakaman Almarhum Letjen TNI Herman Asaribab yang dilaksanakan secara Upacara Militer yang telah dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2020 di TMP Kusuma Trikora Waena Jayapura dan bukan dengan tata cara pemulasaraan Covid 19."

Selanjutnya Kapendam menjabarkan kronologi ketika almarhum Asaribab mulai jatuh sakit dan masuk RSPAD Jakarta pada tanggal 8 November 2020 dengan keluhan demam dan dilakukan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Positif. 

Selanjutnya pada 14 November 2020, ia dipindahkan ke Pav Suharto (ICU Covid 19) karena terjadi penurunan saturasi oksigen dan hasil Swab PCR Positif. Pada 16 November 2020 dilakukan intubasi (pemasangan ventilasi mekanik pernafasan) karena saturasi oksigen menurun dan supportif terapi lainnya.

Akibat kondisi membaik, petugas melakukan ekstubasi (pelepasan ventilasi mekanik pernafasan) pada 20 November 2020.

Tanggal 22 November 2020 dilaksanakan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Negatif, tanggal 24 November 2020 dilaksanakan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Positif, kemudian tanggal 30 November dan 1 Desember 2020 dilaksanakan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Negatif

Pada 5 Desember 2020 kondisi Letjen Asaribab mengalami penurunan saturasi oksigen sehingga dilaksanakan intubasi atau tindakan medis berupa memasukan tabung endotrakeal melalui mulut atau hidung untuk menghubungkan udara luar dengan kedua paru..

Selanjutnya pada tanggal 8 Desember 2020 dilaksanakan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Negatif, tanggal 9 Desember 2020 dipindahkan ke Ruang ICU Non Covid karena hasil pemeriksaan PCR sudah 3 kali negatif; dan Tanggal 14 Desember 2020 dilakukan pemeriksaan Swab PCR dengan hasil Negatif.

Akhirnya pada tanggal 14 Desember 2020 terjadi perburukan kondisi pasien sehingga dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Almarhum Letjen TNI Herman Asaribab dinyatakan meninggal dunia pukul 13.40 Wib (15.40 Wit) di hadapan keluarga.

Hal ini diungkapkan Kapendam guna membantah rumor dan kabar hoax tentang tudingan kepada mantan Pangdam XVII Cenderawasih yang diklaim menderita COVID-19 dan meninggal akibat tindakan kekerasan.

Salah satu informasi sesat yang beredar pada Kamis 17 Desember 2020, mengklaim bahwa putra asli Kabupaten Biak Numfor tersebut meninggal dengan sebab yang tidak wajar. 

"Menjawab bungkamnya jajaran Tentara Nasional Indonesia dari pertanyaan pihak keluarga dan rakyat Papua tentang penyebab kematiannya, foto-foto jenazah sang jenderal berlumuran darah di kamar jenazah Rumah Sakit TNI AD Gatot Subroto kini beredar luas. Sang jenderal ternyata meninggal dunia akibat luka bacok di bagian belakang leher dan otak kecil, yang ditengarai merupakan pembunuhan bermotif perebutan jabatan Wakasad TNI. Metode pembunuhan seperti ini biasa dilakukan oleh pasukan terlatih khusus dalam tubuh TNI," klaim tulisan dari sebuah blog bernama Papuan Paper Online.

Mereka mengklaim sumber mereka di lingkungan TNI mengatakan bahwa pihak Mabes TNI sedang mencari akal untuk menghindari dugaan kematian Wakasad.

“Bisa saja mereka akan tuduh ke Covid-19 atau penyakit lainnya, tapi kita syukur karena foto-foto jenazah almarhum sudah beredar luas dan pihak keluarga serta masyarakat luas bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri,” klaim tulisan yang tidak memiliki dasar tersebut.

Sementara itu, dari hasil pelacakan menggunakan aplikasi pengenal gambar terkait 2 foto yang dibagikan terungkap bahwa kedua foto tersebut telah lama ada jauh sebelum kematian Letjen Asaribab. 

Foto tersebut pernah digunakan sebagai foto yang diklaim sebagai kematian seorang warga Jayapura meninggal akibat kekerasan. Selanjutnya foto tersebut juga digunakan sebagai bukti wafatnya Bupati Nduga Yairus Gwijangge pada awal November 2020. (Noci)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel


Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari  Papua Untuk Semua di Grup Telegram Papua Untuk Semua. Klik link https://t.me/PapuaCom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Papua Untuk Semua - Jendela Anak Tanah