Haris Azhar Ungkap Dugaan Keterlibatan Anggota TNI dalam Kematian Yeremias Zanambani
pada tanggal
Friday, 30 October 2020
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Ketua Tim Kemanusiaan Provinsi Papua untuk Kasus Kekerasan Terhadap Tokoh Agama di Kabupaten Intan Jaya, Haris Azhar, merilis hasil laporan mereka terkait kematian Pendeta Yeremias Zanambani.
Baca Juga
Haris mengatakan kematian Zanambani merupakan bagian dari rangkaian konflik berkepanjangan di Intan Jaya. Sebelum kejadian, rangkaian peristiwa saling tembak antara TNI dengan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) sering terjadi.
Puncaknya terjadi pada 17 dan 19 September. Aksi saling tembak kemudian menewaskan dua anggota TNI, yang kemudian senjatanya dirampas.
Pendeta dipilih karena dinilai paling dihormati oleh seluruh warga. Menurut Haris, selain dititipi pesan untuk mengembalikan senjata, para pendeta juga diiringi dengan ancaman bahwa kalau tidak dikembalikan, Distrik Hitadipa akan dibom.
Setelah kejadian itu, peristiwa saling tembak kembali terjadi di Hitadipa. Haris mengatakan menurut kesaksian Meriam Zanambani Zoani, istri dari Pendeta Zanambani, setelah itu sekitar 70-an TNI nampak berjalan masuk ke kampung. Termasuk di antara mereka adalah orang yang diduga membunuh pendeta Zanambani.
Direktur Lokataru Foundation itu mengatakan secara total ada empat anggota TNI yang terlihat menuju lokasi Pendeta Zanambani termasuk Alpius, satu anggota di Koramil Persiapan Hitadipa yang akrab dengan keluarga pendeta.
Dua di antaranya menunggu 24 meter dari jalan induk. Sedangkan dua lagi naik langsung ke kandang babi milik pendeta dari Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Papua itu.
Ketika sore menjelang, keluarga kemudian mempertanyakan keberadaan Pendeta Zanambani. Saat diperiksa ke kandang babi, ia sudah dalam keadaan tertelungkup berlumuran darah di lantai.
"Tetapi Pendeta Yeremias masih berkomunikasi dan dalam komunikasi itu kesaksian dari Pak Pendeta kepada Mama Meriam bahwa ini akibat dari orang yang kita kasih makan," kata Haris.
Pendeta Zanambani dikabarkan mengalami luka tikaman di bagian belakang tubuhnya. Ia meninggal sekitar pukul 24.00 waktu setempat.
Sebelumnya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bentukan pemerintah telah mengumumkan bahwa pembunuhan Pendeta Zanambani adanya keterlibatan oknum anggota TNI. (Albert Batlayeri)