Dua Inovasi Digagas Yayasan Satunama Merauke Bagi Petani Lahan Gambut
pada tanggal
Sunday, 17 May 2020
MERAUKE, LELEMUKU.COM - Yayasan Satunama Merauke bekerja sama dengan kemitraan menyelenggarakan kegiatan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati di Kampung Sumber Rejeki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke.
Inovasi ini digagas guna membantu masyarakat yang bertani di daerah lahan gambut untuk menerapkan Pertanian Organik.
Sebagaimana diketahui, ketika bertani di lahan gambut hasilnya tidak akan memuaskan, sebab tanahnya tidak subur. Untuk itu, hadirnya pupuk organik akan membantu menyuburkan tanaman yang ditanam di atas lahan gambut.
Demikian dijelaskan Program Officer Yayasan Satunama Merauke, Mukmin Abdul Rozab, Sabtu (16/5) di Merauke.
Lebih lanjut, Mukmin menjelaskan cara pembuatan pestisida nabati, dengan bahan utama yang disiapkan yaitu daun lamtoro, daun lidah buaya, bonggol pisang dan sabut kelapa. Bahan pendukung berupa, air cucian beras dan gula merah.
Caranya, semua bahan dicacah dan dicampurkan dengan larutan gula merah dan air cucian beras dan didiamkan selama 15 hari.
"Setelah itu, dia menjadi pupuk organik dan kita bisa menggunakan untuk memupuk tanaman. Dijamin lebih aman, nyaman, hemat dan sehat. Cara pengaplikasiannya bisa disiram atau penyemprotan," ungkap Mukmin.
Selain itu, diajarkan pula pembuatan pestisida nabati. Bahannya berupa daun pepaya dua tangkai, detergen dua sendok, minyak tanah dua sendok dan 10 liter air. Fungsinya, untuk penanggulangan hama ulat dan hama belalang.
Ia menyebut, selama ini, para petani lebih identik menggunakan pupuk kimia dan harganya juga lumayan. Adanya pestisida nabati ini, petani bisa lebih mudah serta tidak harus mengeluarkan banyak uang.
Kita membantu petani untuk tetap mempertahankan ketahanan pangan di kampung pada masa Pandemi Covid-19. Apa lagi petani banyak yang mengeluh tentang harga beras dan sembako lainnya yang makin melonjak.
"Sehingga dengan pertanian organik, sekalipun musim kemarau mereka bisa bertahan hidup," katanya.
Selanjutnya, dua inovasi ini akan diajarkan kepada masyarakat Kampung Kaliki, tambah Mukmin. Pola pengajaran dengan memilih beberapa peserta saja, kemudian peserta terpilih yang sudah ikut pelatihan akan mengajarkan lagi ke masyarakat lainnya.
Mereka juga diberi bantuan bibit biji tanaman sayur, lombok dan ketimun untuk dibudidayakan secara mandiri. Menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati yang sudah diajarkan cara pembuatan dan pemakaiannya.
"Sementara bibit sudah mulai tumbuh, dan kita akan menggunakan pupuk organik dan penyemprotan dengan pestisida nabati agar tanaman subur dan bebas hama," tutur Kasrini warga Kampung Sumber Rejeki yang ikut dalam kegiatan itu.
Diakuinya, Yayasan Satunama sudah banyak membantu masyarakat, mulai dari pelatihan mengolah usaha kecil, ekonomi rumah tangga dan pengelolaan BUMK yang saat ini masih difokuskan kepada ibu-ibu.
"Kami harapkan pelatihan seperti usaha kecil harus berkelanjutan, karena kami masih butuh pendampingan," pinta Kasrini.(InfoPublik)
Inovasi ini digagas guna membantu masyarakat yang bertani di daerah lahan gambut untuk menerapkan Pertanian Organik.
Sebagaimana diketahui, ketika bertani di lahan gambut hasilnya tidak akan memuaskan, sebab tanahnya tidak subur. Untuk itu, hadirnya pupuk organik akan membantu menyuburkan tanaman yang ditanam di atas lahan gambut.
Demikian dijelaskan Program Officer Yayasan Satunama Merauke, Mukmin Abdul Rozab, Sabtu (16/5) di Merauke.
Lebih lanjut, Mukmin menjelaskan cara pembuatan pestisida nabati, dengan bahan utama yang disiapkan yaitu daun lamtoro, daun lidah buaya, bonggol pisang dan sabut kelapa. Bahan pendukung berupa, air cucian beras dan gula merah.
Caranya, semua bahan dicacah dan dicampurkan dengan larutan gula merah dan air cucian beras dan didiamkan selama 15 hari.
"Setelah itu, dia menjadi pupuk organik dan kita bisa menggunakan untuk memupuk tanaman. Dijamin lebih aman, nyaman, hemat dan sehat. Cara pengaplikasiannya bisa disiram atau penyemprotan," ungkap Mukmin.
Selain itu, diajarkan pula pembuatan pestisida nabati. Bahannya berupa daun pepaya dua tangkai, detergen dua sendok, minyak tanah dua sendok dan 10 liter air. Fungsinya, untuk penanggulangan hama ulat dan hama belalang.
Ia menyebut, selama ini, para petani lebih identik menggunakan pupuk kimia dan harganya juga lumayan. Adanya pestisida nabati ini, petani bisa lebih mudah serta tidak harus mengeluarkan banyak uang.
Kita membantu petani untuk tetap mempertahankan ketahanan pangan di kampung pada masa Pandemi Covid-19. Apa lagi petani banyak yang mengeluh tentang harga beras dan sembako lainnya yang makin melonjak.
"Sehingga dengan pertanian organik, sekalipun musim kemarau mereka bisa bertahan hidup," katanya.
Selanjutnya, dua inovasi ini akan diajarkan kepada masyarakat Kampung Kaliki, tambah Mukmin. Pola pengajaran dengan memilih beberapa peserta saja, kemudian peserta terpilih yang sudah ikut pelatihan akan mengajarkan lagi ke masyarakat lainnya.
Mereka juga diberi bantuan bibit biji tanaman sayur, lombok dan ketimun untuk dibudidayakan secara mandiri. Menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati yang sudah diajarkan cara pembuatan dan pemakaiannya.
"Sementara bibit sudah mulai tumbuh, dan kita akan menggunakan pupuk organik dan penyemprotan dengan pestisida nabati agar tanaman subur dan bebas hama," tutur Kasrini warga Kampung Sumber Rejeki yang ikut dalam kegiatan itu.
Diakuinya, Yayasan Satunama sudah banyak membantu masyarakat, mulai dari pelatihan mengolah usaha kecil, ekonomi rumah tangga dan pengelolaan BUMK yang saat ini masih difokuskan kepada ibu-ibu.
"Kami harapkan pelatihan seperti usaha kecil harus berkelanjutan, karena kami masih butuh pendampingan," pinta Kasrini.(InfoPublik)