Almelek Bagau Ungkapkan Aksi Penembakan Kelompok Separatis Saat Lakukan Distribusi Penanganan COVID-19 di Intan Jaya
pada tanggal
Monday, 25 May 2020
NABIRE, LELEMUKU.COM - Almelek Bagau, petugas penanggulangan pandemik virus corona atau COVID-19 di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua menceritakan kejadian penembakan yang dialaminya bersama rekannya Heniko Somau yang meninggal Dunia oleh Kelompok separatis bersenjata di Distrik Wandai pada Jumat, 22 Mei 2020.
Pria yang juga merupakan Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya ini saat ditemui dirumah sakit RSUD Nabire, Kabupaten Nabire bercerita dengan suara terbata-bata disertai cucurnya air mata.
"Diawali pada hari Rabu 20 Mei 2020, saya Bersama saudara almarhum Heniko Somau dari Sugapa tiba di kampung Jae, Distrik Wandai membawa obat-obatan. Kami lakukan ini karena saya dan saudara Heniko Somau adalah PNS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya yang juga merupakan Tim Kesehatan Pencegahan Virus Covid-19," kenang dia.
Dikatakan dalam 2 hari perjalanan itu mereka membawa radio HT yang diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk komunikasi dengan petugas kesehatan lapangan dan petugas Kesehatan diposko pencegahan Virus Corona.
"Keesokan harinya, Kamis 21 mei 2020 saya bersama dengan saudara Somau masih berada di kampung Jae Distrik Wandai karena kami mengikuti ibadah kenaikan Yesus Kristus," papar dia.
Selanjutnya pada hari Jumat tanggal 22 mei 2020 sekitar jam 08.00 wit mereka berdua beristirahat dirumah pribadinya karena hari itu sedang hari pasar. Tidak lama kemudian datang sekitar 15 orang yang mengaku sebagai anggota organisasi Papua Merdeka (OPM) yang melakukan pengusiran terhadap masyarakat yang berada di kawasan tersebut.
"Kelima belas orang itu, membawa senjata api laras Panjang dan menghitamkan muka saya dengan arang dan tanah serta mereka berbicara pakai Bahasa Dani. Mereka mengusir masyarakat yang berada di sekitar pasar dan saat itu saya bersama dengan saudara Heniko Somau sudah sempat keluar dari rumah," jelas dia.
Dikatakan, mereka berdua berusaha berlari menjauhi lokasi pengusiran OPM sambil mencari rekannya.
"Kami pergi ke arah pasar, namun sampai didepan rumah saya dan saudara Heniko Somau ditahan oleh 15 orang tersebut kemudian mereka mengatakan bahwa, "kalian tinggal di tempat" dan ada yang mengatakan "duduk,,,,duduk, dan selanjuntnya salah satu dari mereka KKB mengatakan bahwa " maksud kalian apa bawa radio HT, kalian mata-mata to"," papar Bagau.
Ia kemudian menjelaskan tujuan sosial mereka.
"Saat itu saya mengatakan "kami ini tidak tahu apa-apa, radio HT ini punya dinas kesehatan diberikan buat komunikasi masalah virus Corona-Covid 19", namum saat itu para pelaku tetap mencurigai saya bersama dengan Almarhum Heniko Somau adalah mata-mata-nya aparat keamanan dan saat itu juga, mereka KKB langsung menembak anjing peliharaan saya dengan menggunakan senjata api laras Panjang. kemudian mereka mengatakan "kamu mengaku sudah..." saat itu langsung salah satu dari mereka KKB menembak kearah kaki Almarhum Heniko Somau menggunakan senjata api laras panjang sebanyak satu kali dan tembakan tersebut mengenai betis sebelah kanannya almarhum," kenang dia.
Selanjutnya kelompok separatis tersebut Kembali menembak tumit dan betisnya dengan menggunakan senjata laras panjang sebanyak 3 kali dan menembak rekannya sebanyak dua kali dan mengenai pada betis dan paha sebelah kiri.
"Setelah itu sambil saya mengangkat tangan kanan saya dan mengatakan "Tuhan saya salah apa...." kemudian pelaku lainnya menembak telapak tangan sebelah kanan saya dengan menggunakan pistol sebanyak satu kali," jelas dia.
Setelah menganiaya kedua petugas kesehatan tersebut, kelompok separatis tersebut membakar rumah nya dan berteriak mengatakan bahwa kedua korban ditembak merupakan tanggung jawab dari pemerintah.
"Mereka mengatakan, "kepala kampung , kepala distrik ini kalian tanggung jawab" dan mereka langsung pergi," ucap Bagau meniru seruan mereka.
Setelah kelompok tersebut pergi, Heniko mengatakan kepada dirinya, "sobat kita dua ini salah apa" kemudian Bagau menjawab "sobat kita dua punya keadaan sama ini".
Tidak lama kemudian datang masyarakat dan keluarganya mengevakuasi kedua kroban dengan menggunakan motor ke Sugapa, Ibukota kabupaten Intan Jaya untuk mendapatkan perawatan medis, namun didalam perjalanan nyawa Heniko Somau tidak dapat tertolong dan meninggal dunia.
"Saya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Tuhan agar mereka dapat mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan Tuhan Kelak nanti Ketika saatnya Tuhan Memanggil Mereka karena perbuatan mereka, mereka laukan disaat umat Kristen sedang merayakan hari paskah atau kenaikan Tuhan Yesus Kristus dan Juga Dunia sedang dihadapi dengan Wabah Virus Corona," doa Bagau.
"Saya juga minta kepada Pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta HAM untuk melihat secara serius kondisi kami petugas Kesehatan yang sedang menjalani Tugas Kemanusian dalam memerangi Wabah Virus Corona ini dari aksi keji yang dilakukan oleh KKB di Papua ini," lanjut dia. (Albert Batlayeri)
Pria yang juga merupakan Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya ini saat ditemui dirumah sakit RSUD Nabire, Kabupaten Nabire bercerita dengan suara terbata-bata disertai cucurnya air mata.
"Diawali pada hari Rabu 20 Mei 2020, saya Bersama saudara almarhum Heniko Somau dari Sugapa tiba di kampung Jae, Distrik Wandai membawa obat-obatan. Kami lakukan ini karena saya dan saudara Heniko Somau adalah PNS pada Dinas Kesehatan Kabupaten Intan Jaya yang juga merupakan Tim Kesehatan Pencegahan Virus Covid-19," kenang dia.
Dikatakan dalam 2 hari perjalanan itu mereka membawa radio HT yang diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk komunikasi dengan petugas kesehatan lapangan dan petugas Kesehatan diposko pencegahan Virus Corona.
"Keesokan harinya, Kamis 21 mei 2020 saya bersama dengan saudara Somau masih berada di kampung Jae Distrik Wandai karena kami mengikuti ibadah kenaikan Yesus Kristus," papar dia.
Selanjutnya pada hari Jumat tanggal 22 mei 2020 sekitar jam 08.00 wit mereka berdua beristirahat dirumah pribadinya karena hari itu sedang hari pasar. Tidak lama kemudian datang sekitar 15 orang yang mengaku sebagai anggota organisasi Papua Merdeka (OPM) yang melakukan pengusiran terhadap masyarakat yang berada di kawasan tersebut.
"Kelima belas orang itu, membawa senjata api laras Panjang dan menghitamkan muka saya dengan arang dan tanah serta mereka berbicara pakai Bahasa Dani. Mereka mengusir masyarakat yang berada di sekitar pasar dan saat itu saya bersama dengan saudara Heniko Somau sudah sempat keluar dari rumah," jelas dia.
Dikatakan, mereka berdua berusaha berlari menjauhi lokasi pengusiran OPM sambil mencari rekannya.
"Kami pergi ke arah pasar, namun sampai didepan rumah saya dan saudara Heniko Somau ditahan oleh 15 orang tersebut kemudian mereka mengatakan bahwa, "kalian tinggal di tempat" dan ada yang mengatakan "duduk,,,,duduk, dan selanjuntnya salah satu dari mereka KKB mengatakan bahwa " maksud kalian apa bawa radio HT, kalian mata-mata to"," papar Bagau.
Ia kemudian menjelaskan tujuan sosial mereka.
"Saat itu saya mengatakan "kami ini tidak tahu apa-apa, radio HT ini punya dinas kesehatan diberikan buat komunikasi masalah virus Corona-Covid 19", namum saat itu para pelaku tetap mencurigai saya bersama dengan Almarhum Heniko Somau adalah mata-mata-nya aparat keamanan dan saat itu juga, mereka KKB langsung menembak anjing peliharaan saya dengan menggunakan senjata api laras Panjang. kemudian mereka mengatakan "kamu mengaku sudah..." saat itu langsung salah satu dari mereka KKB menembak kearah kaki Almarhum Heniko Somau menggunakan senjata api laras panjang sebanyak satu kali dan tembakan tersebut mengenai betis sebelah kanannya almarhum," kenang dia.
Selanjutnya kelompok separatis tersebut Kembali menembak tumit dan betisnya dengan menggunakan senjata laras panjang sebanyak 3 kali dan menembak rekannya sebanyak dua kali dan mengenai pada betis dan paha sebelah kiri.
"Setelah itu sambil saya mengangkat tangan kanan saya dan mengatakan "Tuhan saya salah apa...." kemudian pelaku lainnya menembak telapak tangan sebelah kanan saya dengan menggunakan pistol sebanyak satu kali," jelas dia.
Setelah menganiaya kedua petugas kesehatan tersebut, kelompok separatis tersebut membakar rumah nya dan berteriak mengatakan bahwa kedua korban ditembak merupakan tanggung jawab dari pemerintah.
"Mereka mengatakan, "kepala kampung , kepala distrik ini kalian tanggung jawab" dan mereka langsung pergi," ucap Bagau meniru seruan mereka.
Setelah kelompok tersebut pergi, Heniko mengatakan kepada dirinya, "sobat kita dua ini salah apa" kemudian Bagau menjawab "sobat kita dua punya keadaan sama ini".
Tidak lama kemudian datang masyarakat dan keluarganya mengevakuasi kedua kroban dengan menggunakan motor ke Sugapa, Ibukota kabupaten Intan Jaya untuk mendapatkan perawatan medis, namun didalam perjalanan nyawa Heniko Somau tidak dapat tertolong dan meninggal dunia.
"Saya hanya bisa berdoa dan memohon kepada Tuhan agar mereka dapat mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di hadapan Tuhan Kelak nanti Ketika saatnya Tuhan Memanggil Mereka karena perbuatan mereka, mereka laukan disaat umat Kristen sedang merayakan hari paskah atau kenaikan Tuhan Yesus Kristus dan Juga Dunia sedang dihadapi dengan Wabah Virus Corona," doa Bagau.
"Saya juga minta kepada Pemerintah dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta HAM untuk melihat secara serius kondisi kami petugas Kesehatan yang sedang menjalani Tugas Kemanusian dalam memerangi Wabah Virus Corona ini dari aksi keji yang dilakukan oleh KKB di Papua ini," lanjut dia. (Albert Batlayeri)