Simon Sapary Ungkap Kenaikan Harga Tiket Pesawat Ikut Picu Inflasi Jayapura
pada tanggal
Sunday, 7 April 2019
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua merilis selama Maret 2019, terjadi inflasi sebesar 0,26 di Kota Jayapura. Faktor pemicu tingginya inflasi, disebabkan tingginya harga angkutan udara atau tiket pesawat yang diberlakukan dua maskapai penerbangan, Garuda Indonesia dan Lion Air.
“Kita tahu baru-baru ini Garuda Indonesia menaikan harga tiket yang tinggi sehingga ini membebani rakyat dan memicu inflasi. Begitu pula Lion Air yang meski kenaikan harga tiket tidak tinggi, namun ada pemberlakuan bagasi berbayar.”
“Kebijakan ini yang kemudian memicu inflasi di Kota Jayapura hingg membuat inflasi Maret lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (Februari) yang hanya 0,03 persen,” terang Kepala BPS Papua Simon Sapary, di Jayapura, kemarin.
Dari perhitungan BPS Papua, faktor pemicu inflasi Kota Jayapura bulan kemarin, yakni naiknya angkutan udara sebesar 0,228 persen, ikan ekor kuning 0,154 persen, ikan cekalang 0,077 persen, cabai merah 0,12 persen, shampo 0,007 persen, emas perhiasan 0,006 persen, serta mie kering instant 0,004 persen.
Inflasi juga terjadi di Merauke selama Maret 2019 sebesar 0,31 persen. Berbeda dengan Kota Jayapura, inflasi tersebut dinilai cenderung lambat dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 2,11 persen.
“Hanya untuk faktor pemicunya tertinggi bukan angkuatan udara sebagaimana di Kota Jayapura. Melainkan, kacang panjang 0,463 persen, beras 0,179 persen, kangkung 0,165 persen, cabai merah 0,071 persen, serta lainnya”.
“Kendati demikian, untuk angkutan udara di Meraue mengaami deflasi. Dan setelah ditelusuri ternyata tiket pesawat Garuda dari Merauke ke beberapa daerah diturunan harganya. Namun khususnya untuk kelas bisnis, sehingga tidak menyumbang inflasi,” terang ia.
Pada kesempatan itu, Simon berharap agar pemerintah dapat memastikan harga jual tiket domestik oleh pihak maskapai bisa ditekan. Hal demikian, agar pada masa mendatang bidang angkutan udara tak menyumbang inflasi.
“Sebab sekali lagi pemberlakuan kenaikan harga tiket ini sangat membebani masyarakat pengguna moda transportasi angkutan udara,” pungkasnya. (DiskominfoPapua)
“Kita tahu baru-baru ini Garuda Indonesia menaikan harga tiket yang tinggi sehingga ini membebani rakyat dan memicu inflasi. Begitu pula Lion Air yang meski kenaikan harga tiket tidak tinggi, namun ada pemberlakuan bagasi berbayar.”
“Kebijakan ini yang kemudian memicu inflasi di Kota Jayapura hingg membuat inflasi Maret lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya (Februari) yang hanya 0,03 persen,” terang Kepala BPS Papua Simon Sapary, di Jayapura, kemarin.
Dari perhitungan BPS Papua, faktor pemicu inflasi Kota Jayapura bulan kemarin, yakni naiknya angkutan udara sebesar 0,228 persen, ikan ekor kuning 0,154 persen, ikan cekalang 0,077 persen, cabai merah 0,12 persen, shampo 0,007 persen, emas perhiasan 0,006 persen, serta mie kering instant 0,004 persen.
Inflasi juga terjadi di Merauke selama Maret 2019 sebesar 0,31 persen. Berbeda dengan Kota Jayapura, inflasi tersebut dinilai cenderung lambat dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 2,11 persen.
“Hanya untuk faktor pemicunya tertinggi bukan angkuatan udara sebagaimana di Kota Jayapura. Melainkan, kacang panjang 0,463 persen, beras 0,179 persen, kangkung 0,165 persen, cabai merah 0,071 persen, serta lainnya”.
“Kendati demikian, untuk angkutan udara di Meraue mengaami deflasi. Dan setelah ditelusuri ternyata tiket pesawat Garuda dari Merauke ke beberapa daerah diturunan harganya. Namun khususnya untuk kelas bisnis, sehingga tidak menyumbang inflasi,” terang ia.
Pada kesempatan itu, Simon berharap agar pemerintah dapat memastikan harga jual tiket domestik oleh pihak maskapai bisa ditekan. Hal demikian, agar pada masa mendatang bidang angkutan udara tak menyumbang inflasi.
“Sebab sekali lagi pemberlakuan kenaikan harga tiket ini sangat membebani masyarakat pengguna moda transportasi angkutan udara,” pungkasnya. (DiskominfoPapua)