Informasi Kehadiran Aparat Meresahkan Pengungsi Nduga di Wamena, Hoax
pada tanggal
Friday, 15 February 2019
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Kodam Cenderawasih menyatakan informasi dan berita yang menyebutkan aparat keamanan mendatangi keluarga-keluarga pengungsi dari Kabupaten Nduga, Provinsi Papua yang berada di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya sehingga menimbukan keresahan adalah informasi palsu belaka.
"Informasi bahwa kedatangan aparat TNI dan Polri di tempat belajar anak-anak pengungsi Mapenduma di Wamena adalah hoax," ujar Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf.Muhammad Aidi melalui pesan seluler pada Jumat (15/2).
Ia mengatakan para pengungsi yang tinggal dirumah sanak saudara mereka di Wamena tidak merasa terganggu, sebab kehadiran TNI dan Polri di situ guna membantu para pengungsi yang membutuhkan perhatian dari semua pihak pasca kejadian pembantaian pekerja PT Istaka Karya yang dilakukan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya di Distrik (Kecamatan) Yigi, 2 Desember lalu.
"Tidak ada seorangpun anak-anak yang kabur, bahkan mereka bisa berinteraksi dengan akrab antara aparat keamanan sebab TNI yang membantu membangunkan tenda untuk tempat belajar darurat. Anak-anak ini mengungsi karena sejak guru-guru mereka diperkosa dan dianiaya di Mapenduma oleh kelompok KKSB pimpinan Egianus Kogoya sama sekali tidak ada aktifitas belajar mengajar di Mapenduma dan di distrik-distrik di sekitarnya di wilayah Nduga," ungkap dia.
Ia menyatakan para pengunsi ini pindah dari Kabupaten Nduga ke Jayawijaya akibat intimidasi kelompok separatis yang menggunakan warga sipil sebagai tameng. Sehingga seluruh aktivitas masyarakat otomatis terhenti, termasuk bidang pendidikan.
"Indikasi warga lain yang mengungsi bukan karena kehadiran TNI dan Polri di daerah Nduga tetapi karena adanya intimidasi oleh kelompok separatis yang selalu berlindung dibalik rakyat dan menggunakan rakyat sebagai tameng untuk berlindung dari kejaran aparat setelah melakukan tindakan kejahatan," ungkap dia.
Sementara itu menurut Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Nduga Yairus Gwijangge terkait masalah pengungsi dan anak-anak yang putus sekolah yang kini berada di Kabupaten Jayawijaya.
Bupati Nduga, kata Candra, mengaku sudah menemui para pengungsi yang tinggal di Sinakma dan Elekma. Pada saat itu, bupati menganjurkan agar anak-anak melanjutkan sekolah di Wamena.
“Bupati Nduga menyesalkan langkah Kadis Pendidikan Nduga Janes Sampouw yang berkoordinasi dengan Kadis Pendidikan Jayawijaya untuk membuka sekolah darurat di Wamena. Padahal keinginan Bupati, agar anak-anak asal Nduga tersebut dititipkan di sekolah-sekolah yang tersebar di Wamena untuk sementara waktu,” kata Candra seperti diberitakan HaiPapua.com.
Karena miskomunikasi tersebut, Candra menganjurkan kepada Bupati Nduga untuk segera mengambil langkah memfasilitasi anak-anak tersebut mendapat pendidikan yang memadai. Dengan status sekolah darurat, kata Candra, akan memberikan sentimen negatif yang rawan dipolitisasi yang memberi kesan ada pengungsi yang terlantar.
“Bupati mengaku akan memfasilitasi anak-anak Nduga yang ada di Wamena untuk segera di bawa ke Kenyam, ibukota Nduga. Nantinya, ratusan anak ini akan melanjutkan pendidikan di sana,” kata Candra menjelaskan. (Albert Batlayeri)
"Informasi bahwa kedatangan aparat TNI dan Polri di tempat belajar anak-anak pengungsi Mapenduma di Wamena adalah hoax," ujar Kapendam XVII Cenderawasih Kolonel Inf.Muhammad Aidi melalui pesan seluler pada Jumat (15/2).
Ia mengatakan para pengungsi yang tinggal dirumah sanak saudara mereka di Wamena tidak merasa terganggu, sebab kehadiran TNI dan Polri di situ guna membantu para pengungsi yang membutuhkan perhatian dari semua pihak pasca kejadian pembantaian pekerja PT Istaka Karya yang dilakukan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya di Distrik (Kecamatan) Yigi, 2 Desember lalu.
"Tidak ada seorangpun anak-anak yang kabur, bahkan mereka bisa berinteraksi dengan akrab antara aparat keamanan sebab TNI yang membantu membangunkan tenda untuk tempat belajar darurat. Anak-anak ini mengungsi karena sejak guru-guru mereka diperkosa dan dianiaya di Mapenduma oleh kelompok KKSB pimpinan Egianus Kogoya sama sekali tidak ada aktifitas belajar mengajar di Mapenduma dan di distrik-distrik di sekitarnya di wilayah Nduga," ungkap dia.
Ia menyatakan para pengunsi ini pindah dari Kabupaten Nduga ke Jayawijaya akibat intimidasi kelompok separatis yang menggunakan warga sipil sebagai tameng. Sehingga seluruh aktivitas masyarakat otomatis terhenti, termasuk bidang pendidikan.
"Indikasi warga lain yang mengungsi bukan karena kehadiran TNI dan Polri di daerah Nduga tetapi karena adanya intimidasi oleh kelompok separatis yang selalu berlindung dibalik rakyat dan menggunakan rakyat sebagai tameng untuk berlindung dari kejaran aparat setelah melakukan tindakan kejahatan," ungkap dia.
Sementara itu menurut Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Nduga Yairus Gwijangge terkait masalah pengungsi dan anak-anak yang putus sekolah yang kini berada di Kabupaten Jayawijaya.
Bupati Nduga, kata Candra, mengaku sudah menemui para pengungsi yang tinggal di Sinakma dan Elekma. Pada saat itu, bupati menganjurkan agar anak-anak melanjutkan sekolah di Wamena.
“Bupati Nduga menyesalkan langkah Kadis Pendidikan Nduga Janes Sampouw yang berkoordinasi dengan Kadis Pendidikan Jayawijaya untuk membuka sekolah darurat di Wamena. Padahal keinginan Bupati, agar anak-anak asal Nduga tersebut dititipkan di sekolah-sekolah yang tersebar di Wamena untuk sementara waktu,” kata Candra seperti diberitakan HaiPapua.com.
Karena miskomunikasi tersebut, Candra menganjurkan kepada Bupati Nduga untuk segera mengambil langkah memfasilitasi anak-anak tersebut mendapat pendidikan yang memadai. Dengan status sekolah darurat, kata Candra, akan memberikan sentimen negatif yang rawan dipolitisasi yang memberi kesan ada pengungsi yang terlantar.
“Bupati mengaku akan memfasilitasi anak-anak Nduga yang ada di Wamena untuk segera di bawa ke Kenyam, ibukota Nduga. Nantinya, ratusan anak ini akan melanjutkan pendidikan di sana,” kata Candra menjelaskan. (Albert Batlayeri)