Wairon, Perahu Tradisional Biak Sandar Di Dok II Jayapura
pada tanggal
Wednesday, 17 October 2018
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Perahu tradisional dari suku Biak (Wairon), sandar di Pantai Dok II Jayapura, tepatnya di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua, Selasa (2/10) petang.
Perahu tersebut tiba sekitar pukul 09.30 Wit, dimana rombongan langsung disambut Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Papua, Hery Dosinaen, bersama masyarakat dan ASN.
“Ini sebuah kehormatan bagi kami karena kedatangan masyarakat dengan perahu tradisional ‘Wairon’, di Jayapura, dengan sembilan krunya. Apalagi mereka sudah mengarungi perjalanan di laut selama delapan hari perjalanan dari Kabupaten Biak,” terang Wagub Klemen Tinal saat menjemput perahu tradisional Biak tersebut.
Perahu tradisional Biak Wairon sebelumnya bertolak dari Kampung Mokmer, Biak Numfor pada hari Jumat (28/9) lalu, dengan dipimpin Kapitarau atau Nahkoda Denis Koibur bersama tujuh awak sebagai Man Babores (pendayung).
Denis Koibur sendiri, merupakan pencetus dan pembuat Wairon bersama pemuda lainnya di Kampung Mokmer, Biak Numfor.
Wagub Klemen pada kesempatan itu, tak lupa mengapresiasi para pemuda Biak yang menyalurkan kreativitasnya dengan melakukan pelayaran dengan perahu tradisional. Apa yang dibuat itu juga, seperti mengulang sejarah yang pernah dilakukan oleh pada leluhur Biak sekitar 100 tahun lalu.
“Sehingga apa yang kembali dilakukan oleh anak-anak muda dari Biak ini sungguh membanggakan. Karena Wairon ini adalah perahu dagang tradisional Suku Byak (Biak) yang pada zaman dahulu dipakai untuk berdagang menelusuri Teluk Cenderawasih. Tak ketinggalan pantai utara dari Mnu Kwar (Manokwari) sampai ke Sorong dan terus ke Ternate maupun Tidore dalam rangka memberi upeti kepada Sultan Tidore.”
“Gelar –gelar itu kemudian dipakai oleh orang Biak sebagai marga/keret, antara lain Sangaji (Sanadi), Kapitan Laut (Kapitarau), Mayor, Jurubahasa (Urbasa), Dimara, dan lain-lain. Sehingga apa yang dilakukan oleh mereka kali ini juga merupakan kebangkitan budaya Papua,” ucap dia.
Sementara Nahkoda Wairon, Denis Piet Hein Koibur bersyukur telah tiba dengan selamat di Jayapura di atas Tanah Tabi ini.
Menurut dia, delapan hari waktu perjalanan sebenarnya dirasakan cukup lama karena kondisi perahunya kurang baik sehingga mereka harus singah di beberapa pulau terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanan.
“Yang pasti perjalan ini baru pertama kali kami lakukan sejak 100 tahun lalu. Memang selama ini hami hanya lakukan perjalanan di seputaran pulau pulau yang ada di Biak saja, hanya saja dirinya bersama rekan kru yang lainnya tetap optimis bisa menempuh ke Jayapura.”
“Dan Puji Tuhan kita bisa sampai disini dengan keadaan yang sehat walafiat,” ujarnya.
Diketahui, usai menjemput seluruh awak Wairon, pertemuan diakhiri dengan makan siang bersama. (DiskominfoPapua)
Perahu tersebut tiba sekitar pukul 09.30 Wit, dimana rombongan langsung disambut Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Papua, Hery Dosinaen, bersama masyarakat dan ASN.
“Ini sebuah kehormatan bagi kami karena kedatangan masyarakat dengan perahu tradisional ‘Wairon’, di Jayapura, dengan sembilan krunya. Apalagi mereka sudah mengarungi perjalanan di laut selama delapan hari perjalanan dari Kabupaten Biak,” terang Wagub Klemen Tinal saat menjemput perahu tradisional Biak tersebut.
Perahu tradisional Biak Wairon sebelumnya bertolak dari Kampung Mokmer, Biak Numfor pada hari Jumat (28/9) lalu, dengan dipimpin Kapitarau atau Nahkoda Denis Koibur bersama tujuh awak sebagai Man Babores (pendayung).
Denis Koibur sendiri, merupakan pencetus dan pembuat Wairon bersama pemuda lainnya di Kampung Mokmer, Biak Numfor.
Wagub Klemen pada kesempatan itu, tak lupa mengapresiasi para pemuda Biak yang menyalurkan kreativitasnya dengan melakukan pelayaran dengan perahu tradisional. Apa yang dibuat itu juga, seperti mengulang sejarah yang pernah dilakukan oleh pada leluhur Biak sekitar 100 tahun lalu.
“Sehingga apa yang kembali dilakukan oleh anak-anak muda dari Biak ini sungguh membanggakan. Karena Wairon ini adalah perahu dagang tradisional Suku Byak (Biak) yang pada zaman dahulu dipakai untuk berdagang menelusuri Teluk Cenderawasih. Tak ketinggalan pantai utara dari Mnu Kwar (Manokwari) sampai ke Sorong dan terus ke Ternate maupun Tidore dalam rangka memberi upeti kepada Sultan Tidore.”
“Gelar –gelar itu kemudian dipakai oleh orang Biak sebagai marga/keret, antara lain Sangaji (Sanadi), Kapitan Laut (Kapitarau), Mayor, Jurubahasa (Urbasa), Dimara, dan lain-lain. Sehingga apa yang dilakukan oleh mereka kali ini juga merupakan kebangkitan budaya Papua,” ucap dia.
Sementara Nahkoda Wairon, Denis Piet Hein Koibur bersyukur telah tiba dengan selamat di Jayapura di atas Tanah Tabi ini.
Menurut dia, delapan hari waktu perjalanan sebenarnya dirasakan cukup lama karena kondisi perahunya kurang baik sehingga mereka harus singah di beberapa pulau terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanan.
“Yang pasti perjalan ini baru pertama kali kami lakukan sejak 100 tahun lalu. Memang selama ini hami hanya lakukan perjalanan di seputaran pulau pulau yang ada di Biak saja, hanya saja dirinya bersama rekan kru yang lainnya tetap optimis bisa menempuh ke Jayapura.”
“Dan Puji Tuhan kita bisa sampai disini dengan keadaan yang sehat walafiat,” ujarnya.
Diketahui, usai menjemput seluruh awak Wairon, pertemuan diakhiri dengan makan siang bersama. (DiskominfoPapua)