Lukas Enembe Nilai Perempuan Papua Rentan TB Paru
pada tanggal
Tuesday, 16 October 2018
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH menyatakan perempuan di Provinsi Papua menjadi yang paling rentan terinveksi TB paru, dimana ibu rumah tangga menjadi yang terbesar.
Hal ini diungkapkan dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas P3AKB Papua Anike Rawar, pada Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengarusutamaan Gender/Perencanaan dan Pengangaran yang Responsif Gender dalam Pencegahan dan Pengendalian TB Paru serta HIV/AIDS 2018, di Jayapura, Senin (15/10).
“Isu gender perlu mendapat perhatian dalam upaya penanggulangan TB paru danHIV/AIDS di Papua,” kata Gubernur Enembe.
Dikatakan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada triwulan pertama 2018, jenis kelamin jumlah penderita HIV perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dimana perempuan mencapai 7.440 orang, sedangkan laki-laki 5.825 orang.
Kendati demikian, katanya, untuk angka kasus AIDS hampir sebanding dimana laki-laki mencapai 11.267 orang dan perempuan 11.208 orang.
“Dari aspek epedemiologi TB patu dan HIV/AIDS memberi gambaran bahwa perempuan lebih rentan terkena dua penyakit mematikan ini ketimbang laki-laki. Hal demikian dipengaruhi oleh beberapa hal yang terkait dengan kesenjangan gender itu,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu wujud pelaksanaan pangarusutamaan gender adalah adanya perencanaan dan penganggaran yang responsif terhadap gender, dimana dua proses itu saling terkait dan terintegrasi untuk mengatasi kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pelaksanaan pembangunan. Termasuk program maupun kegiatan pencegahan TB paru dan HIV/AIDS yang sementara dilaksanakan.
Gubernur Enembe mengatakan, penanganan dua penyakit mematikan ini merupakan prioritas nasional yang menjadi sorotan dan masalah kesehatan dunia maupun Indonesia.
”Itu merupakan salah satu indokator WHO, dalam mewujudkan dunia bebas TB paru 2050. Sebab, meski telah dilakukan berbagai upaya, namun penyebarannya masih tinggi. Hal itu disebabkan antara lain, status ekonomi, gizi, keterjangkauan fasilitas pelayanan berkualitas, tingkat pendidikan dan masalah sosial budaya termasuk didalamnya ketimpangan gender,” paparnya.
Gubernur Enembe menambahkan, pihaknya menyambut positif dukungan pemerintah pusat melalui kementerian terkait yang mendorong penyelenggaraan kegiatan bimtek itu, sehingga harapannya kedepan, para peserta yang mengikuti kegiatan dapat pula mendorong kesetaraan gender dalam pencegahan maupun pengendalian TB paru serta HIV/AIDS. (DiskominfoPapua)
Hal ini diungkapkan dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas P3AKB Papua Anike Rawar, pada Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengarusutamaan Gender/Perencanaan dan Pengangaran yang Responsif Gender dalam Pencegahan dan Pengendalian TB Paru serta HIV/AIDS 2018, di Jayapura, Senin (15/10).
“Isu gender perlu mendapat perhatian dalam upaya penanggulangan TB paru danHIV/AIDS di Papua,” kata Gubernur Enembe.
Dikatakan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada triwulan pertama 2018, jenis kelamin jumlah penderita HIV perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dimana perempuan mencapai 7.440 orang, sedangkan laki-laki 5.825 orang.
Kendati demikian, katanya, untuk angka kasus AIDS hampir sebanding dimana laki-laki mencapai 11.267 orang dan perempuan 11.208 orang.
“Dari aspek epedemiologi TB patu dan HIV/AIDS memberi gambaran bahwa perempuan lebih rentan terkena dua penyakit mematikan ini ketimbang laki-laki. Hal demikian dipengaruhi oleh beberapa hal yang terkait dengan kesenjangan gender itu,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu wujud pelaksanaan pangarusutamaan gender adalah adanya perencanaan dan penganggaran yang responsif terhadap gender, dimana dua proses itu saling terkait dan terintegrasi untuk mengatasi kesenjangan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pelaksanaan pembangunan. Termasuk program maupun kegiatan pencegahan TB paru dan HIV/AIDS yang sementara dilaksanakan.
Gubernur Enembe mengatakan, penanganan dua penyakit mematikan ini merupakan prioritas nasional yang menjadi sorotan dan masalah kesehatan dunia maupun Indonesia.
”Itu merupakan salah satu indokator WHO, dalam mewujudkan dunia bebas TB paru 2050. Sebab, meski telah dilakukan berbagai upaya, namun penyebarannya masih tinggi. Hal itu disebabkan antara lain, status ekonomi, gizi, keterjangkauan fasilitas pelayanan berkualitas, tingkat pendidikan dan masalah sosial budaya termasuk didalamnya ketimpangan gender,” paparnya.
Gubernur Enembe menambahkan, pihaknya menyambut positif dukungan pemerintah pusat melalui kementerian terkait yang mendorong penyelenggaraan kegiatan bimtek itu, sehingga harapannya kedepan, para peserta yang mengikuti kegiatan dapat pula mendorong kesetaraan gender dalam pencegahan maupun pengendalian TB paru serta HIV/AIDS. (DiskominfoPapua)