Puluhan Perajin di Jayawijaya Butuh Gedung Produksi dan Pemasaran
pada tanggal
Wednesday, 12 April 2017
WAMENA (JAYAWIJAYA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Kabupaten Jayawijaya, Papua, Lenensya Manuputty menyatakan, puluhan perajin yang telah dilatih, membutuhkan gedung produksi dan pemasaran.
"Sekarang memang kami harus fasilitasi satu gedung khusus untuk mereka yang sudah dilatih, supaya mudah kami dampingi, dan mereka juga bekerja di dalam gedung dengan aman," katanya di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa.
Ia mengemukakan, hingga tahun 2017 ada puluhan warga dilatih tentang teknologi tepat guna (TTG) serta menghasilkan beraneka kerajinan. Namun, tidak berlanjut sebab terkendala bangunan tempat pemasaran.
Lenensya menjelaskan bahwa rata-rata warga yang sudah mendapatkan tambahan ilmu membuat pernak-pernik tidak menerapkan pengetahuan karena mereka langsung kembali ke kampungnya masing-masing.
"Kalau ada bangunan di kota, masyarakat kampung ini bisa berkumpul di sana dan bekerja dengan fasilitas yang kami sediakan. Kami mau berikan alat-alat ini (gergaji listrik) untuk dibawa pulang, tetapi kalau dibawa pulang ke distrik, nanti berkarat di sana karena tidak ada listrik atau ada tetapi terbatas, sementara mesin-mesin ini harus menggunakan daya listrik," katanya.
Persoalan tidak adanya gedung penampungan itu sudah disampaikannya kepada pimpinan dan diharapkan ada solusi.
"Saya berhadap pemerintah daerah menyediakan balai bagi saudara-saudara yang sudah kita latih, sebab jumlahnya semakin banyak dan ada kemauan dari mereka untuk maju," katanya.
Lenensya mengatakan, pembinaan dengan TTG dilakukan sejak 2012.
"Dari 40 orang perwakilan masing - masing kampung, kami pilih yang bagus. Merela kami kirim untuk mengikuti pelatihan lagi di Malang," katanya. (antara)
"Sekarang memang kami harus fasilitasi satu gedung khusus untuk mereka yang sudah dilatih, supaya mudah kami dampingi, dan mereka juga bekerja di dalam gedung dengan aman," katanya di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Selasa.
Ia mengemukakan, hingga tahun 2017 ada puluhan warga dilatih tentang teknologi tepat guna (TTG) serta menghasilkan beraneka kerajinan. Namun, tidak berlanjut sebab terkendala bangunan tempat pemasaran.
Lenensya menjelaskan bahwa rata-rata warga yang sudah mendapatkan tambahan ilmu membuat pernak-pernik tidak menerapkan pengetahuan karena mereka langsung kembali ke kampungnya masing-masing.
"Kalau ada bangunan di kota, masyarakat kampung ini bisa berkumpul di sana dan bekerja dengan fasilitas yang kami sediakan. Kami mau berikan alat-alat ini (gergaji listrik) untuk dibawa pulang, tetapi kalau dibawa pulang ke distrik, nanti berkarat di sana karena tidak ada listrik atau ada tetapi terbatas, sementara mesin-mesin ini harus menggunakan daya listrik," katanya.
Persoalan tidak adanya gedung penampungan itu sudah disampaikannya kepada pimpinan dan diharapkan ada solusi.
"Saya berhadap pemerintah daerah menyediakan balai bagi saudara-saudara yang sudah kita latih, sebab jumlahnya semakin banyak dan ada kemauan dari mereka untuk maju," katanya.
Lenensya mengatakan, pembinaan dengan TTG dilakukan sejak 2012.
"Dari 40 orang perwakilan masing - masing kampung, kami pilih yang bagus. Merela kami kirim untuk mengikuti pelatihan lagi di Malang," katanya. (antara)