Produksi Daging Sapi di Papua Barat Alami Surplus
pada tanggal
Friday, 21 April 2017
MANOKWARI - Produksi daging sapi di wilayah Provinsi Papua Barat mengalami surplus sehingga siap dipasok ke daerah lain di seluruh Indonesia.
Kepala Dinas Peternakan Papua Barat Hendrikus Fatem di Manokwari, Jumat, mengatakan peternakan sapi merupakan salah satu subsektor unggulan di Papua Barat. Peternak sapi tersebar di seluruh kabupaten daerah tersebut.
"Permintaan daging sapi, baik beku maupun hangat, di Papua Barat belum sebanding dengan jumlah ternak atau produksi. Program swasembada daging sapi kita cukup berhasil karena didukung oleh ketersediaan lahan dan jumlah peternak," katanya.
Dia mengatakan harga daging sapi di daerah itu cukup stabil, berada pada kisaran Rp80.000 hingga Rp100.000 yang terjadi sepanjang tahun.
Meskipun surplus, kata Fatem, Papua Barat belum bisa menjadi daerah pemasok daging ke luar daerah dan ke luar negeri, karena belum memiliki rumah pemotongan hewan yang representatif dan berskala besar.
Pengiriman baru dapat dilakukan ke beberapa daerah di Provinsi Papua, berupa sapi calon induk.
Dia menyebutkan pusat peternakan sapi terbesar di Papua Barat berada di Kabupaten Fakfak, Sorong, dan Tambrauw. Di tiga daerah tersebut, terdapat ribuan hektare padang gembala sapi.
"Tahun ini pemerintah pusat meluncurkan program Siwab (Sapi induk wajib bunting) dan Papua Barat menjadi salah satu daerah sasaran pelaksanaan program ini," katanya.
Dalam program itu, katanya, Papua Barat mendapat jatah 11 ribu ekor indukan yang wajib bunting dan melahirkan tahun ini. Pendataan ternak saat ini sedang berlangsung.
Terkait dengan program tersebut, ujarnya, dilaksanakan melalui inseminasi buatan. Tiga daerah di Papua Barat yang menjadi sasaran program tersebut, yakni Sorong, Manokwari, dan Fakfak.
Dia menagatakan melalui program itu, pemerintah akan mendatangkan semen beku. Sapi induk milik warga yang menunjukkan gejala minta kawin, akan disuntik. (antara)