Pokja Papua Dukung Peningkatan Ekonomi Rakyat
pada tanggal
Thursday, 6 April 2017
KOTA JAYAPURA - Kelompok Kerja khusus (Pokja) Papua memiliki peran yang sangat penting bagi percepatan peningkatan ekonomi rakyat di provinsi paling timur Indonesia ini.
Dipimpin Judith J. Dipodiputro, kelompok kerja yang memfokuskan diri untuk menangani masalah Papua ini melakukan upaya-upaya sinergitas dengan berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan akademisi, pemerintah pusat maupun daerah, civil society serta sektor bisnis dan usaha.
Tujuannya adalah untuk menggali potensi lokal pada aspek sumber daya alam maupun sumber daya manusia Papua untuk menghasilkan rekomendasi terbaik bagi program percepatan pembangunan masyarakat dan infrastruktur di negeri berjuluk “Bumi Cendrawasih” ini.
Yang tak kalah pentingnya, keberadaan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dalam aktivitasnya mendukung penuh kepada Pokja Papua demi merealisasikan program-program percepatan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
PT. Pindad (Persero) selaku produsen peralatan pertahanan dan keamanan dan bidang industrial, PT. Barata Indonesia (Persero) yang bergerak di bidang jasa pengecoran dan manufaktur, dan PT. LEN ( Persero) yang khusus bergerak di bidang elektronika, industri, dan infrastruktur, yang kini bersinergi untuk mendampingi Pokja Papua guna pengembangan ekonomi kerakyatan khusus di Kabupaten Dogiyai, Deiyai dan Paniai.
“Salah satunya difokuskan pada industri kopi yang memang merupakan hasil perkebunan rakyat,” ungkap Direktur Bisnis Produk Industrial PT. Pindad (Persero), Bobby S. Atmosudirjo, kepada Dharapos.com di Jayapura, Selasa (28/3).
Selama ini PT. Pindad (Persero) telah berkiprah di dua bidang produk yaitu pertahanan keamanan dan bidang produk industrial. Dan yang akan dikedepankan adalah implementasi teknologi tinggi dalam bidang hankam yang telah dimiliki ke sisi produk industrial.
Lanjut Bobby, berkaitan dengan dukungan yang diberikan, ke 3 Badan Usaha Milik Negara tersebut telah mendampingi Pokja Papua dalam melakukan perjalanan ke tiga kabupaten di Provinsi Papua yaitu Paniai, Dogiyai dan Deiyai.
Kunjungan tersebut tidak lain adalah untuk melihat potensi sumber daya alam pertanian dan perkebunan yang salah satunya adalah kopi.
“Kopi merupakan salah satu tanaman rakyat yang cukup besar dan saat ini dikelola secara industri rumahan secara tradisionil,” akuinya.
Selain kopi, potensi lainnya yaitu keberadaan sungai dengan aliran air yang cukup stabil di tiga kabupaten tersebut yang tentunya akan melahirkan sumber energi listrik yang diyakini potensinya cukup stabil.
Setelah dilakukan identifikasi dan juga adanya informasi yang diterima dari masyarakat lokal bahwa ternyata ada dua sungai yang tidak pernah kering meski musim kering melanda sehingga nantinya akan dimanfaatkan menjadi energi listrik.
“Tentunya kita membutuhkan teknologi turbin atau kincir air. Dimana pada sepanjang sungai tersebut ada beberapa titik di dalam satu aliran sungai yang bisa melahirkan energi dengan kemampuan yang cukup untuk mendukung industri,” lanjut Bobby.
Potensi listrik yang ada tentunya tidak hanya sebatas untuk industri saja namun akan membawa manfaat lain bagi masyarakat setempat yaitu kesejahteraan penerangan untuk kehidupan mereka.
“Dan pastinya akan lahir potensi-potensi baru, khususnya SDM akan meningkat dimana anak-anak bisa menggunakan penerangan di daerah pegunungan untuk belajar baik dan waktu belajar yang lebih panjang termasuk juga potensi untuk menjadi lebih bersih dan sehat sehingga tentunya akan mensuport lahirnya kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.
Bobby menambahkan, untuk 3 Kabupaten Dogiyai, Paniai dan Deiyai bahkan hingga ke Kabupaten Intan Jaya akan ada sentralisasi pabrik kopi.
Dalam hal ini, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait posisi pabrik dengan berbagai macam pertimbangan. Artinya, kabupaten yang produksinya lebih besar tentu menjadi kriteria didirikannya pabrik kopi tersebut namun tidak untuk melayani wilayah itu saja tapi Kabupaten tetangga pun akan terlayani.
“Nantinya pembuatan pabrik kopi yang dilahirkan adalah pabrik efisien sehingga kopi yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi dimana tentunya juga tidak terlepas dari proses penjaminan kualitas produk yang konsisten. Dua hal inilah yang akan menjamin hingga meningkatnya daya saing yang luar biasa,” terang Bobby.
Penempatan pabrik kopi tersebut juga dilakukan dengan perhitungan baik secara keilmuan maupun ekonomi sehingga kapasitas yang akan dibuat disesuaikan langsung dengan produksi biji kopi yang dikombinasikan dengan peningkatan SDM.
“Untuk sumber daya manusia, kita targetkan pabrik kopi akan dipimpin dan dioperasikan oleh 15 warga masyarakat lokal dengan aktivitas dari sisi produksi mulai dari penampungan biji kopi dari masyarakat, proses penggilingan, pemastian mutu pengemasan dan penyimpanan produk,” rincinya
Selain itu juga, ada juga pengembangan kemampuan manusia di bidang administrasi, di mana 2 dari 15 pekerja tersebut akan menjalankan fungsinya masing-masing sebagai tenaga administrasi yaitu pencatatan perjalanan material dan menangani keuangan.
“Dari sisi teknologi, kita jangan berpikir secara sederhana untuk bagaimana memasarkan biji kopi menjadi bubuk kopi saja tapi bagaimana kita berpikir keluar. Bagaimana kopi tersebut bisa diproses lebih lanjut untuk melahirkan produk turunan yang tentunya menghasilkan nilai jual lebih tinggi,” kembali tandas Bobby.
Seperti yang dibutuhkan oleh pabrik permen rasa kopi dimana yang dibutuhkan adalah menarik rasa kopi dan tidak menarik kafeinnya.
“Kemudian, produk turunan lain yaitu bisa saja kopi yang sudah dipastikan tidak mengandung unsur yang tidak diharapkan. Karena secara umum, kita mengkonsumsi kopi dengan tingkat keasaman yang tinggi sehingga hal ini merupakan indikasi adanya unsur yang tidak diharapkan,” bebernya.
Namun keunggulan “Kopi Papua” adalah tidak mengandung unsur keasaman yang tinggi.
“Makanya yang ditawarkan, teknologi yang berperan dalam pembangunan ekonomi rakyat berbasis industri kopi. Karena dengan itu, maka tentu akan mendorong dan meningkatkan keinginan dan ketertarikan masyarakat untuk berlomba-lomba memiliki kebun kopi,” tukas Bobby.
Perlu diketahui, selain PT. Pindad (Persero), PT. Barata Indonesia (Persero) dan PT. LEN Energi (Persero) turut sejumlah BUMN lainnya mendampingi Pokja Papua melakukan rangkaian perjalanan ke beberapa kabupaten di Papua.
Diantaranya, PT. Pelindo IV, Perusahaan Perdagangan Indonesia, Pupuk Indonesia dan PI Pangan serta Sarinah. (dharapos.com)
Dipimpin Judith J. Dipodiputro, kelompok kerja yang memfokuskan diri untuk menangani masalah Papua ini melakukan upaya-upaya sinergitas dengan berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan akademisi, pemerintah pusat maupun daerah, civil society serta sektor bisnis dan usaha.
Tujuannya adalah untuk menggali potensi lokal pada aspek sumber daya alam maupun sumber daya manusia Papua untuk menghasilkan rekomendasi terbaik bagi program percepatan pembangunan masyarakat dan infrastruktur di negeri berjuluk “Bumi Cendrawasih” ini.
Yang tak kalah pentingnya, keberadaan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dalam aktivitasnya mendukung penuh kepada Pokja Papua demi merealisasikan program-program percepatan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
PT. Pindad (Persero) selaku produsen peralatan pertahanan dan keamanan dan bidang industrial, PT. Barata Indonesia (Persero) yang bergerak di bidang jasa pengecoran dan manufaktur, dan PT. LEN ( Persero) yang khusus bergerak di bidang elektronika, industri, dan infrastruktur, yang kini bersinergi untuk mendampingi Pokja Papua guna pengembangan ekonomi kerakyatan khusus di Kabupaten Dogiyai, Deiyai dan Paniai.
“Salah satunya difokuskan pada industri kopi yang memang merupakan hasil perkebunan rakyat,” ungkap Direktur Bisnis Produk Industrial PT. Pindad (Persero), Bobby S. Atmosudirjo, kepada Dharapos.com di Jayapura, Selasa (28/3).
Selama ini PT. Pindad (Persero) telah berkiprah di dua bidang produk yaitu pertahanan keamanan dan bidang produk industrial. Dan yang akan dikedepankan adalah implementasi teknologi tinggi dalam bidang hankam yang telah dimiliki ke sisi produk industrial.
Lanjut Bobby, berkaitan dengan dukungan yang diberikan, ke 3 Badan Usaha Milik Negara tersebut telah mendampingi Pokja Papua dalam melakukan perjalanan ke tiga kabupaten di Provinsi Papua yaitu Paniai, Dogiyai dan Deiyai.
Kunjungan tersebut tidak lain adalah untuk melihat potensi sumber daya alam pertanian dan perkebunan yang salah satunya adalah kopi.
“Kopi merupakan salah satu tanaman rakyat yang cukup besar dan saat ini dikelola secara industri rumahan secara tradisionil,” akuinya.
Selain kopi, potensi lainnya yaitu keberadaan sungai dengan aliran air yang cukup stabil di tiga kabupaten tersebut yang tentunya akan melahirkan sumber energi listrik yang diyakini potensinya cukup stabil.
Setelah dilakukan identifikasi dan juga adanya informasi yang diterima dari masyarakat lokal bahwa ternyata ada dua sungai yang tidak pernah kering meski musim kering melanda sehingga nantinya akan dimanfaatkan menjadi energi listrik.
“Tentunya kita membutuhkan teknologi turbin atau kincir air. Dimana pada sepanjang sungai tersebut ada beberapa titik di dalam satu aliran sungai yang bisa melahirkan energi dengan kemampuan yang cukup untuk mendukung industri,” lanjut Bobby.
Potensi listrik yang ada tentunya tidak hanya sebatas untuk industri saja namun akan membawa manfaat lain bagi masyarakat setempat yaitu kesejahteraan penerangan untuk kehidupan mereka.
“Dan pastinya akan lahir potensi-potensi baru, khususnya SDM akan meningkat dimana anak-anak bisa menggunakan penerangan di daerah pegunungan untuk belajar baik dan waktu belajar yang lebih panjang termasuk juga potensi untuk menjadi lebih bersih dan sehat sehingga tentunya akan mensuport lahirnya kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.
Bobby menambahkan, untuk 3 Kabupaten Dogiyai, Paniai dan Deiyai bahkan hingga ke Kabupaten Intan Jaya akan ada sentralisasi pabrik kopi.
Dalam hal ini, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait posisi pabrik dengan berbagai macam pertimbangan. Artinya, kabupaten yang produksinya lebih besar tentu menjadi kriteria didirikannya pabrik kopi tersebut namun tidak untuk melayani wilayah itu saja tapi Kabupaten tetangga pun akan terlayani.
“Nantinya pembuatan pabrik kopi yang dilahirkan adalah pabrik efisien sehingga kopi yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi dimana tentunya juga tidak terlepas dari proses penjaminan kualitas produk yang konsisten. Dua hal inilah yang akan menjamin hingga meningkatnya daya saing yang luar biasa,” terang Bobby.
Penempatan pabrik kopi tersebut juga dilakukan dengan perhitungan baik secara keilmuan maupun ekonomi sehingga kapasitas yang akan dibuat disesuaikan langsung dengan produksi biji kopi yang dikombinasikan dengan peningkatan SDM.
“Untuk sumber daya manusia, kita targetkan pabrik kopi akan dipimpin dan dioperasikan oleh 15 warga masyarakat lokal dengan aktivitas dari sisi produksi mulai dari penampungan biji kopi dari masyarakat, proses penggilingan, pemastian mutu pengemasan dan penyimpanan produk,” rincinya
Selain itu juga, ada juga pengembangan kemampuan manusia di bidang administrasi, di mana 2 dari 15 pekerja tersebut akan menjalankan fungsinya masing-masing sebagai tenaga administrasi yaitu pencatatan perjalanan material dan menangani keuangan.
“Dari sisi teknologi, kita jangan berpikir secara sederhana untuk bagaimana memasarkan biji kopi menjadi bubuk kopi saja tapi bagaimana kita berpikir keluar. Bagaimana kopi tersebut bisa diproses lebih lanjut untuk melahirkan produk turunan yang tentunya menghasilkan nilai jual lebih tinggi,” kembali tandas Bobby.
Seperti yang dibutuhkan oleh pabrik permen rasa kopi dimana yang dibutuhkan adalah menarik rasa kopi dan tidak menarik kafeinnya.
“Kemudian, produk turunan lain yaitu bisa saja kopi yang sudah dipastikan tidak mengandung unsur yang tidak diharapkan. Karena secara umum, kita mengkonsumsi kopi dengan tingkat keasaman yang tinggi sehingga hal ini merupakan indikasi adanya unsur yang tidak diharapkan,” bebernya.
Namun keunggulan “Kopi Papua” adalah tidak mengandung unsur keasaman yang tinggi.
“Makanya yang ditawarkan, teknologi yang berperan dalam pembangunan ekonomi rakyat berbasis industri kopi. Karena dengan itu, maka tentu akan mendorong dan meningkatkan keinginan dan ketertarikan masyarakat untuk berlomba-lomba memiliki kebun kopi,” tukas Bobby.
Perlu diketahui, selain PT. Pindad (Persero), PT. Barata Indonesia (Persero) dan PT. LEN Energi (Persero) turut sejumlah BUMN lainnya mendampingi Pokja Papua melakukan rangkaian perjalanan ke beberapa kabupaten di Papua.
Diantaranya, PT. Pelindo IV, Perusahaan Perdagangan Indonesia, Pupuk Indonesia dan PI Pangan serta Sarinah. (dharapos.com)