Pengepul Kakao di Jayapura Diajak Ekspor
pada tanggal
Tuesday, 4 April 2017
KOTA JAYAPURA - Pelindo IV Cabang Jayapura mendorong para pengepul kakao untuk mampu menjadi eksportir komoditas tersebut agar dampak langsung ke perekonomian Papua bisa lebih signifikan.
"Sebenarnya kami sudah menjajaki untuk produk kakao agar bisa di ekspor. Sementara kami bersama Dinas Perkebunan Provinsi Papua sedang mendata pengumpul untuk menentukan apakah dia bisa jadi eksportir atau tidak," ujar Manager Pelayanan Jasa dan Aneka Usaha Pelindo IV Cabang Jayapura, Balthasar Uniwally, di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan untuk menjadi eksportir para pengepul harus memenuhi beberapa persyaratan administrasi hingga pada sisi kualitas produk yang akan di ekspor.
"Untuk menjadi eksportir dia harus mengurus nomor induk kepabeanan (NIK) di bea cukai. Tentunya ada beberapa persyaratan yang harus dia urus untuk mendapat NIK untuk bisa mengekspor kakao, disamping mengenai kualitas yang ditentukan oleh Sukopindo," kata dia.
Baltashar mengungkapkan selama ini kakao dari Papua sudah di ekspor ke luar negeri, hanya hal tersebut tidak terdaftar sebagai ekspor langsung karena eksportirnya berada di daerah lain.
"Selama ini Jepang yang sudah membeli kakao kita, tapi selama ini dia lewat Jember, jadi hitungannya bukan ekspor Papua, tapi ekspor dari Jawa Timur," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mendorong peningkatan produksi komoditas lokal yang selama ini diandalkan untuk diekspor ke sejumlah negara, karena Pelabuhan Jayapura telah menjadi basis ekspor langsung sejak 9 April 2016.
"Semua komoditas unggulan yang dipetakan akan ditingkatkan dan ini akan menjadi momentum yang baik untuk peningkatan produksinya supaya target-target ekspor bisa diwujudkan," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Papua Muhammad Musaad.
Ia mengatakan, masih banyak produksi lokal Papua yang sebenarnya sangat diminati oleh pasar internasional namun belum digarap dengan baik oleh produsen lokal. (antara)
"Sebenarnya kami sudah menjajaki untuk produk kakao agar bisa di ekspor. Sementara kami bersama Dinas Perkebunan Provinsi Papua sedang mendata pengumpul untuk menentukan apakah dia bisa jadi eksportir atau tidak," ujar Manager Pelayanan Jasa dan Aneka Usaha Pelindo IV Cabang Jayapura, Balthasar Uniwally, di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan untuk menjadi eksportir para pengepul harus memenuhi beberapa persyaratan administrasi hingga pada sisi kualitas produk yang akan di ekspor.
"Untuk menjadi eksportir dia harus mengurus nomor induk kepabeanan (NIK) di bea cukai. Tentunya ada beberapa persyaratan yang harus dia urus untuk mendapat NIK untuk bisa mengekspor kakao, disamping mengenai kualitas yang ditentukan oleh Sukopindo," kata dia.
Baltashar mengungkapkan selama ini kakao dari Papua sudah di ekspor ke luar negeri, hanya hal tersebut tidak terdaftar sebagai ekspor langsung karena eksportirnya berada di daerah lain.
"Selama ini Jepang yang sudah membeli kakao kita, tapi selama ini dia lewat Jember, jadi hitungannya bukan ekspor Papua, tapi ekspor dari Jawa Timur," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua mendorong peningkatan produksi komoditas lokal yang selama ini diandalkan untuk diekspor ke sejumlah negara, karena Pelabuhan Jayapura telah menjadi basis ekspor langsung sejak 9 April 2016.
"Semua komoditas unggulan yang dipetakan akan ditingkatkan dan ini akan menjadi momentum yang baik untuk peningkatan produksinya supaya target-target ekspor bisa diwujudkan," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Papua Muhammad Musaad.
Ia mengatakan, masih banyak produksi lokal Papua yang sebenarnya sangat diminati oleh pasar internasional namun belum digarap dengan baik oleh produsen lokal. (antara)