Pengelolaan Arsip di Kota Jayapura Belum Maksimal
pada tanggal
Saturday, 8 April 2017
KOTA JAYAPURA - Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Jayapura, Amos Solossa mengakui jika pengelolaan arsip di wilayah tersebut belum dilakukan secara maksimal.
Karena sistemnya masih melekat pada pengelolaan yang dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing.
“Di kita ini kan ada arsip yang dinamis dan statis. Kalau arsip dinamis dibutuhkan setiap saat artinya begitu dibutuhkan langsung bisa diambil sedangkan arsip yang statis biasanya berupa dokumen-dokumen negara dan daerah dan itu belum dikelola secara full,” akuinya saat dikonfirmasi, Rabu (5/4).
Menurut Solossa, jika dibandingkan dengan Pemerintah Provinsi maka arsipnya sudah full sistem sementara untuk Kota Jayapura, masih dilakukan pembinaan karena sistem kearsipannya melekat pada SKPD terkait.
“Selama ini kota Jayapura melakukan arsip dinamis yang berkaitan dengan surat menyurat, sistem pengarsipan seperti apa, sistem penataannya seperti apa dan itu untuk setiap tahun dilakukan baik kepada SKPD terkait maupun di sekolah – sekolah,” lanjutnya.
Ditambahkan Solossa terkait pemusnahan untuk kota Jayapura, belum pernah dilakukan namun untuk provinsi Papua sudah melakukan pemusnahan arsip.
Karena jika Pemkot pernah memusnahkan arsip maka pastinya akan ada dokumentasi dan berita acara karena hal itu sesuai prosedur.
Untuk pembinaan arsip, dilakukan bimbingan teknis untuk bagaimana melakukan penataan arsip.
Dan selama ini kantor Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota melakukan Bimtek kepada arsiptaris yang ada di SKPD untuk menata arsip dengan baik.
“Untuk tahun 2017 ada program pelaksanaan Bimtek yaitu di bulan Juli atau Agustus dan melakukan evaluasi pembinaan kepada arsiptaris yang ada di sekolah-sekolah maupun SKPD,” jelasnya.
Terkait pelayanan, karena merupakan ibukota provinsi sehingga untuk perpustakaan selama ini adalah perpustakaan daerah provinsi.
“Dan kita berharap kota harus memiliki satu gedung tersendiri meski hal itu bukan menjadi persoalan karena tugas pelayanan kita harus menggunakan perpustakaan keliling untuk mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk gemar membaca,” lanjut Solossa.
Lebih lanjut, papar dia, dari data yang ada untuk minat baca di SKPD masih rendah.
“Namun kita akan mendorongnya lewat Sekda atau Wali Kota bahwa untuk minat baca harus dimulai dari pimpinan SKPD dan nantinya pimpinan SKPD akan mendorong kepada ASN di kota untuk mulai memanfaatkan perpustakaan yang ada. Karena jika kita berbicara intelektual, maka itu kita peroleh saat membaca,” papar Solossa.
Dan hal ini akan didorong sejak dini mulai dari orang tua, keluarga dan sekolah sehingga gemar membaca sejak dini mulai dibudidayakan.
Solossa berharap buku sebagai jendela dunia sehingga warga masyarakat terutama orang tua dapat mendorong anak-anak mulai dari rumah sehingga ketika mereka mulai masuk dunia pendidikan maka mereka sudah terbiasa.
“Dari buku ini mereka mempunyai wawasan dan intelektual yang cukup bagus karena orang yang banyak membaca buku maka dalam berkompetisi, dia tidak akan menggunakan fisik namun menggunakan otak,” tukasnya. (dharapos.com)
Karena sistemnya masih melekat pada pengelolaan yang dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masing-masing.
“Di kita ini kan ada arsip yang dinamis dan statis. Kalau arsip dinamis dibutuhkan setiap saat artinya begitu dibutuhkan langsung bisa diambil sedangkan arsip yang statis biasanya berupa dokumen-dokumen negara dan daerah dan itu belum dikelola secara full,” akuinya saat dikonfirmasi, Rabu (5/4).
Menurut Solossa, jika dibandingkan dengan Pemerintah Provinsi maka arsipnya sudah full sistem sementara untuk Kota Jayapura, masih dilakukan pembinaan karena sistem kearsipannya melekat pada SKPD terkait.
“Selama ini kota Jayapura melakukan arsip dinamis yang berkaitan dengan surat menyurat, sistem pengarsipan seperti apa, sistem penataannya seperti apa dan itu untuk setiap tahun dilakukan baik kepada SKPD terkait maupun di sekolah – sekolah,” lanjutnya.
Ditambahkan Solossa terkait pemusnahan untuk kota Jayapura, belum pernah dilakukan namun untuk provinsi Papua sudah melakukan pemusnahan arsip.
Karena jika Pemkot pernah memusnahkan arsip maka pastinya akan ada dokumentasi dan berita acara karena hal itu sesuai prosedur.
Untuk pembinaan arsip, dilakukan bimbingan teknis untuk bagaimana melakukan penataan arsip.
Dan selama ini kantor Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota melakukan Bimtek kepada arsiptaris yang ada di SKPD untuk menata arsip dengan baik.
“Untuk tahun 2017 ada program pelaksanaan Bimtek yaitu di bulan Juli atau Agustus dan melakukan evaluasi pembinaan kepada arsiptaris yang ada di sekolah-sekolah maupun SKPD,” jelasnya.
Terkait pelayanan, karena merupakan ibukota provinsi sehingga untuk perpustakaan selama ini adalah perpustakaan daerah provinsi.
“Dan kita berharap kota harus memiliki satu gedung tersendiri meski hal itu bukan menjadi persoalan karena tugas pelayanan kita harus menggunakan perpustakaan keliling untuk mengajak masyarakat terutama anak-anak untuk gemar membaca,” lanjut Solossa.
Lebih lanjut, papar dia, dari data yang ada untuk minat baca di SKPD masih rendah.
“Namun kita akan mendorongnya lewat Sekda atau Wali Kota bahwa untuk minat baca harus dimulai dari pimpinan SKPD dan nantinya pimpinan SKPD akan mendorong kepada ASN di kota untuk mulai memanfaatkan perpustakaan yang ada. Karena jika kita berbicara intelektual, maka itu kita peroleh saat membaca,” papar Solossa.
Dan hal ini akan didorong sejak dini mulai dari orang tua, keluarga dan sekolah sehingga gemar membaca sejak dini mulai dibudidayakan.
Solossa berharap buku sebagai jendela dunia sehingga warga masyarakat terutama orang tua dapat mendorong anak-anak mulai dari rumah sehingga ketika mereka mulai masuk dunia pendidikan maka mereka sudah terbiasa.
“Dari buku ini mereka mempunyai wawasan dan intelektual yang cukup bagus karena orang yang banyak membaca buku maka dalam berkompetisi, dia tidak akan menggunakan fisik namun menggunakan otak,” tukasnya. (dharapos.com)