Pemerintah Bahama Bantu Investigasi Kandasnya MV Caledonian Sky di Raja Ampat
pada tanggal
Thursday, 6 April 2017
JAKARTA - Otoritas Maritim Bahama mengaku siap membantu pemerintah Indonesia untuk melakukan investigasi insiden kandasnya kapal pesiar MV Caledonian Sky yang menyebabkan kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.
Dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, Wakil Tetap Bahama Untuk PBB Dubes Elliston Rahming menyayangkan kejadian tersebut dalam mengatakan Otoritas Maritim Bahama yang berkedudukan di London akan membantu investigasi.
Kesediaan itu disampaikan Dubes Rahming saat bertemu Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno di sela-sela perundingan persiapan pembentukan norma internasional terkait keanekaragaman hayati di luar area 200 mil laut (BBNJ) di New York, akhir Maret lalu.
"Dubes Bahamas menyayangkan kejadian ini dan mengatakan bahwa sesuai aturan nasional mereka, Bahamas Maritime Authority akan melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut," kata Havas.
Bahama sebagai negara kepulauan yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata juga sepakat untuk melakukan kerja sama restorasi terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat, diawali dari masuknya sebuah kapal pesiar MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4.200 GT pada tanggal 3 Maret 2017.
Kapal berbendera Bahama itu dinakhodai oleh Kapten Keith Michael Taylor dan membawa 102 turis dan 79 anak buah kapal (ABK).
Setelah mengelilingi pulau untuk mengamati keanekaragaman burung serta menikmati pementasan seni, para penumpang kembali ke kapal pada siang hari tanggal 4 Maret 2017.
apal pesiar itu hendak melanjutkan perjalanan ke Bitung pada pukul 12.41 WIT.
Namun, sebelum sempat melanjutkan perjalanan menuju Bitung, MV Caledonian Sky kandas di atas sekumpulan terumbu karang di Raja Ampat.
Kapten Keith Michael Taylor merujuk pada petunjuk GPS dan radar tanpa mempertimbangkan faktor gelombang dan kondisi alam lainnya.
Kandasnya kapal MV Caledonian Sky menyebabkan 18.882 meter persegi terumbu karang rusak. Seluas 13.270 meter persegi mengalami rusak total dan 5.612 meter persegi rusak sedang akibat hempasan pasir dan pecahan terumbu karang karena olah gerak kapal. (antara)
Dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, Wakil Tetap Bahama Untuk PBB Dubes Elliston Rahming menyayangkan kejadian tersebut dalam mengatakan Otoritas Maritim Bahama yang berkedudukan di London akan membantu investigasi.
Kesediaan itu disampaikan Dubes Rahming saat bertemu Deputi Koordinasi Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno di sela-sela perundingan persiapan pembentukan norma internasional terkait keanekaragaman hayati di luar area 200 mil laut (BBNJ) di New York, akhir Maret lalu.
"Dubes Bahamas menyayangkan kejadian ini dan mengatakan bahwa sesuai aturan nasional mereka, Bahamas Maritime Authority akan melakukan investigasi terhadap peristiwa tersebut," kata Havas.
Bahama sebagai negara kepulauan yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor pariwisata juga sepakat untuk melakukan kerja sama restorasi terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat, diawali dari masuknya sebuah kapal pesiar MV Caledonian Sky yang memiliki bobot 4.200 GT pada tanggal 3 Maret 2017.
Kapal berbendera Bahama itu dinakhodai oleh Kapten Keith Michael Taylor dan membawa 102 turis dan 79 anak buah kapal (ABK).
Setelah mengelilingi pulau untuk mengamati keanekaragaman burung serta menikmati pementasan seni, para penumpang kembali ke kapal pada siang hari tanggal 4 Maret 2017.
apal pesiar itu hendak melanjutkan perjalanan ke Bitung pada pukul 12.41 WIT.
Namun, sebelum sempat melanjutkan perjalanan menuju Bitung, MV Caledonian Sky kandas di atas sekumpulan terumbu karang di Raja Ampat.
Kapten Keith Michael Taylor merujuk pada petunjuk GPS dan radar tanpa mempertimbangkan faktor gelombang dan kondisi alam lainnya.
Kandasnya kapal MV Caledonian Sky menyebabkan 18.882 meter persegi terumbu karang rusak. Seluas 13.270 meter persegi mengalami rusak total dan 5.612 meter persegi rusak sedang akibat hempasan pasir dan pecahan terumbu karang karena olah gerak kapal. (antara)