Ones Pahabol Kunjungi Warga Pegunungan di Boven Digoel
pada tanggal
Saturday, 1 April 2017
ASIKIE (BODI) - Calon Gubernur Papua, Dr. Ones Pahabol, MM (OP) mengunjungi warga asal Pegunungan Tengah seperti Wamena dan Tolikara yang sudah lama menetap di desa Asiki, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel (Bodi).
Sebelumnya, OP bersama Bupati Boven Digoel, melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Jemaat Getsemani, Tanah Merah yang merupakan calon Klasis Maro wilayah Pantai Selatan, pekan kemarin.
Usai momen tersebut, OP menyempatkan diri mengunjungi masyarakat Tolikara dan Wamena yang merupakan satu jemaat kecil GIDI di bagian bukit Desa Asiki.
Tiba di lokasi, OP dan rombongan disambut dengan adat oleh beberapa mama dan masyarakat serta melakukan dialog sekitar 30 menit di depan gereja GIDI Jemaat Getsemani Jalan Tenarop Dani Kampung Damai, Desa Asiki.
Pantauan Dharapos.com, suasana penyambutan begitu mengharukan dimana OP disambut dengan tangis warga sambil memeluk mantan Bupati Yahukimo dua periode itu.
OP kepada wartawan mengungkapkan, setelah melakukan perjalanan dari Tanah Merah, BVD menuju ke Kabupaten Merauke dirinya memutuskan untuk mampir sejenak melihat kondisi lebih kurang 400 jiwa yang semuanya adalah umat GIDI di desa tersebut.
Sebagai orang kecil, OP turun langsung untuk melihat dan merasakan apa yang masyarakat rasakan di sini.
Ia mengaku kaget karena ternyata GIDI juga ada di wilayah yang paling terpencil di kabupaten BVD.
“Gereja ini sudah 54 Tuhan melayani jiwa-jiwa baru di wilayah tersebut,” akuinya.
Jemaat ini, lanjut putra asli Yali tersebut kini dilayani 6 penginjil setelah kedatangan salah satu penginjil baru dari Sinode dari sebelumnya 5 penginjil.
OP mengaku kagum akan apa yang telah dilakukan Tuhan melalui jemaat kecil di atas tanah ini.
“Ini sangat luar biasa dan mengharukan saya,” ucapnya
Di kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Masyarakat Pegunungan Tengah BVD, Minus Kogoya mengaku terharu atas kedatangan OP dan rombongan.
“Terima kasih atas kunjungan bapak Ones ke gereja kami,” ucapnya.
Kogoya pun meminta OP memperhatikan mereka yang merupakan masyarakat kecil yang sudah lama tinggal di sini.
“Gereja yang kami bangun ini, merupakan swadaya masyarakat dan sama sekali tidak ada bantuan pemerintah. Hasil berdagang daun ubi dan hasil kebun lainnya kami sisipkan juga untuk menyelesaikan pembangunan gereja ini,” bebernya.
Masyarakat pun merasa terharu bahkan mereka menangis karena belum pernah ada satu pun pejabat daerah yang masuk ke perkampungan mereka.
“Gereja kami bangun tidak ada bantuan dari siapa-siapa namun hasil dari mama-mama dan bapak-bapak dengan hasil jualan dimana keuntungan yang ada mereka swadayakan untuk membangun gereja dalam waktu tidak terlalu lama,” sambung Kogoya.
Ditambahkannya, anak-anak di desa tersebut juga ada yang sekolah namun karena tidak punya biaya yang cukup sehingga mereka akhirnya berhenti.
“Ada yang putus di SMA bahkan di bangku kuliah juga karena terbatasnya ekonomi,” sambungnya.
Olehnya itu, Kogoya mengharapkan adanya perhatian Pemerintah atas kepentingan masyarakat di Desa Asikie. (Dharapos.com)
Sebelumnya, OP bersama Bupati Boven Digoel, melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Jemaat Getsemani, Tanah Merah yang merupakan calon Klasis Maro wilayah Pantai Selatan, pekan kemarin.
Usai momen tersebut, OP menyempatkan diri mengunjungi masyarakat Tolikara dan Wamena yang merupakan satu jemaat kecil GIDI di bagian bukit Desa Asiki.
Tiba di lokasi, OP dan rombongan disambut dengan adat oleh beberapa mama dan masyarakat serta melakukan dialog sekitar 30 menit di depan gereja GIDI Jemaat Getsemani Jalan Tenarop Dani Kampung Damai, Desa Asiki.
Pantauan Dharapos.com, suasana penyambutan begitu mengharukan dimana OP disambut dengan tangis warga sambil memeluk mantan Bupati Yahukimo dua periode itu.
OP kepada wartawan mengungkapkan, setelah melakukan perjalanan dari Tanah Merah, BVD menuju ke Kabupaten Merauke dirinya memutuskan untuk mampir sejenak melihat kondisi lebih kurang 400 jiwa yang semuanya adalah umat GIDI di desa tersebut.
Sebagai orang kecil, OP turun langsung untuk melihat dan merasakan apa yang masyarakat rasakan di sini.
Ia mengaku kaget karena ternyata GIDI juga ada di wilayah yang paling terpencil di kabupaten BVD.
“Gereja ini sudah 54 Tuhan melayani jiwa-jiwa baru di wilayah tersebut,” akuinya.
Jemaat ini, lanjut putra asli Yali tersebut kini dilayani 6 penginjil setelah kedatangan salah satu penginjil baru dari Sinode dari sebelumnya 5 penginjil.
OP mengaku kagum akan apa yang telah dilakukan Tuhan melalui jemaat kecil di atas tanah ini.
“Ini sangat luar biasa dan mengharukan saya,” ucapnya
Di kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Masyarakat Pegunungan Tengah BVD, Minus Kogoya mengaku terharu atas kedatangan OP dan rombongan.
“Terima kasih atas kunjungan bapak Ones ke gereja kami,” ucapnya.
Kogoya pun meminta OP memperhatikan mereka yang merupakan masyarakat kecil yang sudah lama tinggal di sini.
“Gereja yang kami bangun ini, merupakan swadaya masyarakat dan sama sekali tidak ada bantuan pemerintah. Hasil berdagang daun ubi dan hasil kebun lainnya kami sisipkan juga untuk menyelesaikan pembangunan gereja ini,” bebernya.
Masyarakat pun merasa terharu bahkan mereka menangis karena belum pernah ada satu pun pejabat daerah yang masuk ke perkampungan mereka.
“Gereja kami bangun tidak ada bantuan dari siapa-siapa namun hasil dari mama-mama dan bapak-bapak dengan hasil jualan dimana keuntungan yang ada mereka swadayakan untuk membangun gereja dalam waktu tidak terlalu lama,” sambung Kogoya.
Ditambahkannya, anak-anak di desa tersebut juga ada yang sekolah namun karena tidak punya biaya yang cukup sehingga mereka akhirnya berhenti.
“Ada yang putus di SMA bahkan di bangku kuliah juga karena terbatasnya ekonomi,” sambungnya.
Olehnya itu, Kogoya mengharapkan adanya perhatian Pemerintah atas kepentingan masyarakat di Desa Asikie. (Dharapos.com)