Korea Western Power (KWP) Akan Kembangkan Pabrik Energi Biomassa di Kais
pada tanggal
Thursday, 13 April 2017
SEOUL (KORSEL) - Perum Perhutani gandeng investor Korea Selatan mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dari organisme atau yang dikenal dengan nama energi biomassa untuk Pabrik Sagu di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat.
Siaran pers Perhutani di Jakarta, Rabu mengatakan kesepakatan kerja sama dilakukan antara Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna dan CEO Korea Western Power (KWP) Jung ha Hwang, di Seoul, Korea Selatan pada Jumat (7/4).
Denaldy menyatakan dengan kerja sama tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu ha yang akan menghasilkan 3,2 juta MT "woodchips".
Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik per tahun atau 1,6 juta MT "wood pellet", artinya energi biomassa dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp2 triliun per tahun.
"Pengembangan 'biomassa power plant' penting disiapkan sejak awal mengingat 'trend' konsumsi energi dunia ke depan lebih mengarah pada sumber-sumber pemanfaatan biomassa seperti limbah pohon. Perhutani memiliki banyak peluang untuk mengembangkan energi biomassa ini dari kawasan hutannya, termasuk dari limbah pabrik sagu di Papua Barat yang bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Kerja sama berawal dari program antarpemerintahan (G to G) antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan tahun 2007 untuk pengelolaan hutan seluas 500.000 hektare.
Pada tahun 2009 Perhutani menindaklanjuti kerja sama penanaman tanaman "fast growing species" (FGS) jenis sengon, Acacia mangium, Gmelinia arborea seluas 7.424,19 ha dengan perusahaan Korean Indonesia Forestry Centre (KIFC) anak usaha National Foresty Cooperatives Federation (NFCF) dan kerja sama dengan Korean Forestry Promotion Institute (KoFPI) tahun 2013 untuk penanaman gliericide 1.500 ha di wilayah Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Selama kunjungannya di Korea Selatan Direktur Utama Perhutani juga bertemu dengan pimpinan KoFPI dan KEWP membahas rencana MoU lanjutan tentang perluasan kerja sama penanaman biomassa dari semula 2.000 ha menjadi 10 ribu ha disertai industri pengolahannya.
KEWP akan membantu pembangunan mini power plant sebagai percontohan manfaat biomassa dari hutan untuk energi, yang akan dipusatkan di lokasi ekowisata Sentul. Sedangkan KoFPI bersama Perhutani akan menyiapkan "Feasibility Study" Proyek Biomassa.
Beberapa investor Korea Selatan lainnya juga berminat untuk kerja sama Proyek Biomassa Perhutani Group.
"Kita merencanakan areal untuk biomassa seluas 200.000 ha. Pihak yang berminat dan telah membahasnya dengan Perhutani adalah Hyundai Corp, Aju Corp, GS EPS, UC Plant, dan Korbi," tutur Denaldy. (antara)
Siaran pers Perhutani di Jakarta, Rabu mengatakan kesepakatan kerja sama dilakukan antara Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna dan CEO Korea Western Power (KWP) Jung ha Hwang, di Seoul, Korea Selatan pada Jumat (7/4).
Denaldy menyatakan dengan kerja sama tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu ha yang akan menghasilkan 3,2 juta MT "woodchips".
Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik per tahun atau 1,6 juta MT "wood pellet", artinya energi biomassa dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp2 triliun per tahun.
"Pengembangan 'biomassa power plant' penting disiapkan sejak awal mengingat 'trend' konsumsi energi dunia ke depan lebih mengarah pada sumber-sumber pemanfaatan biomassa seperti limbah pohon. Perhutani memiliki banyak peluang untuk mengembangkan energi biomassa ini dari kawasan hutannya, termasuk dari limbah pabrik sagu di Papua Barat yang bisa dimanfaatkan," ujarnya.
Kerja sama berawal dari program antarpemerintahan (G to G) antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan tahun 2007 untuk pengelolaan hutan seluas 500.000 hektare.
Pada tahun 2009 Perhutani menindaklanjuti kerja sama penanaman tanaman "fast growing species" (FGS) jenis sengon, Acacia mangium, Gmelinia arborea seluas 7.424,19 ha dengan perusahaan Korean Indonesia Forestry Centre (KIFC) anak usaha National Foresty Cooperatives Federation (NFCF) dan kerja sama dengan Korean Forestry Promotion Institute (KoFPI) tahun 2013 untuk penanaman gliericide 1.500 ha di wilayah Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Selama kunjungannya di Korea Selatan Direktur Utama Perhutani juga bertemu dengan pimpinan KoFPI dan KEWP membahas rencana MoU lanjutan tentang perluasan kerja sama penanaman biomassa dari semula 2.000 ha menjadi 10 ribu ha disertai industri pengolahannya.
KEWP akan membantu pembangunan mini power plant sebagai percontohan manfaat biomassa dari hutan untuk energi, yang akan dipusatkan di lokasi ekowisata Sentul. Sedangkan KoFPI bersama Perhutani akan menyiapkan "Feasibility Study" Proyek Biomassa.
Beberapa investor Korea Selatan lainnya juga berminat untuk kerja sama Proyek Biomassa Perhutani Group.
"Kita merencanakan areal untuk biomassa seluas 200.000 ha. Pihak yang berminat dan telah membahasnya dengan Perhutani adalah Hyundai Corp, Aju Corp, GS EPS, UC Plant, dan Korbi," tutur Denaldy. (antara)