Keluarga Akui Thomas Talubun Tidak Miliki Masalah dengan Warga Amungme di Irigasi
pada tanggal
Thursday, 6 April 2017
TIMIKA (MIMIKA) - Keluarga besar Suku Kei di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua meminta aparat kepolisian setempat segera menangkap dan memroses pelaku pembunuhan terhadap Thomas Talubun, guru yang bertugas pada salah satu sekolah dasar di Ilaga, Kabupaten Puncak.
John Wenehen selaku keluarga korban saat ditemui di ruang jenazah RSUD Mimika, Rabu, mengatakan almarhum Thomas Talubun tidak memiliki persoalan dengan warga Suku Amungme yang bermukim di Jalan Hasanuddin, Irigasi, Timika.
Namun anehnya, almarhum Thomas Talubun malah dibantai dengan sadis oleh sejumlah orang yang belum diketahui identitasnya saat hendak menjemput isteri dan anaknya pada Rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIT.
"Kejadian ini sangat memalukan. Korban ini tidak punya urusan dan kepentingan apapun dengan mereka yang berkonflik. Dia mau pergi jemput istri dan anaknya, tapi di tengah jalan dia diserang dan dibantai seperti hewan. Kami harap polisi segera menangkap dan memproses pelakunya," kata John.
John menolak pandangan yang mengait-ngaitkan pembunuhan Thomas Talubun dengan kasus pembunuhan warga Amungme, Luther Magal di belakang Lapangan Jayanti, Sempan pada Sabtu (1/4).
"Minta maaf saja, jangan kaitkan kasus ini dengan kematian Luther Magal beberapa hari lalu. Pelakunya kan sudah ditahan oleh polisi (pelaku pembunuhan Luther Magal berjumlah empat orang). Mengapa sekarang merembes orang-orang lain yang tidak tahu persoalan itu. Masalah seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika kita mau bertindak bijaksana. Korban ini benar-benar salah sasaran," kata John.
Pihak keluarga kini masih fokus untuk mengurus jenazah almarhum Thomas Talubun hingga dimakamkan.
John meminta warga Kei agar menyerahkan penanganan kasus kematian Thomas Talubun kepada aparat kepolisian dan tidak melakukan aksi balasan.
"Kita jalan sesuai prosedur hukum saja, tidak ada hukum rimba di sini. Keluarga kami memang marah, tetapi kita serahkan sepenuhnya kepada polisi untuk segera mengungkap dan memproses para pelakunya. Yang jelas masyarakat kami sudah tahu siapa pelakunya," kata John.
Di balik kasus pembunuhan Thomas Talubun dan peristiwa penyerangan warga dan rumah-rumah di sepanjang Jalan Hasanuddin, Irigasi pada Senin (3/4), John mensinyalir ada modus-modus tertentu yang sedang dimainkan oleh para pelaku.
"Konflik ini sengaja diciptakan dengan motivasi utama untuk merebut atau menguasai tanah-tanah milik warga yang berada di sepanjang Jalan Hasanuddin, Irigasi. Masyarakat non Papua memiliki tanah di kawasan itu karena dibeli dari Kepala Suku Kapawe (salah satu sub Suku Kamoro). Lalu datanglah kelompok ini mau menguasai tanah-tanah yang sudah dipunyai oleh orang lain, malah sudah ada yang bersertifikat," tutur John.
John mengatakan sudah beberapa hari belakangan, warga yang bermukim di kawasan Irigasi, Jalan Hasanuddin Timika didatangi dan diteror oleh sekelompok warga dengan dalih bahwa merekalah yang sebenarnya memiliki hak atas lahan tersebut.
"Memang sudah beberapa hari ini warga di Irigasi diteror sama mereka. Karena kondisi yang tidak aman itulah, makanya isteri dan anak korban diungsikan sementara ke rumah keluarga di Jalan Busiri, Sempan. Kalau memang benar ini terkait masalah tanah, kami minta polisi untuk menangkap dan memproses aktor intelektual dibalik kejadian ini," harap John.
Keluarga korban lainnya, Arens Wenehen mengatakan almarhum Thomas Talubun selama ini bertugas sebagai guru PNS di salah satu SD di Ilaga.
"Beberapa waktu terakhir dia datang ke Timika karena rencana mau bangun rumah," ujar Arens yang juga merupakan tetangga almarhum Thomas Talubun.
Almarhum meninggalkan seorang isteri dan anak perempuan yang masih balita.
Kondisi korban saat ditemukan sangat mengenaskan penuh luka menganga pada bagian belakang tubuhnya akibat ditebas dengan parang dan panah.
Hingga Rabu siang, jenazah almarhum Thomas Talubun masih berada di kamar jenazah RSUD Mimika. (antara)
John Wenehen selaku keluarga korban saat ditemui di ruang jenazah RSUD Mimika, Rabu, mengatakan almarhum Thomas Talubun tidak memiliki persoalan dengan warga Suku Amungme yang bermukim di Jalan Hasanuddin, Irigasi, Timika.
Namun anehnya, almarhum Thomas Talubun malah dibantai dengan sadis oleh sejumlah orang yang belum diketahui identitasnya saat hendak menjemput isteri dan anaknya pada Rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIT.
"Kejadian ini sangat memalukan. Korban ini tidak punya urusan dan kepentingan apapun dengan mereka yang berkonflik. Dia mau pergi jemput istri dan anaknya, tapi di tengah jalan dia diserang dan dibantai seperti hewan. Kami harap polisi segera menangkap dan memproses pelakunya," kata John.
John menolak pandangan yang mengait-ngaitkan pembunuhan Thomas Talubun dengan kasus pembunuhan warga Amungme, Luther Magal di belakang Lapangan Jayanti, Sempan pada Sabtu (1/4).
"Minta maaf saja, jangan kaitkan kasus ini dengan kematian Luther Magal beberapa hari lalu. Pelakunya kan sudah ditahan oleh polisi (pelaku pembunuhan Luther Magal berjumlah empat orang). Mengapa sekarang merembes orang-orang lain yang tidak tahu persoalan itu. Masalah seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika kita mau bertindak bijaksana. Korban ini benar-benar salah sasaran," kata John.
Pihak keluarga kini masih fokus untuk mengurus jenazah almarhum Thomas Talubun hingga dimakamkan.
John meminta warga Kei agar menyerahkan penanganan kasus kematian Thomas Talubun kepada aparat kepolisian dan tidak melakukan aksi balasan.
"Kita jalan sesuai prosedur hukum saja, tidak ada hukum rimba di sini. Keluarga kami memang marah, tetapi kita serahkan sepenuhnya kepada polisi untuk segera mengungkap dan memproses para pelakunya. Yang jelas masyarakat kami sudah tahu siapa pelakunya," kata John.
Di balik kasus pembunuhan Thomas Talubun dan peristiwa penyerangan warga dan rumah-rumah di sepanjang Jalan Hasanuddin, Irigasi pada Senin (3/4), John mensinyalir ada modus-modus tertentu yang sedang dimainkan oleh para pelaku.
"Konflik ini sengaja diciptakan dengan motivasi utama untuk merebut atau menguasai tanah-tanah milik warga yang berada di sepanjang Jalan Hasanuddin, Irigasi. Masyarakat non Papua memiliki tanah di kawasan itu karena dibeli dari Kepala Suku Kapawe (salah satu sub Suku Kamoro). Lalu datanglah kelompok ini mau menguasai tanah-tanah yang sudah dipunyai oleh orang lain, malah sudah ada yang bersertifikat," tutur John.
John mengatakan sudah beberapa hari belakangan, warga yang bermukim di kawasan Irigasi, Jalan Hasanuddin Timika didatangi dan diteror oleh sekelompok warga dengan dalih bahwa merekalah yang sebenarnya memiliki hak atas lahan tersebut.
"Memang sudah beberapa hari ini warga di Irigasi diteror sama mereka. Karena kondisi yang tidak aman itulah, makanya isteri dan anak korban diungsikan sementara ke rumah keluarga di Jalan Busiri, Sempan. Kalau memang benar ini terkait masalah tanah, kami minta polisi untuk menangkap dan memproses aktor intelektual dibalik kejadian ini," harap John.
Keluarga korban lainnya, Arens Wenehen mengatakan almarhum Thomas Talubun selama ini bertugas sebagai guru PNS di salah satu SD di Ilaga.
"Beberapa waktu terakhir dia datang ke Timika karena rencana mau bangun rumah," ujar Arens yang juga merupakan tetangga almarhum Thomas Talubun.
Almarhum meninggalkan seorang isteri dan anak perempuan yang masih balita.
Kondisi korban saat ditemukan sangat mengenaskan penuh luka menganga pada bagian belakang tubuhnya akibat ditebas dengan parang dan panah.
Hingga Rabu siang, jenazah almarhum Thomas Talubun masih berada di kamar jenazah RSUD Mimika. (antara)