FKUB Minta Pemkab Mimika Tutup Total Penjual Minuman Keras
pada tanggal
Thursday, 13 April 2017
TIMIKA (MIMIKA) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, mendesak Pemkab setempat menutup total semua tempat penjualan minuman keras di Kota Timika terutama selama Pekan Suci menyambut perayaan Paskah 2017.
"Sejak awal semua pemuka agama di Kabupaten Mimika dan FKUB selalu menyerukan untuk menutup semua tempat penjualan minuman beralkohol yang banyak di Kota Timika. Namun eruan itu hanya sebatas wacana karena realitanya ada oknum-oknum tertentu yang membackingi penjualan minuman beralkohol di Kota Timika," kata Ketua FKUB Mimika Ignatius Adii di Timika, Selasa.
Ignatius menegaskan bahwa pemberantasan minuman beralkohol di Mimika tidak akan tuntas jika aparat Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja Pemkab Mimika tidak bertindak tegas terhadap oknum-oknum yang masih menjual barang tersebut.
"Sekalipun sudah ada Perda Larangan Menjual dan Mengonsumsi Minuman Beralkohol di Mimika, lalu ditindaklanjuti dengan Deklarasi Anti Minuman Beralkohol, tapi kenyataan barang itu masih tetap dijual bebas. Malah alkohol itulah yang menjadi biang pemicu dari berbagai masalah sosial yang terjadi di Timika selama ini," katanya.
Menurut dia, dalam waktu dekat terdapat dua perayaan keagamaan yang wajib untuk diamankan oleh seluruh komponen masyarakat Mimika yaitu perayaan Paskah dan Maulud Nabi.
Selama Pekan Suci hingga Paskah dan Maulud Nabi, FKUB Mimika meminta semua pihak agar menutup total tempat-tempat penjualan minuman beralkohol.
"Mulai pekan ini sampai hari raya Paskah dan Maulud Nabi, tidak boleh ada tempat-tempat penjualan minuman beralkohol yang buka di Timika. Kalau masih ada yang berani buka, kami akan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas oknum-oknum tersebut," ujar Ignatius.
Penyebar Perdamaian Sementara itu Pastor Dekan Mimika-Agimuga Gabriel Ngga OFM mengajak umat Kristiani di wilayah itu menjadi agen atau penyebar perdamaian di tengah kehidupan masyarakat yang masih terus dilanda berbagai konflik.
"Di tengah situasi masyarakat kita yang masih diwarnai sikap saling membenci, saling memusuhi, saling mencurigai bahkan tidak segan-segan melakukan aksi kekerasan maka kita dituntut untuk membangun kerukunan, kekeluargaan, penuh persaudaraan serta menjadi pembawa dan penyebar perdamaian," pesan Pastor Gabriel di Timika, Selasa.
Pastor asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur itu mengajak umat Kristiani di Mimika-Agimuga agar membangun sikap tobat menyongsong perayaan Paskah 2017.
Hanya melalui pertobatan , katanya, umat Kristiani dapat merayakan Paskah (perayaan mengenangkan kebangkitan Isa Almasih) dengan penuh sukacita dan kedamaian.
"Kalau kita menginginkan membangun sebuah komunitas yang damai, aman dan tenteram, tanggalkanlah rasa benci, iri hati, benci, mencurigai dan permusuhan dengan sasama," imbaunya.
Pastor Gabriel menyatakan prihatin dengan masih terjadinya aksi kekerasan dan pembunuhan warga di sekitar Kota Timika dalam beberapa pekan terakhir ini yang membuat situasi kamtibmas di Timika menjadi terganggu.
Perilaku masyarakat yang cenderung main hakim sendiri dalam menyelesaikan setiap masalah, katanya, menunjukkan bahwa umat Kristiani belum sepenuhnya menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat yang membawa damai bagi alam semesta. (antara)
"Sejak awal semua pemuka agama di Kabupaten Mimika dan FKUB selalu menyerukan untuk menutup semua tempat penjualan minuman beralkohol yang banyak di Kota Timika. Namun eruan itu hanya sebatas wacana karena realitanya ada oknum-oknum tertentu yang membackingi penjualan minuman beralkohol di Kota Timika," kata Ketua FKUB Mimika Ignatius Adii di Timika, Selasa.
Ignatius menegaskan bahwa pemberantasan minuman beralkohol di Mimika tidak akan tuntas jika aparat Kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja Pemkab Mimika tidak bertindak tegas terhadap oknum-oknum yang masih menjual barang tersebut.
"Sekalipun sudah ada Perda Larangan Menjual dan Mengonsumsi Minuman Beralkohol di Mimika, lalu ditindaklanjuti dengan Deklarasi Anti Minuman Beralkohol, tapi kenyataan barang itu masih tetap dijual bebas. Malah alkohol itulah yang menjadi biang pemicu dari berbagai masalah sosial yang terjadi di Timika selama ini," katanya.
Menurut dia, dalam waktu dekat terdapat dua perayaan keagamaan yang wajib untuk diamankan oleh seluruh komponen masyarakat Mimika yaitu perayaan Paskah dan Maulud Nabi.
Selama Pekan Suci hingga Paskah dan Maulud Nabi, FKUB Mimika meminta semua pihak agar menutup total tempat-tempat penjualan minuman beralkohol.
"Mulai pekan ini sampai hari raya Paskah dan Maulud Nabi, tidak boleh ada tempat-tempat penjualan minuman beralkohol yang buka di Timika. Kalau masih ada yang berani buka, kami akan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas oknum-oknum tersebut," ujar Ignatius.
Penyebar Perdamaian Sementara itu Pastor Dekan Mimika-Agimuga Gabriel Ngga OFM mengajak umat Kristiani di wilayah itu menjadi agen atau penyebar perdamaian di tengah kehidupan masyarakat yang masih terus dilanda berbagai konflik.
"Di tengah situasi masyarakat kita yang masih diwarnai sikap saling membenci, saling memusuhi, saling mencurigai bahkan tidak segan-segan melakukan aksi kekerasan maka kita dituntut untuk membangun kerukunan, kekeluargaan, penuh persaudaraan serta menjadi pembawa dan penyebar perdamaian," pesan Pastor Gabriel di Timika, Selasa.
Pastor asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur itu mengajak umat Kristiani di Mimika-Agimuga agar membangun sikap tobat menyongsong perayaan Paskah 2017.
Hanya melalui pertobatan , katanya, umat Kristiani dapat merayakan Paskah (perayaan mengenangkan kebangkitan Isa Almasih) dengan penuh sukacita dan kedamaian.
"Kalau kita menginginkan membangun sebuah komunitas yang damai, aman dan tenteram, tanggalkanlah rasa benci, iri hati, benci, mencurigai dan permusuhan dengan sasama," imbaunya.
Pastor Gabriel menyatakan prihatin dengan masih terjadinya aksi kekerasan dan pembunuhan warga di sekitar Kota Timika dalam beberapa pekan terakhir ini yang membuat situasi kamtibmas di Timika menjadi terganggu.
Perilaku masyarakat yang cenderung main hakim sendiri dalam menyelesaikan setiap masalah, katanya, menunjukkan bahwa umat Kristiani belum sepenuhnya menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat yang membawa damai bagi alam semesta. (antara)