DPR RI Minta Pemerintah Perhatikan Produksi Sagu di Papua
pada tanggal
Thursday, 13 April 2017
JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Robert Kardinal mendorong pemerintah untuk memperhatikan keberlangsungan produksi sagu nasional karena potensinya sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal.
"Kami akan mendorong pemerintah untuk tidak hanya memperhatikan padi atau beras, atau jagung, kedelai, tapi sagu juga diangkat sebagai panganan," kata Robert usai menerima perwakilan Masyarakat Sagu Indonesia (Masi) di Ruang Rapat Komisi IV DPR, Jakarta, Selasa.
Dia menilai panganan sagu tidak hanya untuk membuat masyarakat kenyang namun juga berguna bagi kesehatan.
Keuntungan sagu lainnya adalah tidak perlu dibudidayakan secara khusus seperti panganan lainnya.
"Sagu ini kalau dibilang, khususnya di Papua, tidak perlu capek petaninya. Sagunya sudah tumbuh sendiri, jadi tinggal ambil aja," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan sagu memiliki potensi besar yang hanya butuh pembangunan pabrik pengolahan karena sagu di Indonesia tumbuh di sekitar 5,2 juta hektare.
Selain itu, sagu di beberapa daerah menjadi makanan utama sehingga seharusnya tetap dipertahankan menjadi kearifan lokal tiap daerah.
"Orang Papua dulu makan sagu, lalu sekarang diberikan raskin (Beras Miskin) agar makan nasi, tidak makan sagu lagi," katanya.
Ketua Umum Masi, Bintoro, mengaku senang atas tanggapan positif dari Komisi IV DPR RI karena selama ini pemerintah justru kurang memberikan perhatian atas panganan sagu.
Menurut dia, Masi menginginkan sagu menjadi perhatian strategis dari pemerintah karena selama ini masih kurang.
"Selama ini banyak peneliti kurang mendapatkan pendanaan dari pemerintah. Lalu kalau ada riset tentang sagu pasti tidak diterima karena dianggap sagu itu bukan prioritas," katanya.
Bintoro mengatakan sagu tidak hanya untuk panganan namun juga bisa dijadikan berbagai macam bahan baku varian lainnya misalnya gula, bio etanol, bahan baku obat-obatan dan lain sebagainnya. (antara)
"Kami akan mendorong pemerintah untuk tidak hanya memperhatikan padi atau beras, atau jagung, kedelai, tapi sagu juga diangkat sebagai panganan," kata Robert usai menerima perwakilan Masyarakat Sagu Indonesia (Masi) di Ruang Rapat Komisi IV DPR, Jakarta, Selasa.
Dia menilai panganan sagu tidak hanya untuk membuat masyarakat kenyang namun juga berguna bagi kesehatan.
Keuntungan sagu lainnya adalah tidak perlu dibudidayakan secara khusus seperti panganan lainnya.
"Sagu ini kalau dibilang, khususnya di Papua, tidak perlu capek petaninya. Sagunya sudah tumbuh sendiri, jadi tinggal ambil aja," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan sagu memiliki potensi besar yang hanya butuh pembangunan pabrik pengolahan karena sagu di Indonesia tumbuh di sekitar 5,2 juta hektare.
Selain itu, sagu di beberapa daerah menjadi makanan utama sehingga seharusnya tetap dipertahankan menjadi kearifan lokal tiap daerah.
"Orang Papua dulu makan sagu, lalu sekarang diberikan raskin (Beras Miskin) agar makan nasi, tidak makan sagu lagi," katanya.
Ketua Umum Masi, Bintoro, mengaku senang atas tanggapan positif dari Komisi IV DPR RI karena selama ini pemerintah justru kurang memberikan perhatian atas panganan sagu.
Menurut dia, Masi menginginkan sagu menjadi perhatian strategis dari pemerintah karena selama ini masih kurang.
"Selama ini banyak peneliti kurang mendapatkan pendanaan dari pemerintah. Lalu kalau ada riset tentang sagu pasti tidak diterima karena dianggap sagu itu bukan prioritas," katanya.
Bintoro mengatakan sagu tidak hanya untuk panganan namun juga bisa dijadikan berbagai macam bahan baku varian lainnya misalnya gula, bio etanol, bahan baku obat-obatan dan lain sebagainnya. (antara)