CTI-CFF Penting Hindari Kerusakan Terumbu Karang di Raja Ampat
pada tanggal
Saturday, 8 April 2017
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meminta Sekretariat Regional Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan (Coral Triangle Initiative for Corals, Fisheries and Food Security/CTI-CFF) untuk aktif mengembangkan teknologi kemaritiman.
"Kita perlu mengembangkan teknologi terutama untuk mendata dan merawat karang-karang laut kita ini. Kalau bisa CTI-CFF bekerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.
Luhut yang menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional (Konas) CTI-CFF datang berkunjung ke kantor lembaga itu di Manado, Jumat.
Mantan Menko Polhukam itu menjelaskan pentingnya CTI-CFF mengembangkan teknologi kemaritiman. Terlebih menyusul insiden rusaknya terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.
"Setelah ada kasus (kapal menabrak terumbu karang) Raja Ampat itu kita baru tahu ada beberapa hal yang belum kita lakukan, seperti bagaimana sebenarnya peraturan kapal yang masuk ke wilayah laut kita, dan lain-lain," katanya.
Ia juga menyampaikan pentingnya peranan Indonesia pemegang kepemimpinan di kawasan segitiga karang baik dalam konservasi maupun kemaritiman.
Tak lupa Luhut mengingatkan pentingnya masalah pengelolaan sampah.
"Sampah laut dan sampah plastik ini harus menjadi perhatian khusus. Kita mengembangkan daerah-daerah wisata, pengembangan bisnis wisata ini akan sulit dilakukan jika kita belum bisa mengatasi persoalan sampah ini. Wisatawan tidak ada yang mau datang," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi A. Pratikto menyambut baik kedatangan Menko Luhut yang baru pertama kali mengunjungi Gedung Sekretariat Regional CTI-CFF di Manado.
Menurut dia, kedatangan Menko Luhut menandakan bahwa Indonesia memegang peran penting kepemimpinan kawasan Segitiga Karang, baik untuk tujuan konservasi dan ekonomi kemaritiman.
"Kami menyambut baik kedatangan Pak Luhut sebagai Ketua Konas CTI-CFF Indonesia, karena memang peran Indonesia sangat penting di kawasan Segitiga Karang, baik sebagai pendorong kegiatan konservasi maupun kerjasama di bidang kelautan untuk perkembangan ekonomi kemaritiman berkelanjutan antar negara CTI-CFF," jelasnya.
Widi juga mengamini pernyataan Luhut mengenai komitmen Indonesia dalam mengatasi sampah plastik yang bermuara ke laut.
"Hal itu juga menjadi perhatian Menteri Luhut dalam kapasitasnya sebagai Ketua Konas CTI-CFF," terangnya.
Dalam konteks koordinasi kegiatan, Sekretariat Regional CTI-CFF telah melakukan upaya-upaya konsolidasi mengatasi masalah sampah plastik dalam bentuk program bersama.
Pasalnya, tiga negara anggota CTI-CFF, yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia menjadi penyumbang sampah plastik yang cukup signifikan menurut survei Jambeck pada 2015.
Dalam survei tersebut, Indonesia berada di peringkat kedua dunia pencemar sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton.
Diikuti oleh negara anggota CTI-CFF lainnya Filipina (peringkat ketiga) yang mencapai 83,4 juta ton, dan terakhir negara anggota CTI-CFF lainnya Malaysia (peringkat kedelapan) yang mencapai 22,9 juta ton.
Sekretariat Regional CTI-CFF sebagai koordinator kegiatan di kawasan Segitiga Karang memiliki beberapa program yang dijalankan bersama ke enam negara anggota (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Solomon Islands, dan Timor-Leste) diantaranya tata ruang laut, pengelolaan perikanan berbasis ekosistem, kawasan konservasi perairan, adaptasi perubahan iklim, dan perlindungan spesies terancam. (antara)
"Kita perlu mengembangkan teknologi terutama untuk mendata dan merawat karang-karang laut kita ini. Kalau bisa CTI-CFF bekerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.
Luhut yang menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional (Konas) CTI-CFF datang berkunjung ke kantor lembaga itu di Manado, Jumat.
Mantan Menko Polhukam itu menjelaskan pentingnya CTI-CFF mengembangkan teknologi kemaritiman. Terlebih menyusul insiden rusaknya terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat.
"Setelah ada kasus (kapal menabrak terumbu karang) Raja Ampat itu kita baru tahu ada beberapa hal yang belum kita lakukan, seperti bagaimana sebenarnya peraturan kapal yang masuk ke wilayah laut kita, dan lain-lain," katanya.
Ia juga menyampaikan pentingnya peranan Indonesia pemegang kepemimpinan di kawasan segitiga karang baik dalam konservasi maupun kemaritiman.
Tak lupa Luhut mengingatkan pentingnya masalah pengelolaan sampah.
"Sampah laut dan sampah plastik ini harus menjadi perhatian khusus. Kita mengembangkan daerah-daerah wisata, pengembangan bisnis wisata ini akan sulit dilakukan jika kita belum bisa mengatasi persoalan sampah ini. Wisatawan tidak ada yang mau datang," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi A. Pratikto menyambut baik kedatangan Menko Luhut yang baru pertama kali mengunjungi Gedung Sekretariat Regional CTI-CFF di Manado.
Menurut dia, kedatangan Menko Luhut menandakan bahwa Indonesia memegang peran penting kepemimpinan kawasan Segitiga Karang, baik untuk tujuan konservasi dan ekonomi kemaritiman.
"Kami menyambut baik kedatangan Pak Luhut sebagai Ketua Konas CTI-CFF Indonesia, karena memang peran Indonesia sangat penting di kawasan Segitiga Karang, baik sebagai pendorong kegiatan konservasi maupun kerjasama di bidang kelautan untuk perkembangan ekonomi kemaritiman berkelanjutan antar negara CTI-CFF," jelasnya.
Widi juga mengamini pernyataan Luhut mengenai komitmen Indonesia dalam mengatasi sampah plastik yang bermuara ke laut.
"Hal itu juga menjadi perhatian Menteri Luhut dalam kapasitasnya sebagai Ketua Konas CTI-CFF," terangnya.
Dalam konteks koordinasi kegiatan, Sekretariat Regional CTI-CFF telah melakukan upaya-upaya konsolidasi mengatasi masalah sampah plastik dalam bentuk program bersama.
Pasalnya, tiga negara anggota CTI-CFF, yaitu Indonesia, Filipina, dan Malaysia menjadi penyumbang sampah plastik yang cukup signifikan menurut survei Jambeck pada 2015.
Dalam survei tersebut, Indonesia berada di peringkat kedua dunia pencemar sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah China yang mencapai 262,9 juta ton.
Diikuti oleh negara anggota CTI-CFF lainnya Filipina (peringkat ketiga) yang mencapai 83,4 juta ton, dan terakhir negara anggota CTI-CFF lainnya Malaysia (peringkat kedelapan) yang mencapai 22,9 juta ton.
Sekretariat Regional CTI-CFF sebagai koordinator kegiatan di kawasan Segitiga Karang memiliki beberapa program yang dijalankan bersama ke enam negara anggota (Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Solomon Islands, dan Timor-Leste) diantaranya tata ruang laut, pengelolaan perikanan berbasis ekosistem, kawasan konservasi perairan, adaptasi perubahan iklim, dan perlindungan spesies terancam. (antara)