176 Pengidap Kusta di Biak Numfor Butuh Perawatan Intensif
pada tanggal
Wednesday, 12 April 2017
BIAK (BIAK NUMFOR) - Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, mengungkapkan masih ada warga di daerah itu yang mengidap penyakit kusta sehingga perlu perawatan intensif untuk penyembuhan.
"Dari hasil pendataan hingga sekarang ada 176 kasus baru, dengan 49 penderita laki-laki, 80 perempuan dan 55 anak-anak," ungkap Asisten II Sekda Biak Numfor, Mahasunu pada sosialisasi deteksi dini kusta dan frambosia di Biak, Rabu.
Mahasunu mengakui masih banyaknya penderita kusta dan frambosia menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dan merupakan problem yang berat.
Ia mengingatkan dampak dari penyakit kusta dan frambosia pasti ada cacat dan mengalami stigma diskriminasi. Akhirnya mereka takut untuk berobat karena merasa akan dikucilkan dan terasing.
Dengan adanya sosialisasi pencegahan kusta, Mahasunu mengharapkan masyarakat mendapat pengetahuan untuk pencegahan.
"Sosialisasi ini kita laksanakan agar masyarakat paham dan mengerti tentang penyakit kusta dan prambusia serta gejala-gejala apa saja terkait dengan penyakit itu," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak Harold Pical mengakui sosialisasi cegah dini kusta dan frambosia untuk menyebarluaskan informasi tentang pencegahan penyakit kusta.
"Dengan informasi tentang penyakit kusta diharapkan warga dapat melakukan tindakan dini penanggulangan penyakit kusta," katanya.
Sosialisasi pencegahan kusta dan frambosia diselenggarakan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak diikuti 40 peserta perwakilan berbagai warga, tokoh agama, ASN, kepala kampung dan karyawan perusahaan swasta. (antara)
"Dari hasil pendataan hingga sekarang ada 176 kasus baru, dengan 49 penderita laki-laki, 80 perempuan dan 55 anak-anak," ungkap Asisten II Sekda Biak Numfor, Mahasunu pada sosialisasi deteksi dini kusta dan frambosia di Biak, Rabu.
Mahasunu mengakui masih banyaknya penderita kusta dan frambosia menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dan merupakan problem yang berat.
Ia mengingatkan dampak dari penyakit kusta dan frambosia pasti ada cacat dan mengalami stigma diskriminasi. Akhirnya mereka takut untuk berobat karena merasa akan dikucilkan dan terasing.
Dengan adanya sosialisasi pencegahan kusta, Mahasunu mengharapkan masyarakat mendapat pengetahuan untuk pencegahan.
"Sosialisasi ini kita laksanakan agar masyarakat paham dan mengerti tentang penyakit kusta dan prambusia serta gejala-gejala apa saja terkait dengan penyakit itu," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak Harold Pical mengakui sosialisasi cegah dini kusta dan frambosia untuk menyebarluaskan informasi tentang pencegahan penyakit kusta.
"Dengan informasi tentang penyakit kusta diharapkan warga dapat melakukan tindakan dini penanggulangan penyakit kusta," katanya.
Sosialisasi pencegahan kusta dan frambosia diselenggarakan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak diikuti 40 peserta perwakilan berbagai warga, tokoh agama, ASN, kepala kampung dan karyawan perusahaan swasta. (antara)