Pemprov Papua Petakan Daerah Rawan Pangan
pada tanggal
Friday, 31 March 2017
BIAK (BIAK NUMFOR) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh setempat hingga kini masih memetakan daerah rawan pangan di wilayahnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh Provinsi Papua Robert Edi Purwoko di Biak, Kamis, mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, hingga kini wilayah pegunungan masih berada pada status cukup rawan.
"Lalu untuk wilayah pesisir juga berstatus cukup rawan, di mana peta kerawanan ini berbasisnya pada komoditas beras padahal untuk wilayah Papua masih bergantung pada umbi-umbian," katanya.
Menurut Edi, sebagian besar masyarakat yang mengkonsumsi umbi-umbian di wilayah Papua ini menjadikan daerah pedalaman di Papua tidak masuk dalam kerawanan pangan karena basis pangan lokalnya.
"Selain itu juga, yang menjadi kendala pihaknya dalam memetakan daerah rawan pangan ini adalah kondisi geografis yang sulit untuk ditempuh sehingga membuat petanya membutuhkan waktu lama untuk disusun," ujarnya.
Dia menjelaskan untuk itu, pihaknya tengah berupaya mengembangkan pangan lokal sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan tidak terjadi kerawanan pangan.
"Kami juga terus mendorong kabupaten/kota khususnya masyarakat di wilayahnya masing-masing agar mulai membiasakan mengkonsumsi pangan lokal," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan disosialisasikannya pangan lokal di setiap iven-iven pemerintah atau di rumah tangga masyarakat maka diharapkan dapat berpengaruh pada peta rawan pangan di Papua ke depannya. (antara)
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluh Provinsi Papua Robert Edi Purwoko di Biak, Kamis, mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, hingga kini wilayah pegunungan masih berada pada status cukup rawan.
"Lalu untuk wilayah pesisir juga berstatus cukup rawan, di mana peta kerawanan ini berbasisnya pada komoditas beras padahal untuk wilayah Papua masih bergantung pada umbi-umbian," katanya.
Menurut Edi, sebagian besar masyarakat yang mengkonsumsi umbi-umbian di wilayah Papua ini menjadikan daerah pedalaman di Papua tidak masuk dalam kerawanan pangan karena basis pangan lokalnya.
"Selain itu juga, yang menjadi kendala pihaknya dalam memetakan daerah rawan pangan ini adalah kondisi geografis yang sulit untuk ditempuh sehingga membuat petanya membutuhkan waktu lama untuk disusun," ujarnya.
Dia menjelaskan untuk itu, pihaknya tengah berupaya mengembangkan pangan lokal sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan tidak terjadi kerawanan pangan.
"Kami juga terus mendorong kabupaten/kota khususnya masyarakat di wilayahnya masing-masing agar mulai membiasakan mengkonsumsi pangan lokal," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan disosialisasikannya pangan lokal di setiap iven-iven pemerintah atau di rumah tangga masyarakat maka diharapkan dapat berpengaruh pada peta rawan pangan di Papua ke depannya. (antara)