Dukung Warga Kendeng, Aliansi Mahasiwa Papua (AMP) Ikut Cor Kaki di Istana Negara
pada tanggal
Tuesday, 28 March 2017
JAKARTA - Aliansi Mahasiwa Papua (AMP) melakukan aksi mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara sejak siang tadi, bergabung dengan puluhan pedemo lainnya. Saat melakukan aksi ini, empat mahasiswa mengenakan koteka atau pakaian adat Papua.
Empat mahasiswa yang dicor kakinya melakukan aksi ini sebagai sikap simpati terhadap masyarakat pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Mereka menganggap masyarakat Papua dan Kendeng sama-sama tidak diperhatikan oleh pemerintah.
"Kami melakukan ini sebagai rasa simpati kepada kawan-kawan Kendeng, karena kami juga merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah," tutur Herepul Sana, salah satu mahasiswa Papua di Jakarta, Senin (27/3).
Meski terik matahari sangat menyengat, mahasiswa Papua memilih mengenakan koteka. Pakaian adat ini, kata Herepul, sebagai simbol mewakili masyarakat Papua.
"Ini budaya kami (Papua). Artinya, semua masyarakat Papua ikut simpati kepada Kendeng," lanjut Herepul.
Herepul sangat menyayangkan sikap pemerintah karena seolah tidak serius menangani masalah yang sedang terjadi di Kendeng.
Saat ditanya sampai kapan akan mengecor kaki, Herepul menjawab, "sampai pemerintah bertindak tegas."
Herepul melanjutkan, sebetulnya ada banyak mahasiswa asal Papua yang ingin ikut dalam aksi. Namun hingga saat ini, hanya baru bisa diikuti oleh empat orang.
"Ada banyak yang ingin ikut, tapi sedang sibuk dengan urusan lain. Mungkin besok ada lagi," kaya Herepul.
Herepul merupakan mahasiswa asal Papua yang kuliah di Jakarta. Begitu juga dengan tiga orang lainnya yang duduk di samping Herepul.
Sebelum aksi mahasiswa Papua ini, delapan aktivis dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat mengecor kaki mereka di depan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/3).
Mereka melakukan aksi mengecor kaki, melanjutkan aksi yang pernah dilakukan Patmi, petani asal Pati yang meninggal dunia usai memasung kaki dengan semen. (cnnindonesia.com/foto:anginselatan.com)
Empat mahasiswa yang dicor kakinya melakukan aksi ini sebagai sikap simpati terhadap masyarakat pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Mereka menganggap masyarakat Papua dan Kendeng sama-sama tidak diperhatikan oleh pemerintah.
"Kami melakukan ini sebagai rasa simpati kepada kawan-kawan Kendeng, karena kami juga merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah," tutur Herepul Sana, salah satu mahasiswa Papua di Jakarta, Senin (27/3).
Meski terik matahari sangat menyengat, mahasiswa Papua memilih mengenakan koteka. Pakaian adat ini, kata Herepul, sebagai simbol mewakili masyarakat Papua.
"Ini budaya kami (Papua). Artinya, semua masyarakat Papua ikut simpati kepada Kendeng," lanjut Herepul.
Herepul sangat menyayangkan sikap pemerintah karena seolah tidak serius menangani masalah yang sedang terjadi di Kendeng.
Saat ditanya sampai kapan akan mengecor kaki, Herepul menjawab, "sampai pemerintah bertindak tegas."
Herepul melanjutkan, sebetulnya ada banyak mahasiswa asal Papua yang ingin ikut dalam aksi. Namun hingga saat ini, hanya baru bisa diikuti oleh empat orang.
"Ada banyak yang ingin ikut, tapi sedang sibuk dengan urusan lain. Mungkin besok ada lagi," kaya Herepul.
Herepul merupakan mahasiswa asal Papua yang kuliah di Jakarta. Begitu juga dengan tiga orang lainnya yang duduk di samping Herepul.
Sebelum aksi mahasiswa Papua ini, delapan aktivis dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat mengecor kaki mereka di depan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (22/3).
Mereka melakukan aksi mengecor kaki, melanjutkan aksi yang pernah dilakukan Patmi, petani asal Pati yang meninggal dunia usai memasung kaki dengan semen. (cnnindonesia.com/foto:anginselatan.com)