Asuransi Bumida Papua Merugi Akibat Kisruh Freeport Indonesia
pada tanggal
Saturday, 25 March 2017
KOTA JAYAPURA - Kepala PT.Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Bumida) cabang Papua, Laode Usman mengungkapkan penjualan produk asuransi perseroan mengalami perlambataan, bahkan turun hingga 20 persen karena kisruh PT Freeport Indonesia dengan pemerintah.
"Tidak berjalannya infrastruktur karena beberapa nasabah asuransi yang merupakan kontraktor di Freeport diputus kontraknya sehingga tidak ada aktivitas apa pun termasuk merumahkan karyawannya," ujarnya di Jayapura, Jumat.
Ia berharap masalah yang membelit perusahaan asal Amerika Serikat tersebut dapat segera berakhir sehingga pertumbuhan industri asuransi kembali normal.
Laode mengaku telah menyampaikan masalah tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pengaruh kisruh Freeport pada industri asuransi.
"Pada 2016, pertumbuhan asuransi mencapai 30 persen, tahun ini kita berharap lebih dari itu meskipun ada kisruh Freeport," kata dia yang juga menjabat Sekretaris Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Papua.
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua memprediksi kisruh yang sedang terjadi antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan Pemerintah Indonesia akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Papua.
"Asesmen BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2017 berada pada kisaran 3-3,5 persen dengan kecenderungan bias atas," kata Kepala KPw BI Papua Joko Supratikto.
Ia menjelaskan BI telah meperkirakan pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2017 akan mengalami kontraksi di kisaran 15-15,6 persen dengan kecenderungan bias bawah.
"Rendahnya angka perkiraan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kinerja pertambangan seiring belum adanya kesepakatan izin ekspor Freeport," ujarnya. (antara)
"Tidak berjalannya infrastruktur karena beberapa nasabah asuransi yang merupakan kontraktor di Freeport diputus kontraknya sehingga tidak ada aktivitas apa pun termasuk merumahkan karyawannya," ujarnya di Jayapura, Jumat.
Ia berharap masalah yang membelit perusahaan asal Amerika Serikat tersebut dapat segera berakhir sehingga pertumbuhan industri asuransi kembali normal.
Laode mengaku telah menyampaikan masalah tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait pengaruh kisruh Freeport pada industri asuransi.
"Pada 2016, pertumbuhan asuransi mencapai 30 persen, tahun ini kita berharap lebih dari itu meskipun ada kisruh Freeport," kata dia yang juga menjabat Sekretaris Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Papua.
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua memprediksi kisruh yang sedang terjadi antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan Pemerintah Indonesia akan menurunkan pertumbuhan ekonomi Papua.
"Asesmen BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2017 berada pada kisaran 3-3,5 persen dengan kecenderungan bias atas," kata Kepala KPw BI Papua Joko Supratikto.
Ia menjelaskan BI telah meperkirakan pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2017 akan mengalami kontraksi di kisaran 15-15,6 persen dengan kecenderungan bias bawah.
"Rendahnya angka perkiraan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kinerja pertambangan seiring belum adanya kesepakatan izin ekspor Freeport," ujarnya. (antara)