Warga Papua Barat Masih Rendah Pahami Program Keluarga Berencana
pada tanggal
Wednesday, 23 November 2016
MANOKWARI - Pemahaman warga di wilayah Provinsi Papua Barat tentang program Keluarga Berencana (KB) dinilai masih rendah.
"Secara umum, masyarakat bisa paham manfaat dari program KB. Program ini belum memasyarakat sehingga perlu terus disosialisasikan," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua Barat, Benyamin Labo di Manokwari, Selasa.
Dia menyebutkan, informasi tentang KB belum sepenuhnya sampai kepada seluruh masyarakat sehingga kecenderungan untuk tidak melakukan program tersebut masih cukup tinggi.
Menurut dia, program ini harus terus disosialisasikan dengan melibatkan para pemangku kepentingan sehingga secara perlahan masyarakat paham dan bersedia melakukan KB.
"Seperti yang kita lakukan dengan TNI saat ini. Penyuluhan harus dilakukan di seluruh wilayah, sehingga lama-lama semua paham dan menyadari pentingnya ber-KB," ujarnya.
Benyamin menjelaskan, program ini didorong demi kepentingan setiap keluarga baik pada aspek kesehatan ibu dan anak maupun masa depan anak-anak kedepan.
Di Papua Barat, ujarnya mengungkapkan, angka kematian ibu melahirkan dan anak masih cukup tinggi. Salah satu penyebab diantaranya adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat.
"Kondisi kita sebagai manusia sangat terbatas sehingga hal kehamilan pun harus diatur secara baik. Hindari hamil terlalu muda, jangan juga hamil di usia yang terlalu tua, jarak kehamilan yang terlalu dekat dan terlalu banyak anak," katanya.
Dia mengutarakan, program KB pada dasarnya bukan untuk membatasi populasi masyarakat, termasuk masyarakat Papua. Program ini bertujuan untuk mengatur perencanaan keluarga agar hidup sehat dan sejahtera.
"Idealnya jarak kehamilan itu tiga sampai empat tahun, lalu hamil pada usia antara 20 hingga 35 tahun. Di bawah usia 20 tahun tubuh belum cukup siap, sebaliknya jika hamil di atas 35 tahun organ reproduksi sudah tidak terlalu elastis untuk melahirkan," katanya. (antara)
"Secara umum, masyarakat bisa paham manfaat dari program KB. Program ini belum memasyarakat sehingga perlu terus disosialisasikan," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua Barat, Benyamin Labo di Manokwari, Selasa.
Dia menyebutkan, informasi tentang KB belum sepenuhnya sampai kepada seluruh masyarakat sehingga kecenderungan untuk tidak melakukan program tersebut masih cukup tinggi.
Menurut dia, program ini harus terus disosialisasikan dengan melibatkan para pemangku kepentingan sehingga secara perlahan masyarakat paham dan bersedia melakukan KB.
"Seperti yang kita lakukan dengan TNI saat ini. Penyuluhan harus dilakukan di seluruh wilayah, sehingga lama-lama semua paham dan menyadari pentingnya ber-KB," ujarnya.
Benyamin menjelaskan, program ini didorong demi kepentingan setiap keluarga baik pada aspek kesehatan ibu dan anak maupun masa depan anak-anak kedepan.
Di Papua Barat, ujarnya mengungkapkan, angka kematian ibu melahirkan dan anak masih cukup tinggi. Salah satu penyebab diantaranya adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat.
"Kondisi kita sebagai manusia sangat terbatas sehingga hal kehamilan pun harus diatur secara baik. Hindari hamil terlalu muda, jangan juga hamil di usia yang terlalu tua, jarak kehamilan yang terlalu dekat dan terlalu banyak anak," katanya.
Dia mengutarakan, program KB pada dasarnya bukan untuk membatasi populasi masyarakat, termasuk masyarakat Papua. Program ini bertujuan untuk mengatur perencanaan keluarga agar hidup sehat dan sejahtera.
"Idealnya jarak kehamilan itu tiga sampai empat tahun, lalu hamil pada usia antara 20 hingga 35 tahun. Di bawah usia 20 tahun tubuh belum cukup siap, sebaliknya jika hamil di atas 35 tahun organ reproduksi sudah tidak terlalu elastis untuk melahirkan," katanya. (antara)