John Rettop Minta Pemda Puncak Perbaiki Kualitas Bandara Aminggaru Ilaga
pada tanggal
Saturday, 22 October 2016
TIMIKA (MIMIKA) - Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mimika, John Rettob mengharapkan keterlibatan berbagai pihak memperbaiki kualitas Bandar Udara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak, mengingat tingginya kasus kecelakaan pesawat di bandara tersebut.
"Saya kira perlu ada keterlibatan berbagai pihak baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten untuk memperbaiki kualitas Bandara Aminggaru Ilaga sehingga ke depan kasus-kasus kecelakaan pesawat terbang di bandara tersebut bisa diminimalisasi," kata John Rettob di Timika, Papua, Sabtu.
John mengatakan, dalam tahun 2016 ini saja, sudah terjadi tujuh kali insiden kecelakaan pesawat terbang di Bandara Aminggaru, Ilaga.
"Pesawat Asian One Air (salah satunya milik Pemkab Mimika) dua kali insiden di Ilaga. Pesawat Pegasus juga dua kali mengalami insiden di bandara itu. Hal serupa dialami pesawat Johnlin Air Transport dan Susi Air," kata John yang sebelumnya merangkap tugas sebagai Kepala Satker Perhubungan Udara Kemenhub di Timika.
Menurut dia, kecelakaan pesawat terbang bisa saja bukan karena faktor kelalaian perusahaan operator penerbangan atau pilot atau teknisi atau karena kondisi cuaca buruk, tetapi juga bisa karena kondisi bandara yang kurang memadai.
Menjadi tugas pemerintah, katanya, untuk memperbaiki semua fasilitas yang ada di Bandara Aminggaru, Ilaga mulai dari peralatan metereologi, fasilitas navigasi penerbangan, dan lainnya.
Saat ini, katanya, pergerakan pesawat yang keluar masuk Bandara Aminggaru, Ilaga dalam sehari mencapai 30 pesawat. Padahal kondisi landas pacu Bandara Aminggaru, Ilaga hanya sepanjang 600 meter.
"Dengan pergerakan pesawat satu hari mencapai 30 kali karena semua bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat Kabupaten Puncak disuplai melalui angkutan udara, maka kondisi Bandara Aminggaru Ilaga saat ini sebetulnya sudah tidak memadai sehingga membutuhkan perpanjangan landasan," kata John.
Ia menambahkan, kondisi peralatan metereologi dan fasilitas navigasi penerbangan di Bandara Aminggaru, Ilaga juga membutuhkan pembenahan.
"Pilot-pilot yang mau terbang dari Timika ke Ilaga menanyakan kondisi cuaca di Bandara Ilaga hanya melalui kontak radio. Informasi yang mereka terima tentang kondisi cuaca di bandara tujuan apakah hujan atau kabut, juga soal kecepatan angin hanya melalui pemantauan petugas secara visual. Padahal kondisi cuaca di wilayah pegunungan Papua bisa berubah drastis secara mendadak," ujarnya.
Mengingat kondisi seperti itu, menurut John, diperlukan kerja sama semua pihak untuk mendukung upaya perbaikan kualitas pelayanan penerbangan di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak, baik kondisi lapangan terbang, maupun semua fasilitas pendukung keselamatan penerbangan di wilayah itu.
Sebelumnya, pesawat PK-LTV jenis Grand Carravan milik Pemkab Mimika yang dioperasikan PT Asian One Air mengalami insiden tergelincir di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak pada 13 Oktober pagi.
Pesawat yang dikemudikan pilot Jahron Ahmad dan Copilot Stevanus itu diduga tergelincir lantaran landasan Bandara Aminggaru licin setelah diguyur hujan. Saat mendarat, pesawat itu terus meluncur hingga ujung landasan.
Pesawat Pemkab Mimika tersebut juga pernah mengalami insiden pecah ban depan saat mendarat di Bandara Aminggaru, Ilaga pada 2 Mei lalu. (antara)
"Saya kira perlu ada keterlibatan berbagai pihak baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten untuk memperbaiki kualitas Bandara Aminggaru Ilaga sehingga ke depan kasus-kasus kecelakaan pesawat terbang di bandara tersebut bisa diminimalisasi," kata John Rettob di Timika, Papua, Sabtu.
John mengatakan, dalam tahun 2016 ini saja, sudah terjadi tujuh kali insiden kecelakaan pesawat terbang di Bandara Aminggaru, Ilaga.
"Pesawat Asian One Air (salah satunya milik Pemkab Mimika) dua kali insiden di Ilaga. Pesawat Pegasus juga dua kali mengalami insiden di bandara itu. Hal serupa dialami pesawat Johnlin Air Transport dan Susi Air," kata John yang sebelumnya merangkap tugas sebagai Kepala Satker Perhubungan Udara Kemenhub di Timika.
Menurut dia, kecelakaan pesawat terbang bisa saja bukan karena faktor kelalaian perusahaan operator penerbangan atau pilot atau teknisi atau karena kondisi cuaca buruk, tetapi juga bisa karena kondisi bandara yang kurang memadai.
Menjadi tugas pemerintah, katanya, untuk memperbaiki semua fasilitas yang ada di Bandara Aminggaru, Ilaga mulai dari peralatan metereologi, fasilitas navigasi penerbangan, dan lainnya.
Saat ini, katanya, pergerakan pesawat yang keluar masuk Bandara Aminggaru, Ilaga dalam sehari mencapai 30 pesawat. Padahal kondisi landas pacu Bandara Aminggaru, Ilaga hanya sepanjang 600 meter.
"Dengan pergerakan pesawat satu hari mencapai 30 kali karena semua bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat Kabupaten Puncak disuplai melalui angkutan udara, maka kondisi Bandara Aminggaru Ilaga saat ini sebetulnya sudah tidak memadai sehingga membutuhkan perpanjangan landasan," kata John.
Ia menambahkan, kondisi peralatan metereologi dan fasilitas navigasi penerbangan di Bandara Aminggaru, Ilaga juga membutuhkan pembenahan.
"Pilot-pilot yang mau terbang dari Timika ke Ilaga menanyakan kondisi cuaca di Bandara Ilaga hanya melalui kontak radio. Informasi yang mereka terima tentang kondisi cuaca di bandara tujuan apakah hujan atau kabut, juga soal kecepatan angin hanya melalui pemantauan petugas secara visual. Padahal kondisi cuaca di wilayah pegunungan Papua bisa berubah drastis secara mendadak," ujarnya.
Mengingat kondisi seperti itu, menurut John, diperlukan kerja sama semua pihak untuk mendukung upaya perbaikan kualitas pelayanan penerbangan di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak, baik kondisi lapangan terbang, maupun semua fasilitas pendukung keselamatan penerbangan di wilayah itu.
Sebelumnya, pesawat PK-LTV jenis Grand Carravan milik Pemkab Mimika yang dioperasikan PT Asian One Air mengalami insiden tergelincir di Bandara Aminggaru, Ilaga, Kabupaten Puncak pada 13 Oktober pagi.
Pesawat yang dikemudikan pilot Jahron Ahmad dan Copilot Stevanus itu diduga tergelincir lantaran landasan Bandara Aminggaru licin setelah diguyur hujan. Saat mendarat, pesawat itu terus meluncur hingga ujung landasan.
Pesawat Pemkab Mimika tersebut juga pernah mengalami insiden pecah ban depan saat mendarat di Bandara Aminggaru, Ilaga pada 2 Mei lalu. (antara)