Bank Indonesia Papua Studi Banding Inkubator Bisnis Hazton di Kalimantan Barat
pada tanggal
Saturday, 22 October 2016
PONTIANAK (KALBAR) - Perwakilan Bank Indonesia Kantor Wilayah Papua melakukan studi banding terkait pengelolaan Inkubator Bisnis Bank Indonesia dan penerapan penanaman padi dengan metode Hazton di Kalimantan Barat.
"Kami di Papua juga berencana untuk membuka Inkubator Bisnis. Karena kita belum memiliki konsepnya, makanya kami berkunjung ke Kalbar untuk mengetahui sejauh mana pengelolaannya," kata Perwakilan Bank Indonesia wilayah Papua, Yono saat berkunjung di Pontianak, Jumat.
Dia menjelaskan, di Papua kondisi UMKM memang masih sangat minim, begitu juga dengan berbagai pabrik yang ada disana, juga masih sangat sedikit.
"Kita melihat keberhasilan Inkubator Bisnis Bank Indonesia Kalimantan Barat sudah diketahui oleh KpW BI lainnya di Indonesia, makanya kita tertarik untuk berkunjung langsung ke InkubBI untuk mengetahui langsung bagaimana proses pembelajaran disana," tuturnya.
Harapannya, kata Yono, dengan diterapkannya InkubBI di Papua nanti, bisa menumbuhkan wirausaha baru yang dapat lebih menggerakkan perekonomian Papua.
"Kita juga membawa rombongan petani dari Papua, untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi pertanian dengan metode Hazton dan kita melihat ini sangat luar biasa hasilnya," katanya.
Mewakili Dinas Pertanian provinsi Papua, Abu, mengatakan, dia melihat penerapan teknologi Hazton yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kalbar dan KpW BI di Kalbar, dirinya semakin yakin bisa meningkatkan pertanian di Papua.
"Kita sudah melihat langsung bagaimana penerapannya, dan saya yakin ini bisa diterapkan di Papua," kata dia.
Selaku konsultan KpW BI Papua, Lisa mengatakan dirinya mendapatkan banyak informasi dari Inkubator Bisnis Bank Indonesia dan berharap bisa diterapkan di Papua.
"Kita akan membahas secara intern hal ini dan kita harapkan ini bisa diaplikasikan di Papua," katanya.
Di tempat yang sama konsultan Bank Indonesia perwakilan Kalbar, Hatta Siswa Mayahya yang juga menjadi salah satu tenaga pengajar utama di Inkubator Bisnis menambahkan, pihaknya sangat bersyukur apa yang telah dilakukannya bisa diterima dengan baik oleh berbagai pihak.
"Saya juga tidak menyangka kalau program Inkubator Bisnis ini bisa terus berkembang dan direplikasikan di banyak tempat. Yang jelas, kita berharap agar program ini bisa mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat banyak, khususnya dapat menumbuhkan pelaku usaha baru di negara ini," kata Hatta.
Dia menambahkan, tidak hanya di Lapas lapas saja program itu akan direplikasikan, karena saat ini sudah banyak pemerintah daerah yang ada di Kalbar, bahkan di luar Kalbar yang meminta program serupa.
"Intinya kita menyambut baik hal itu, tinggal menunggu keseriusan dari semua pihak yang telah meminta replikasi dari program ini saja. Dan kami akan selalu siap untuk terus mengembangkan program ini ditempat lainnya," kata Hatta.
Mewakili Alumni InkubBI Kalbar, Tomo memaparkan dengan mengikuti InkubBI dirinya merasakan banyak perubahan pada usahanya.
"Semula saya usaha hanya biasa-biasa saja, namun setelah mengikuti InkubBI, saya bisa lebih baik dalam memanajemen usaha saya, dan alhamdulillah, usaha sekarang semakin berkembang," katanya.
Alumni InkubBI Kalbar lainnya, Mardiah mengatakan setelah mengikuti InkubBI dirinya bisa mengembangkan usahanya, bahkan bisa menembus pasar ritail Indomaret dan Carrefour.
"Sebelum masuk ke Inkubator, saya awalnya hanya bergelut pada usaha sulaman. Namun, setelah masuk Inkubator saya terinspirasi untuk mengembangkan olahan makanan ringan, amplang dengan merek Liawara dan sudah masuk pasar retail dengan omzet Rp25 juta per bulan," tuturnya.
Hengki yang juga merupakan alumni InkubBI angkatan pertama memiliki usaha yang bergerak di bidang IT dimana saat ini dirinya fokus untuk pengembangan IT dibidang pendidikan.
"Saat ini saya terus mengembangkan usaha ini, dimana InkubBI memberikan masukan yang sangat besar dalam pengembangannya. Alhamdulillah, sekarang saya sudah membuka kafe IT dan terus mengembangkan berbagai aplikasi pendidikan berbasis Android," katanya. (antara)
"Kami di Papua juga berencana untuk membuka Inkubator Bisnis. Karena kita belum memiliki konsepnya, makanya kami berkunjung ke Kalbar untuk mengetahui sejauh mana pengelolaannya," kata Perwakilan Bank Indonesia wilayah Papua, Yono saat berkunjung di Pontianak, Jumat.
Dia menjelaskan, di Papua kondisi UMKM memang masih sangat minim, begitu juga dengan berbagai pabrik yang ada disana, juga masih sangat sedikit.
"Kita melihat keberhasilan Inkubator Bisnis Bank Indonesia Kalimantan Barat sudah diketahui oleh KpW BI lainnya di Indonesia, makanya kita tertarik untuk berkunjung langsung ke InkubBI untuk mengetahui langsung bagaimana proses pembelajaran disana," tuturnya.
Harapannya, kata Yono, dengan diterapkannya InkubBI di Papua nanti, bisa menumbuhkan wirausaha baru yang dapat lebih menggerakkan perekonomian Papua.
"Kita juga membawa rombongan petani dari Papua, untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi pertanian dengan metode Hazton dan kita melihat ini sangat luar biasa hasilnya," katanya.
Mewakili Dinas Pertanian provinsi Papua, Abu, mengatakan, dia melihat penerapan teknologi Hazton yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kalbar dan KpW BI di Kalbar, dirinya semakin yakin bisa meningkatkan pertanian di Papua.
"Kita sudah melihat langsung bagaimana penerapannya, dan saya yakin ini bisa diterapkan di Papua," kata dia.
Selaku konsultan KpW BI Papua, Lisa mengatakan dirinya mendapatkan banyak informasi dari Inkubator Bisnis Bank Indonesia dan berharap bisa diterapkan di Papua.
"Kita akan membahas secara intern hal ini dan kita harapkan ini bisa diaplikasikan di Papua," katanya.
Di tempat yang sama konsultan Bank Indonesia perwakilan Kalbar, Hatta Siswa Mayahya yang juga menjadi salah satu tenaga pengajar utama di Inkubator Bisnis menambahkan, pihaknya sangat bersyukur apa yang telah dilakukannya bisa diterima dengan baik oleh berbagai pihak.
"Saya juga tidak menyangka kalau program Inkubator Bisnis ini bisa terus berkembang dan direplikasikan di banyak tempat. Yang jelas, kita berharap agar program ini bisa mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat banyak, khususnya dapat menumbuhkan pelaku usaha baru di negara ini," kata Hatta.
Dia menambahkan, tidak hanya di Lapas lapas saja program itu akan direplikasikan, karena saat ini sudah banyak pemerintah daerah yang ada di Kalbar, bahkan di luar Kalbar yang meminta program serupa.
"Intinya kita menyambut baik hal itu, tinggal menunggu keseriusan dari semua pihak yang telah meminta replikasi dari program ini saja. Dan kami akan selalu siap untuk terus mengembangkan program ini ditempat lainnya," kata Hatta.
Mewakili Alumni InkubBI Kalbar, Tomo memaparkan dengan mengikuti InkubBI dirinya merasakan banyak perubahan pada usahanya.
"Semula saya usaha hanya biasa-biasa saja, namun setelah mengikuti InkubBI, saya bisa lebih baik dalam memanajemen usaha saya, dan alhamdulillah, usaha sekarang semakin berkembang," katanya.
Alumni InkubBI Kalbar lainnya, Mardiah mengatakan setelah mengikuti InkubBI dirinya bisa mengembangkan usahanya, bahkan bisa menembus pasar ritail Indomaret dan Carrefour.
"Sebelum masuk ke Inkubator, saya awalnya hanya bergelut pada usaha sulaman. Namun, setelah masuk Inkubator saya terinspirasi untuk mengembangkan olahan makanan ringan, amplang dengan merek Liawara dan sudah masuk pasar retail dengan omzet Rp25 juta per bulan," tuturnya.
Hengki yang juga merupakan alumni InkubBI angkatan pertama memiliki usaha yang bergerak di bidang IT dimana saat ini dirinya fokus untuk pengembangan IT dibidang pendidikan.
"Saat ini saya terus mengembangkan usaha ini, dimana InkubBI memberikan masukan yang sangat besar dalam pengembangannya. Alhamdulillah, sekarang saya sudah membuka kafe IT dan terus mengembangkan berbagai aplikasi pendidikan berbasis Android," katanya. (antara)