Pemuda Papua Kecam Pernyataan Rasial Fahat Abbas yang Memalukan
pada tanggal
Saturday, 21 May 2016
KOTA JAYAPURA - Sekelompok pemuda Papua di Kota Jayapura mengecam pernyataan Farhat Abbas, yang dinilai sangat provokatif dan tidak menunjukkan sikap seorang advokat profesional.
Kecaman itu diungkapkan dalam bentuk aksi membakar spanduk yang bergambar Farhat Abbas di depan pusat perbelanjaan di Distrik Abepura, Kota Jayapura, Jumat (20/5) sore.
Aksi sekelompok pemuda yang terdiri dari perwakilan organisasi seperti dari Koalisi Anak Adat Papua, Black Danger Community dan KNPI Kota Jayapura serta mahasiswa dari berbagai kampus di Ibukota Provinsi Papua itu menarik perhatian warga dan pengguna jalan raya.
"Pernyataan Farhat Abbas lebih kepada pelecehan dan penghinaan kepada kami orang Papua. Pemerintah harus bersikap tegas kepada pernyataan rasis itu, Pak Presiden Jokowi segera ambil sikap soal ini," kata Paulinus Ohee dari Koalisi Anak Adat Papua.
Marcel Morin dari Black Danger Community mengatakan segera melaporkan Farhat Abbas ke pihak berwajib. Supaya mantan suami dari Nia Daniati yang juga berprofesi sebagai pengacara itu bisa mempertanggungjawabkan pernyataan kontroversinya yang beredar luas di media sosial.
"Kami sangat menyayangkan pernyataan Farhat Abbas itu, yang mana telah mengganggu keharmonisan dan stabilitas keamanan di Papua, padahal kehidupan kami bermasyarakat disini sangat tentram. Apalagi, pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan," katanya.
Untuk itu, pada Sabtu (21/5) pagi, kata Marcel, pihaknya akan melaporkan pernyataan Farhat Abbas ke Polda Papua. "Sementara rekan-rekan kami di Jakarta akan melaporkan kasus ini ke Mabes Polri. Besar harapannya agar persoalan ini bisa dipertanggungjawabkan oleh Farhat Abbas," katanya.
Sedangkan, Plt KNPI Kota Jayapura Benyamin Gurik yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan pernyataan seorang Farhat Abbas di akun Facebook-nya telah menodai kerukunan hidup di Papua.
"Sangat mengutuk peryataan Farhat Abbas yang juga seorang publik figur. Dia telah merendahkan ras melanesia di Papua," katanya.
"Dia ini adalah figur publik, artis, sekaligus praktisi hukum, seharusnya dia tahu apa yang akan dibuatnya itu dilihat semua orang. Kami akan laporkan Farhat abbas ke polisi," tambah Benyamin.
Dirinya menganggap Farhat Abbas sudah gila. Hal tersebut karena celotehannya di Facebook bisa berdampak sangat luas. "Di status Facebook itu, dia bilang kalau Papua itu kecil, dan suruh sebagian orang yang ada di Pulau Jawa untuk ke Papua, dan kawin dengan orang Papua, supaya ras Papua hilang. Farhat sudah gila, dan negara tidak boleh memelihara orang seperti ini, ini sangat melecehkan bagi masyarakt Papua," ujarnya geram.
Sementara Paulinus Ohee, ketua Komisi Anak Adat Papua (KAAP), di tempat yang sama, menganggap komentar Farhat Abbas di media sosial sudah memprovokasi warga Papua yang saat ini hidup berdampingan.
"Hari ini kita, warga masyarakat Papua, tidak lagi memandang ideologi atau apa pun itu, dan kami hidup berdampingan. Namun dengan pernyataan Farhat ini bisa memicu konflik antara orang Papua dan orang Jawa seperti dalam statement-nya itu," kata Paulinus.
Ia juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyikapi pernyataan Farhat Abbas tersebut. "Kami rakyat Papua meminta pemerintahan Jokowi melihat kasus ini. Ini sangat melecehkan kami masyarakat Papua, dan kami meminta Farhat dihukum yang seberat-beratnya," ucap dia.
Dalam status akun Facebook milik Farhat Abbas berisi pernyataan:
"Sewaktu Indonesia merdeka memang Papua tidak ikut, belakangan baru direbut Indonesia dari Belanda. Jadi, wajar kalau Papua ingin berpisah dari Indonesia, tapi jangan sampai itu terjadi, Indonesia akan rugi besar karna Papua tanahnya luas penduduknya sedikit. Sebaiknya pemerintah memindahkan separuh pulau Jawa yang padat itu ke Papua, buat orang asli Papua tidak berdaya, ajak dia kawin campur supaya ciri khas Papuanya pelan-pelan hilang."(ant/okz)
Kecaman itu diungkapkan dalam bentuk aksi membakar spanduk yang bergambar Farhat Abbas di depan pusat perbelanjaan di Distrik Abepura, Kota Jayapura, Jumat (20/5) sore.
Aksi sekelompok pemuda yang terdiri dari perwakilan organisasi seperti dari Koalisi Anak Adat Papua, Black Danger Community dan KNPI Kota Jayapura serta mahasiswa dari berbagai kampus di Ibukota Provinsi Papua itu menarik perhatian warga dan pengguna jalan raya.
"Pernyataan Farhat Abbas lebih kepada pelecehan dan penghinaan kepada kami orang Papua. Pemerintah harus bersikap tegas kepada pernyataan rasis itu, Pak Presiden Jokowi segera ambil sikap soal ini," kata Paulinus Ohee dari Koalisi Anak Adat Papua.
Marcel Morin dari Black Danger Community mengatakan segera melaporkan Farhat Abbas ke pihak berwajib. Supaya mantan suami dari Nia Daniati yang juga berprofesi sebagai pengacara itu bisa mempertanggungjawabkan pernyataan kontroversinya yang beredar luas di media sosial.
"Kami sangat menyayangkan pernyataan Farhat Abbas itu, yang mana telah mengganggu keharmonisan dan stabilitas keamanan di Papua, padahal kehidupan kami bermasyarakat disini sangat tentram. Apalagi, pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan," katanya.
Untuk itu, pada Sabtu (21/5) pagi, kata Marcel, pihaknya akan melaporkan pernyataan Farhat Abbas ke Polda Papua. "Sementara rekan-rekan kami di Jakarta akan melaporkan kasus ini ke Mabes Polri. Besar harapannya agar persoalan ini bisa dipertanggungjawabkan oleh Farhat Abbas," katanya.
Sedangkan, Plt KNPI Kota Jayapura Benyamin Gurik yang ikut dalam aksi tersebut mengatakan pernyataan seorang Farhat Abbas di akun Facebook-nya telah menodai kerukunan hidup di Papua.
"Sangat mengutuk peryataan Farhat Abbas yang juga seorang publik figur. Dia telah merendahkan ras melanesia di Papua," katanya.
"Dia ini adalah figur publik, artis, sekaligus praktisi hukum, seharusnya dia tahu apa yang akan dibuatnya itu dilihat semua orang. Kami akan laporkan Farhat abbas ke polisi," tambah Benyamin.
Dirinya menganggap Farhat Abbas sudah gila. Hal tersebut karena celotehannya di Facebook bisa berdampak sangat luas. "Di status Facebook itu, dia bilang kalau Papua itu kecil, dan suruh sebagian orang yang ada di Pulau Jawa untuk ke Papua, dan kawin dengan orang Papua, supaya ras Papua hilang. Farhat sudah gila, dan negara tidak boleh memelihara orang seperti ini, ini sangat melecehkan bagi masyarakt Papua," ujarnya geram.
Sementara Paulinus Ohee, ketua Komisi Anak Adat Papua (KAAP), di tempat yang sama, menganggap komentar Farhat Abbas di media sosial sudah memprovokasi warga Papua yang saat ini hidup berdampingan.
"Hari ini kita, warga masyarakat Papua, tidak lagi memandang ideologi atau apa pun itu, dan kami hidup berdampingan. Namun dengan pernyataan Farhat ini bisa memicu konflik antara orang Papua dan orang Jawa seperti dalam statement-nya itu," kata Paulinus.
Ia juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyikapi pernyataan Farhat Abbas tersebut. "Kami rakyat Papua meminta pemerintahan Jokowi melihat kasus ini. Ini sangat melecehkan kami masyarakat Papua, dan kami meminta Farhat dihukum yang seberat-beratnya," ucap dia.
Dalam status akun Facebook milik Farhat Abbas berisi pernyataan:
"Sewaktu Indonesia merdeka memang Papua tidak ikut, belakangan baru direbut Indonesia dari Belanda. Jadi, wajar kalau Papua ingin berpisah dari Indonesia, tapi jangan sampai itu terjadi, Indonesia akan rugi besar karna Papua tanahnya luas penduduknya sedikit. Sebaiknya pemerintah memindahkan separuh pulau Jawa yang padat itu ke Papua, buat orang asli Papua tidak berdaya, ajak dia kawin campur supaya ciri khas Papuanya pelan-pelan hilang."(ant/okz)