Perayaan Jumat Agung di Merauke
pada tanggal
Sunday, 27 March 2016
MERAUKE – Perayaan Jumat Agung bagi Umat Katolik di seluruh dunia tidak lain mengenang dan merenungkan akan Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib yang telah menebus dosa Umat-Nya.
Khusus perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik St. Theresia Buti, Jumat (25/3/2016), ditandai dengan Jalan Salib Terbuka yang dimulai dari Stasi Yobar hingga menuju ke gereja. Jalan Salib berlangsung mulai pukul 14.00 WIT dengan diikuti oleh kurang lebih 700-an umat Katolik.
Dalam perjalanan, telah dipersiapkan 14 perhentian (salib) sekaligus umat berhenti sesaat dan berlutut sekaligus berdoa secara bersama-sama sampai terakhir di gereja. Selama perjalanan juga, beberapa aparat kepolisian dari Polres Merauke diterjunkan untuk mengamankan perayaan Jalan Salib.
Meskipun terik matahari, namun umat tetap setia mengikuti proses Jalan Salib hingga selesai. Perayaan misa dilanjutkan kembali termasuk Upacara 'Kecup Salib' sebagai suatu tradisi umat Katolik.
Pastor Paroki St. Thersesia Buti, Romo Jacob, Pr dalam khotbahnya meminta kepada umat Katolik agar menghayati dengan sungguh-sungguh akan Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib.
Tuhan Yesus, demikian Pastor Yakob, dirajam hingga wafat di Kayu Salib hanya untuk menebus dosa umat manusia. Olehnya, sebagai umat Katholik, agar merefleksikan diri dalam kehidupan sehar-hari. Artinya apakah sudah berbuat baik kepada sesama atau tidak.
Salah seorang umat di Gereja Katolik Buti, Domin Ulukyanan mengaku, jumlah umat yang mengikuti Jalan Salib terbuka sangat banyak hingga ratusan orang. Ini menunjukkan bahwa, kesadaran umat menggerejani sangat tinggi, termasuk pada hari raya seperti begini. (jubi)
Khusus perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik St. Theresia Buti, Jumat (25/3/2016), ditandai dengan Jalan Salib Terbuka yang dimulai dari Stasi Yobar hingga menuju ke gereja. Jalan Salib berlangsung mulai pukul 14.00 WIT dengan diikuti oleh kurang lebih 700-an umat Katolik.
Dalam perjalanan, telah dipersiapkan 14 perhentian (salib) sekaligus umat berhenti sesaat dan berlutut sekaligus berdoa secara bersama-sama sampai terakhir di gereja. Selama perjalanan juga, beberapa aparat kepolisian dari Polres Merauke diterjunkan untuk mengamankan perayaan Jalan Salib.
Meskipun terik matahari, namun umat tetap setia mengikuti proses Jalan Salib hingga selesai. Perayaan misa dilanjutkan kembali termasuk Upacara 'Kecup Salib' sebagai suatu tradisi umat Katolik.
Pastor Paroki St. Thersesia Buti, Romo Jacob, Pr dalam khotbahnya meminta kepada umat Katolik agar menghayati dengan sungguh-sungguh akan Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib.
Tuhan Yesus, demikian Pastor Yakob, dirajam hingga wafat di Kayu Salib hanya untuk menebus dosa umat manusia. Olehnya, sebagai umat Katholik, agar merefleksikan diri dalam kehidupan sehar-hari. Artinya apakah sudah berbuat baik kepada sesama atau tidak.
Salah seorang umat di Gereja Katolik Buti, Domin Ulukyanan mengaku, jumlah umat yang mengikuti Jalan Salib terbuka sangat banyak hingga ratusan orang. Ini menunjukkan bahwa, kesadaran umat menggerejani sangat tinggi, termasuk pada hari raya seperti begini. (jubi)