Yahamak Peringati Hari HAM Sedunia
pada tanggal
Saturday, 12 December 2015
TIMIKA (MIMIKA) - Memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia pada Kamis (10/12), Yayasan Hak Asasi Manusia Anti Kekerasan (Yahamak) melaksanakan aksi damai dengan menyalakan lilin di Bundaran Timika Indah.
Aksi yang dilakukan pada petang hari ini diikuti oleh sekitar dua puluhan pemuda, anak-anak dan para aktivis anti kekerasan dan pendukung perlindungan HAM. Kegiatan ini mengambil titik start di halaman Kantor Yahamak di bilangan Jalan C. Heatubun, Kelurahan Kwamki Baru, Distrik Mimika Baru.
Selama aksi damai berlangsung yel-yel yang menyerukan penolakan-penolakan intimidasi dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anti-miras. Juga dibentangkan sebuah spanduk yang bertuliskan “Kekerasan Terhadap Perempuan Adalah Masalah Kita Bersama – Kenali, Tangani dan Hentikan Segala Bentuk Kekerasan.”
Menurut Wakil Direktris Yahamak, Arnold Ronsumbre, pelanggaran terhadap HAM di Papua bukan saja terjadi untuk kelompok tertentu tetapi juga kepada masyarakat, terutama kepada perempuan yang selama ini dinilai sebagai masyarakat kelas dua.
“Kekerasan terhadap perempuan harus kita cegah dan tolak, jangan ada lagi korban-korban kekerasan terhadap perempuan yang seharusnya kita lindungi bersama,” ujar Arnold saat menyampaikan orasi di bundaran Timika Indah.
Ia meminta agar semua pihak dapat melindungi hak asasi para perempuan yang selama ini masih dianggap sebelah mata oleh kaum pria dan kelompok masyarakat tertentu.
“Sedangkan dari seorang perempuan, bisa tumbuh generasi baru yang memimpin daerah dan Negara ini, jadi kita harus berkomitmen hentikan kekerasan terhadap perempuan mulai dari saat ini,” seru Arnold.
Aksi damai ini diwarnai dengan penyalaan lilin oleh para peserta. Selanjutnya mereka menuju ke Aula Yahamak untuk melaksanakan misa requiem (misa arwah) guna mendoakan warga yang telah menjadi korban kekerasan HAM.
Menurut koordinator kegiatan, Stefanus Ambing, aksi damai ini merupakan acara penutup dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang dimulai sejak 25 November lalu dan berakhir hingga 10 Desember.
“Kita berharap kampanye anti kekerasan ini bisa terus menyala, dan nyala lilin ini menjadi simbol untuk kita menghargai HAM kapan saja dan di mana saja, sebab dengan menghargai HAM, kedamaian dapat tercapai dan apa yang sehari-hari dianggap sebagai bibit kekacauan dapat dihindari dan diabaikan sebab penghargaan HAM itu ada di dalam hati kita,” kata Stefanus.
Stefanus menyatakan bahwa doa bersama dilakukan guna menunjukkan komitmen untuk mengakhiri kekerasan dan pelanggaran HAM di Mimika dan Papua pada umumnya.
“Misa arwah ini juga sebagai tanda bahwa kita berdoa secara khusus kepada para korban HAM agar arwah mereka dapat tenang di akhirat. Sehingga kita harus serius menanganinya dan menghindari korban-korban lainnya,” ujar Stefanus. [SalamPapua]
Aksi yang dilakukan pada petang hari ini diikuti oleh sekitar dua puluhan pemuda, anak-anak dan para aktivis anti kekerasan dan pendukung perlindungan HAM. Kegiatan ini mengambil titik start di halaman Kantor Yahamak di bilangan Jalan C. Heatubun, Kelurahan Kwamki Baru, Distrik Mimika Baru.
Selama aksi damai berlangsung yel-yel yang menyerukan penolakan-penolakan intimidasi dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anti-miras. Juga dibentangkan sebuah spanduk yang bertuliskan “Kekerasan Terhadap Perempuan Adalah Masalah Kita Bersama – Kenali, Tangani dan Hentikan Segala Bentuk Kekerasan.”
Menurut Wakil Direktris Yahamak, Arnold Ronsumbre, pelanggaran terhadap HAM di Papua bukan saja terjadi untuk kelompok tertentu tetapi juga kepada masyarakat, terutama kepada perempuan yang selama ini dinilai sebagai masyarakat kelas dua.
“Kekerasan terhadap perempuan harus kita cegah dan tolak, jangan ada lagi korban-korban kekerasan terhadap perempuan yang seharusnya kita lindungi bersama,” ujar Arnold saat menyampaikan orasi di bundaran Timika Indah.
Ia meminta agar semua pihak dapat melindungi hak asasi para perempuan yang selama ini masih dianggap sebelah mata oleh kaum pria dan kelompok masyarakat tertentu.
“Sedangkan dari seorang perempuan, bisa tumbuh generasi baru yang memimpin daerah dan Negara ini, jadi kita harus berkomitmen hentikan kekerasan terhadap perempuan mulai dari saat ini,” seru Arnold.
Aksi damai ini diwarnai dengan penyalaan lilin oleh para peserta. Selanjutnya mereka menuju ke Aula Yahamak untuk melaksanakan misa requiem (misa arwah) guna mendoakan warga yang telah menjadi korban kekerasan HAM.
Menurut koordinator kegiatan, Stefanus Ambing, aksi damai ini merupakan acara penutup dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang dimulai sejak 25 November lalu dan berakhir hingga 10 Desember.
“Kita berharap kampanye anti kekerasan ini bisa terus menyala, dan nyala lilin ini menjadi simbol untuk kita menghargai HAM kapan saja dan di mana saja, sebab dengan menghargai HAM, kedamaian dapat tercapai dan apa yang sehari-hari dianggap sebagai bibit kekacauan dapat dihindari dan diabaikan sebab penghargaan HAM itu ada di dalam hati kita,” kata Stefanus.
Stefanus menyatakan bahwa doa bersama dilakukan guna menunjukkan komitmen untuk mengakhiri kekerasan dan pelanggaran HAM di Mimika dan Papua pada umumnya.
“Misa arwah ini juga sebagai tanda bahwa kita berdoa secara khusus kepada para korban HAM agar arwah mereka dapat tenang di akhirat. Sehingga kita harus serius menanganinya dan menghindari korban-korban lainnya,” ujar Stefanus. [SalamPapua]