Bank Indonesia Nilai Penyaluran Kredit Untuk Perdagangan
pada tanggal
Sunday, 13 December 2015
KOTA JAYAPURA - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Joko Supratikto mengungkapkan, penyaluran kredit perbankan kini sebagian besar disalurkan untuk sektor perdagangan.
"Sebagian besar kredit disalurkan ke sektor perdagangan. Sektor dengan porsi terbesar lainnya adalah kontruksi, pertanian, perkebunan dan perikanan," ujarnya di Jayapura, Jumat.
Dijelaskannya, mendominasinya penyaluran kredit di bidang perdagangan dikarenakan jumlah produksi dari industri lokal Papua masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada.
"Jadi perdagangan bisa jadi memang barang-barang dari luar Papua yang didatangkan karena di Papua produk itu tidak ada atau suplainya masih sedikit," ucapnya.
Ditambahkannya, untuk memangkas angka kemahalan di Papua, harus ada peningkatan angka produksi agar jumlah barang yang didatangkan dari luar bisa dikurangi. Hal itu akan berimbas pada terpangkasnya biaya distribusi.
"Akan lebih bagus kalau barang-barang itu diproduksi di Papua, kemudian dipasarkan juga di Papua, itu dari sisi distribusi akan lebih murah. Tapi memang mungkin ada produk-produk tertentu yang tidak bisa diproduksi di papua sehingga harus disuplai dari luar," kata Joko.
Kini ketersediaan barang dari luar masih diperlukan untuk menjaga kestabilan harga, namun para pemangku kepentingan harus bisa membuat langkah nyata untuk mengurangi ketergantungan kepada produk luar.
"Namun itu juga diperlukan untuk menjaga kestabilan harga, namun alangkah baiknya produk perdagangan itu bisa dipenuhi di Papua, bisa jadi dari Merauke, Nabire atau daerah lainnya, sehingga itu akan menggairahkan kegiatan ekonomi yang ada di Papua," ucap dia.
"Pemerintah bersama-sama dengan BI, perbankan dan stake holder lainnya nanti harus berupaya mengembangkan sektor-sektor pertanian. Memang tidak mudah karena hanya daerah-daerah tertentu yang sudah siap," sambung joko. [Antara]
"Sebagian besar kredit disalurkan ke sektor perdagangan. Sektor dengan porsi terbesar lainnya adalah kontruksi, pertanian, perkebunan dan perikanan," ujarnya di Jayapura, Jumat.
Dijelaskannya, mendominasinya penyaluran kredit di bidang perdagangan dikarenakan jumlah produksi dari industri lokal Papua masih belum bisa memenuhi kebutuhan yang ada.
"Jadi perdagangan bisa jadi memang barang-barang dari luar Papua yang didatangkan karena di Papua produk itu tidak ada atau suplainya masih sedikit," ucapnya.
Ditambahkannya, untuk memangkas angka kemahalan di Papua, harus ada peningkatan angka produksi agar jumlah barang yang didatangkan dari luar bisa dikurangi. Hal itu akan berimbas pada terpangkasnya biaya distribusi.
"Akan lebih bagus kalau barang-barang itu diproduksi di Papua, kemudian dipasarkan juga di Papua, itu dari sisi distribusi akan lebih murah. Tapi memang mungkin ada produk-produk tertentu yang tidak bisa diproduksi di papua sehingga harus disuplai dari luar," kata Joko.
Kini ketersediaan barang dari luar masih diperlukan untuk menjaga kestabilan harga, namun para pemangku kepentingan harus bisa membuat langkah nyata untuk mengurangi ketergantungan kepada produk luar.
"Namun itu juga diperlukan untuk menjaga kestabilan harga, namun alangkah baiknya produk perdagangan itu bisa dipenuhi di Papua, bisa jadi dari Merauke, Nabire atau daerah lainnya, sehingga itu akan menggairahkan kegiatan ekonomi yang ada di Papua," ucap dia.
"Pemerintah bersama-sama dengan BI, perbankan dan stake holder lainnya nanti harus berupaya mengembangkan sektor-sektor pertanian. Memang tidak mudah karena hanya daerah-daerah tertentu yang sudah siap," sambung joko. [Antara]