Viora Tamone, Siswa dari PNG yang Sekolah di SD Inpres Tobati
pada tanggal
Monday, 2 November 2015
KOTA JAYAPURA - Demi meraih cita-cita untuk menjadi dokter anak di Indonesia serta ingin mendapatkan sekolah yang nyaman, seorang anak dari Papua Nugini (PNG) lebih memilih menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres Tobati, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura dibandingkan negara asalnya.
Viora Tamone, murid Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres Tobati, Kota Jayapura rela meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di rumah pamannya demi merajut asa.
"Saya pindahan dari Papua Nugini di kampung Warapo. Disini sekolahnya lebih nyaman . Bapak dengan Mama tidak ada kerja seperti kantoran, bapak saya berkebun dan mama saya kerja dirumah saja. Om saya menikah dengan orang Tobati, makanya saya dan keluarga pindah ke sini ," kata Viora yang dengan lugunya kepada Cendana News, Sabtu (29/10).
Dirinya lebih senang bersekolah di Indonesia, dengan alasan banyak teman serta ada listrik. Sementara, di tempat sekolah yang lama, tidak ada listrik dan teman-teman sekolah sedikit. "Cuma lampu saja yang tidak ada, terus disana masuk sekolah jam 7 pagi, terus pulang jam 4 sore," kata bocah yang biasa mendayung ke SDN Inpres Tobati ini.
Ia berkeinginan untuk menggapai pendidikan setinggi langit untuk menjadi Dokter Anak. Dan ia pun tak mau tertinggal setiap mata pelajaran yang diberikan bapak dan ibu guru di sekolah. "Saya ingin menjadi dokter anak. Kalau nanti jadi dokter anak, saya ingin obati anak-anak yang sakit. Saya mempunyai 9 saudara, 2 saudara saya meninggal karena sakit saat masih seumuran saya," tuturnya sambil mata berkaca-kaca.
Juliana G. Wattimury, salah satu guru SDN Inpres Tobati mengaku saat kepindahan Viora dari PNG ke sekolah tersebut, tidak dapat berbahasa Indonesia. Selama sebulan, lanjutnya, murid tersebut gunakan bahasa Inggris Fiji.
"Sudah empat bulan sejak Viora pindah kesini, satu bulan pertama teman-temannya bingung dengan bahasa yang digunakannya. Sehingga kami minta ketua komite untuk datang kesekolah menterjemahkan bahasa Viora. Tapi dirumah om nya, dia diajarkan berbahasa Indonesia, " ungkap Juliana.
Dirinya sangat bangga memiliki seorang murid seperti Viora, yang tak pernah absen selama bersekolah di SDN Inpres Tobati.
"Anak ini sangat rajin, dia tidak pernah absen sekolah. Kemauan belajar dia sangat tinggi, setiap tugas yang diberikan guru, dia selalu mengerjakannya dengan baik," ujarnya.
Dikatakan Juliana, murid pindahan ini awalnya pindah saat duduk dibangku kelas satu, saat diuji kemampuannya, ternyata murid yang kini dapat berbahasa dengan baik dan benar, dapat menerima pelajaran kelas I dan II, sehingga pihak sekolah menetapkan dirinya masuk langsung dikelas III.
"Sesuai dengan umur dan daya tangkapnya, sudah memenuhi syarat duduk dikelas tiga. Jadi kami masukkan langsung naik kelas tiga, tahun ini dia sudah naik kelas empat. Semoga anak ini dapat meraih cita-cita, walaupun bapaknya hanya berkebun untuk biayai sekolahnya," tuturnya. [Cendananews]
Viora Tamone, murid Sekolah Dasar (SD) Negeri Inpres Tobati, Kota Jayapura rela meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di rumah pamannya demi merajut asa.
"Saya pindahan dari Papua Nugini di kampung Warapo. Disini sekolahnya lebih nyaman . Bapak dengan Mama tidak ada kerja seperti kantoran, bapak saya berkebun dan mama saya kerja dirumah saja. Om saya menikah dengan orang Tobati, makanya saya dan keluarga pindah ke sini ," kata Viora yang dengan lugunya kepada Cendana News, Sabtu (29/10).
Dirinya lebih senang bersekolah di Indonesia, dengan alasan banyak teman serta ada listrik. Sementara, di tempat sekolah yang lama, tidak ada listrik dan teman-teman sekolah sedikit. "Cuma lampu saja yang tidak ada, terus disana masuk sekolah jam 7 pagi, terus pulang jam 4 sore," kata bocah yang biasa mendayung ke SDN Inpres Tobati ini.
Ia berkeinginan untuk menggapai pendidikan setinggi langit untuk menjadi Dokter Anak. Dan ia pun tak mau tertinggal setiap mata pelajaran yang diberikan bapak dan ibu guru di sekolah. "Saya ingin menjadi dokter anak. Kalau nanti jadi dokter anak, saya ingin obati anak-anak yang sakit. Saya mempunyai 9 saudara, 2 saudara saya meninggal karena sakit saat masih seumuran saya," tuturnya sambil mata berkaca-kaca.
Juliana G. Wattimury, salah satu guru SDN Inpres Tobati mengaku saat kepindahan Viora dari PNG ke sekolah tersebut, tidak dapat berbahasa Indonesia. Selama sebulan, lanjutnya, murid tersebut gunakan bahasa Inggris Fiji.
"Sudah empat bulan sejak Viora pindah kesini, satu bulan pertama teman-temannya bingung dengan bahasa yang digunakannya. Sehingga kami minta ketua komite untuk datang kesekolah menterjemahkan bahasa Viora. Tapi dirumah om nya, dia diajarkan berbahasa Indonesia, " ungkap Juliana.
Dirinya sangat bangga memiliki seorang murid seperti Viora, yang tak pernah absen selama bersekolah di SDN Inpres Tobati.
"Anak ini sangat rajin, dia tidak pernah absen sekolah. Kemauan belajar dia sangat tinggi, setiap tugas yang diberikan guru, dia selalu mengerjakannya dengan baik," ujarnya.
Dikatakan Juliana, murid pindahan ini awalnya pindah saat duduk dibangku kelas satu, saat diuji kemampuannya, ternyata murid yang kini dapat berbahasa dengan baik dan benar, dapat menerima pelajaran kelas I dan II, sehingga pihak sekolah menetapkan dirinya masuk langsung dikelas III.
"Sesuai dengan umur dan daya tangkapnya, sudah memenuhi syarat duduk dikelas tiga. Jadi kami masukkan langsung naik kelas tiga, tahun ini dia sudah naik kelas empat. Semoga anak ini dapat meraih cita-cita, walaupun bapaknya hanya berkebun untuk biayai sekolahnya," tuturnya. [Cendananews]