Poros Muda Golkar Desak Sudirman Said Ungkap Nama Pencatut
pada tanggal
Tuesday, 17 November 2015
JAKARTA - Poros Muda Partai Golkar mendesak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengungkap nama tokoh politik yang disebutnya mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk memperpanjang izin operasi PT Freeport di Indonesia.
Juru bicara Poros Muda Golkar, Andi Sinulingga, menyatakan, pihaknya merasa terganggu karena saat ini telah terbentuk persepsi bahwa politisi itu mengarah pada salah satu tokoh Golkar.
Menurut Andi, Sudirman harus segera mengungkap nama tersebut agar isu ini tidak berkembang liar tanpa kejelasan.
"Informasi dari Sudirman Said itu sudah menjadi perbincangan publik dan sudah terlanjur pula membentuk persepsi publik yang mengarah pada tokoh Partai Golkar," kata Andi melalui keterangan pers, Sabtu (14/11).
Andi menambahkan, untuk menghindari kesimpangsiuran informasi, Sudirman tidak perlu berteka-teki dan lebih baik membuka nama yang ia sebut sebagai politisi kuat dari DPR tersebut.
"Poros Muda Partai Golkar memandang perlu Sudirman Said membuka saja dan tidak usah terlalu lama berteka teki," kata Andi.
Kemarin, Sudirman mengatakan bahwa politisi yang dimaksud itu adalah seorang anggota parlemen. Ia akan berkonsultasi dengan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam upaya membongkar masalah ini.
Sudirman Said sebelumnya menyebutkan ada tokoh politik yang sangat berkuasa mencoba menjual nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kepada Freeport. Dengan mencatut nama Presiden dan Wapres, politisi itu menjanjikan ke Freeport agar kontrak bisa segera diberikan.
"Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu," ujar Sudirman Said kepada Kompas, Selasa (10/11).
Namun, dia mengaku tak bisa menyebut siapa politisi yang coba menjual nama dua pimpinan tertinggi republik itu. Hanya, Sudirman mengatakan bahwa orang itu cukup terkenal. JK, tutur dia, tahu persis siapa orang yang coba menyeret-nyeret nama dua petinggi republik tersebut.
"Keduanya (Presiden dan Wapres) sangat marah. Pak Jokowi mengatakan, 'ora sudi'. Ora sudi kan ungkapan Jawa yang sangat dalam. Begitu pun Wakil Presiden. 'Ini orang kurang ajar dan saya tahu orang itu siapa,' kata Wapres. Jadi, Wapres sudah menduga," ujarnya.
Sudirman mengaku mengetahui semua tindakan licik tokoh-tokoh politik di balik percobaan perpanjangan kontrak PT. Freeport Indonesia. Sebab, Freeport juga telah menceritakan secara rinci permintaan tokoh-tokoh politik tersebut.
Sedangkan komisaris PT. Freeport Indonesia, Andi Mattalatta sebelumnya mengaku baru mengetahui adanya politisi yang mencatut nama presiden dan wakil presiden terkait perpanjangan kontrak karya perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu.
Dia meyakini, Sudirman yang mengungkap fakta itu sudah mempertimbangkan dampak pernyataannya dengan matang. Andi bahkan menduga, Sudirman sengaja mengumbarnya kepada publik untuk memberi pelajaran kepada politisi tersebut.
"Artinya dengan berucap begitu, sebenarnya itu sudah hukuman, karena telah menimbulkan citra bahwa politisi yang dimaksud itu citranya sudah langsung negatif," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/11). [Kompas]
Juru bicara Poros Muda Golkar, Andi Sinulingga, menyatakan, pihaknya merasa terganggu karena saat ini telah terbentuk persepsi bahwa politisi itu mengarah pada salah satu tokoh Golkar.
Menurut Andi, Sudirman harus segera mengungkap nama tersebut agar isu ini tidak berkembang liar tanpa kejelasan.
"Informasi dari Sudirman Said itu sudah menjadi perbincangan publik dan sudah terlanjur pula membentuk persepsi publik yang mengarah pada tokoh Partai Golkar," kata Andi melalui keterangan pers, Sabtu (14/11).
Andi menambahkan, untuk menghindari kesimpangsiuran informasi, Sudirman tidak perlu berteka-teki dan lebih baik membuka nama yang ia sebut sebagai politisi kuat dari DPR tersebut.
"Poros Muda Partai Golkar memandang perlu Sudirman Said membuka saja dan tidak usah terlalu lama berteka teki," kata Andi.
Kemarin, Sudirman mengatakan bahwa politisi yang dimaksud itu adalah seorang anggota parlemen. Ia akan berkonsultasi dengan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam upaya membongkar masalah ini.
Sudirman Said sebelumnya menyebutkan ada tokoh politik yang sangat berkuasa mencoba menjual nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kepada Freeport. Dengan mencatut nama Presiden dan Wapres, politisi itu menjanjikan ke Freeport agar kontrak bisa segera diberikan.
"Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu," ujar Sudirman Said kepada Kompas, Selasa (10/11).
Namun, dia mengaku tak bisa menyebut siapa politisi yang coba menjual nama dua pimpinan tertinggi republik itu. Hanya, Sudirman mengatakan bahwa orang itu cukup terkenal. JK, tutur dia, tahu persis siapa orang yang coba menyeret-nyeret nama dua petinggi republik tersebut.
"Keduanya (Presiden dan Wapres) sangat marah. Pak Jokowi mengatakan, 'ora sudi'. Ora sudi kan ungkapan Jawa yang sangat dalam. Begitu pun Wakil Presiden. 'Ini orang kurang ajar dan saya tahu orang itu siapa,' kata Wapres. Jadi, Wapres sudah menduga," ujarnya.
Sudirman mengaku mengetahui semua tindakan licik tokoh-tokoh politik di balik percobaan perpanjangan kontrak PT. Freeport Indonesia. Sebab, Freeport juga telah menceritakan secara rinci permintaan tokoh-tokoh politik tersebut.
Sedangkan komisaris PT. Freeport Indonesia, Andi Mattalatta sebelumnya mengaku baru mengetahui adanya politisi yang mencatut nama presiden dan wakil presiden terkait perpanjangan kontrak karya perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu.
Dia meyakini, Sudirman yang mengungkap fakta itu sudah mempertimbangkan dampak pernyataannya dengan matang. Andi bahkan menduga, Sudirman sengaja mengumbarnya kepada publik untuk memberi pelajaran kepada politisi tersebut.
"Artinya dengan berucap begitu, sebenarnya itu sudah hukuman, karena telah menimbulkan citra bahwa politisi yang dimaksud itu citranya sudah langsung negatif," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (11/11). [Kompas]