Pemprov Papua Dukung Program Pemanfaatan Energi Terbarukan
pada tanggal
Friday, 6 November 2015
KOTA JAYAPURA – Pemerintah Provinsi Papua mendukung pemanfaatan energi yang tengah dipromosikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Pemanfaatan energi terbarukan sebagai prioritas dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap energi.
“Untuk menwujudkan visi Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera Pemprov Papua gencar mengembangkan potensi Sumber Daya Energi dalam skala industri baik industri rumah tangga dan industri skala besar yang berorintasi kepada pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan,” kata Staf Ahli Gubernur Papua Bidang Kesmas dan Lingkungan, Wasuok D. Siep saat membacakan sambutan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Menurut Siep, visi energi Papua tahun 2050 mempromosikan pemanfaatan energi terbarukan sebagai prioritas dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap energi. Pasalnya, lebih dari 90 persen yang digunakan di Provinsi Papua berasal dari luar daerah. Sedangkan yang paling banyak mengkonsumsi Bahan Bakar Minyak tanah sangat dominan terutama di sektor rumah tangga dan komersial.
“Sehingga kami melakukan kerjasama melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Papua, Yayasan Pelangi Indonesia, WWF Indonesia dan British Embassy Jakarta,” ujarnya.
Sebagian besar kebutuhan energi di Papua baik untuk sektor ekonomi maupun sektor pambangkit tenaga listrik, lanjutnya, masih bergantung pada energi fosil khususnya minyak bumi yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca yang memberikan dampak buruk bagi lingkungan dapat dapat segera teratasi.
“Saya ucapkan terimakasih dan menyambut kerjasama ini karena saya yakin dari kegiatan ini akan menghasilkan rumusan dan upaya-upaya kongrit yang bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan di Provinsi Papua yang kita cintai,” ujarnya.
Sementara, Bobby Watimena, perwakilan Yayasan Pelangi Indonesia yang juga sebagai moderator dalam diskusi tersebut, mengatakan kalkulator adalah sebuah model yang bisa di akses oleh masyarakat, untuk melikhat proyeksi pemanfaatan energi.
“Kebijakan - kebijan pemerintah yang diambil Pemerintah di bidang energi dan tata guna lahan. Dampaknya ada dua yakni soal lahan dan tidak tersediannya sumber energi,” ujarnya.
Dua dampak tersebut, menurutnya, akan dilihat dalam kalkulator 2050. Ia mencontohkan apabila PLN membangun PLTU baru dari asal batu baran. Sementara tujuan utama kalkulator ini sebagai alat komunikasi yang menjembatani antara pemerintah dan masyarakat terhadap berbagai kebijakan terhadap pemnafaatan SDM dan pengolahan energi.
“Kelebihan dapat didapat disampaiakan melalui internet seabagai sarana visusalisasi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Sedikit rumah tangga yang mengunakan energi. Sedangkan di bidang jsa lebih banyak yang mengunan sumber energi,” katanya.
Dijelaskannya, pada bulan Maret tahun 2016 mendatang, Papua yang pertama mempunyai Kalkular 2050. “Semoga stok holder dapat berpartisipasi untuk mensosialisasikan kalkulator 2050 ini,” ujarnya. [PapuaKita]
“Untuk menwujudkan visi Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera Pemprov Papua gencar mengembangkan potensi Sumber Daya Energi dalam skala industri baik industri rumah tangga dan industri skala besar yang berorintasi kepada pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan,” kata Staf Ahli Gubernur Papua Bidang Kesmas dan Lingkungan, Wasuok D. Siep saat membacakan sambutan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Menurut Siep, visi energi Papua tahun 2050 mempromosikan pemanfaatan energi terbarukan sebagai prioritas dalam rangka peningkatan akses masyarakat terhadap energi. Pasalnya, lebih dari 90 persen yang digunakan di Provinsi Papua berasal dari luar daerah. Sedangkan yang paling banyak mengkonsumsi Bahan Bakar Minyak tanah sangat dominan terutama di sektor rumah tangga dan komersial.
“Sehingga kami melakukan kerjasama melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Papua, Yayasan Pelangi Indonesia, WWF Indonesia dan British Embassy Jakarta,” ujarnya.
Sebagian besar kebutuhan energi di Papua baik untuk sektor ekonomi maupun sektor pambangkit tenaga listrik, lanjutnya, masih bergantung pada energi fosil khususnya minyak bumi yang menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca yang memberikan dampak buruk bagi lingkungan dapat dapat segera teratasi.
“Saya ucapkan terimakasih dan menyambut kerjasama ini karena saya yakin dari kegiatan ini akan menghasilkan rumusan dan upaya-upaya kongrit yang bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan di Provinsi Papua yang kita cintai,” ujarnya.
Sementara, Bobby Watimena, perwakilan Yayasan Pelangi Indonesia yang juga sebagai moderator dalam diskusi tersebut, mengatakan kalkulator adalah sebuah model yang bisa di akses oleh masyarakat, untuk melikhat proyeksi pemanfaatan energi.
“Kebijakan - kebijan pemerintah yang diambil Pemerintah di bidang energi dan tata guna lahan. Dampaknya ada dua yakni soal lahan dan tidak tersediannya sumber energi,” ujarnya.
Dua dampak tersebut, menurutnya, akan dilihat dalam kalkulator 2050. Ia mencontohkan apabila PLN membangun PLTU baru dari asal batu baran. Sementara tujuan utama kalkulator ini sebagai alat komunikasi yang menjembatani antara pemerintah dan masyarakat terhadap berbagai kebijakan terhadap pemnafaatan SDM dan pengolahan energi.
“Kelebihan dapat didapat disampaiakan melalui internet seabagai sarana visusalisasi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Sedikit rumah tangga yang mengunakan energi. Sedangkan di bidang jsa lebih banyak yang mengunan sumber energi,” katanya.
Dijelaskannya, pada bulan Maret tahun 2016 mendatang, Papua yang pertama mempunyai Kalkular 2050. “Semoga stok holder dapat berpartisipasi untuk mensosialisasikan kalkulator 2050 ini,” ujarnya. [PapuaKita]