Nasional Demokrat Minta Sudirman Buka Identitas Penjual Nama Joko Widodo
pada tanggal
Monday, 16 November 2015
JAKARTA - Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Nining Indra Saleh, meminta Menteri ESDM Sudirman Said untuk membuka identitas tokoh politik yang menjual nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada PT Freeport.
Menurut Nining, keterangan dari Sudirman bisa menjadi polemik jika tidak dijelaskan secara gamblang.
"Kalau sudah dilempar, kalau memang ada politisi yang mencatut, harusnya dibuka saja. Jadi susah kalau menduga-duga," kata Nining saat dihubungi, Rabu (11/11).
Secara pribadi, Nining menilai sangat tidak etis jika politisi menjual nama kepala negara. Terlebih jika keperluanya bukan untuk kepentingan nasional dan hanya untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
"Sangat tidak elok," ujarnya.
Sudirman sebelumnya menyebutkan adanya tokoh politik yang sangat berkuasa mencoba menjual nama Jokowi-JK kepada Freeport.
Dengan mencatut nama Presiden dan Wapres, politisi itu menjanjikan ke Freeport agar kontrak bisa segera diberikan.
"Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu," ujar Sudirman Said seperti dikutip dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV dan dikutip Kompas, Selasa (10/11).
Namun, dia mengaku tak bisa menyebut siapa politisi yang coba menjual nama dua pimpinan tertinggi republik itu. Hanya, Sudirman mengatakan bahwa orang itu cukup terkenal.
JK, tutur dia, tahu persis siapa orang yang coba menyeret-nyeret nama dua petinggi republik tersebut.
"Keduanya (Presiden dan Wapres) sangat marah. Pak Jokowi mengatakan, 'ora sudi'. Ora sudi kan ungkapan Jawa yang sangat dalam. Begitu pun Wakil Presiden. 'Ini orang kurang ajar dan saya tahu orang itu siapa,' kata Wapres. Jadi, Wapres sudah menduga," ujarnya.
Sudirman mengaku mengetahui semua tindakan licik tokoh-tokoh politik di balik percobaan perpanjangan kontrak Freeport. Sebab, Freeport menceritakan secara rinci permintaan tokoh-tokoh politik tersebut. [Kompas]
Menurut Nining, keterangan dari Sudirman bisa menjadi polemik jika tidak dijelaskan secara gamblang.
"Kalau sudah dilempar, kalau memang ada politisi yang mencatut, harusnya dibuka saja. Jadi susah kalau menduga-duga," kata Nining saat dihubungi, Rabu (11/11).
Secara pribadi, Nining menilai sangat tidak etis jika politisi menjual nama kepala negara. Terlebih jika keperluanya bukan untuk kepentingan nasional dan hanya untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
"Sangat tidak elok," ujarnya.
Sudirman sebelumnya menyebutkan adanya tokoh politik yang sangat berkuasa mencoba menjual nama Jokowi-JK kepada Freeport.
Dengan mencatut nama Presiden dan Wapres, politisi itu menjanjikan ke Freeport agar kontrak bisa segera diberikan.
"Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu," ujar Sudirman Said seperti dikutip dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV dan dikutip Kompas, Selasa (10/11).
Namun, dia mengaku tak bisa menyebut siapa politisi yang coba menjual nama dua pimpinan tertinggi republik itu. Hanya, Sudirman mengatakan bahwa orang itu cukup terkenal.
JK, tutur dia, tahu persis siapa orang yang coba menyeret-nyeret nama dua petinggi republik tersebut.
"Keduanya (Presiden dan Wapres) sangat marah. Pak Jokowi mengatakan, 'ora sudi'. Ora sudi kan ungkapan Jawa yang sangat dalam. Begitu pun Wakil Presiden. 'Ini orang kurang ajar dan saya tahu orang itu siapa,' kata Wapres. Jadi, Wapres sudah menduga," ujarnya.
Sudirman mengaku mengetahui semua tindakan licik tokoh-tokoh politik di balik percobaan perpanjangan kontrak Freeport. Sebab, Freeport menceritakan secara rinci permintaan tokoh-tokoh politik tersebut. [Kompas]