41 Balita di Kabupaten Nduga Meninggal Dunia akibat ISPA
pada tanggal
Thursday, 26 November 2015
KENYAM (NDUGA) - Sebuah peristiwa memilukan terjadi di Distrik Burmu liana dan Distrik Mbuai, Kabupaten Nduga. 41 anak usia kurang dari 2 tahun dikabarkan meninggal dunia akibat terserang ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) pasca kekeringan yang melanda daerah itu sejak awal November 2015 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Mesak Kogoya menjelaskan yang meninggal di dua distrik tersebut adalah anak-anak dibawah usia dua tahun dan ada dua distrik di Kabupaten Nduga yang mengalami kematian balita secara tiba-tiba yaitu Mbuwa dan Bumul Liama.
“Di Mbuwa ada Puskesmas juga dokter serta tim Satgas Kaki telanjang yang berjumlah tujuh orang, namun karena kampung-kampung yang jaraknya berjauhan paling cepat ditempuh jalan kaki selama dua jam, mengakibatkan petugas yang ada tidak mampu menjangkau semua kampung. Karena saat petugas berada di kampung yang satu, di kampung lainnya terjadi kematian,” jelasnya.
Dikatakan Kogoya, 41 korban yang meninggal, bukan menderita disentri seperti yang diberitakan, namun sesuai dengan diagnosa dokter korban menderita infeksi saluran pernapasan atas (ispa) atau hingga empat puluh satu anak umur dibawah dua tahun meninggal dunia
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi papua dr. Aloysius Giyai mengatakan pihaknya telah mendapatkan laporan tersebut dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, dan olehnya telah memerintahkan kepala bagian PMK beserta Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) untuk segera melakukan pengecekan di lapangan, tim yang diturunkan dipimpin oleh Yamamoto Sasarar, kepala seksi wabah dan bencana Dinkes Provinsi Papua bersama kepala PMK dokter Berry Wopari dibantu satu dokter umum, satu dokter anak, orang dokter, perawat, tenaga laboratorium dan tenaga survailance.
“Tim ini akan mencari tahu faktor-faktor penyebabnya dan mencarikan solusi. Kita tidak bisa menduga-duga penyebab kematian anak-anak tersebut, harus ada yang turun ke lapangan mencari penyebabnya,” terang Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Drg, Aloysius Giay, usai pembukaan rapat kerda daerah kesehatan Provinsi Papua di Auditorioum Universitas Cenderawasih, Selasa (24/11).
Giay mengaku baru mendapat laporan tiga hari lalu terkait kejadian tersebut. “Kami baru menerima laporan tiga hari lalu, sebelumnya tidak ada laporan sama sekali. Bahkan Bupati Nduga yang kami konfirmasi juga mengaku belum menerima laporan,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Mesak Kogoya menjelaskan yang meninggal di dua distrik tersebut adalah anak-anak dibawah usia dua tahun dan ada dua distrik di Kabupaten Nduga yang mengalami kematian balita secara tiba-tiba yaitu Mbuwa dan Bumul Liama.
“Di Mbuwa ada Puskesmas juga dokter serta tim Satgas Kaki telanjang yang berjumlah tujuh orang, namun karena kampung-kampung yang jaraknya berjauhan paling cepat ditempuh jalan kaki selama dua jam, mengakibatkan petugas yang ada tidak mampu menjangkau semua kampung. Karena saat petugas berada di kampung yang satu, di kampung lainnya terjadi kematian,” jelasnya.
Dikatakan kogoya/tiga puluh satu korban yang meninggal/ bukan menderita disentri seperti yang diberitakan/ namun sesuai dengan diagnosa dokter korban menderita infeksi saluran pernapasan atas (ispa) atau hingga empat puluh satu anak umur dibawah dua tahun meninggal dunia. [BeritaLima]
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Mesak Kogoya menjelaskan yang meninggal di dua distrik tersebut adalah anak-anak dibawah usia dua tahun dan ada dua distrik di Kabupaten Nduga yang mengalami kematian balita secara tiba-tiba yaitu Mbuwa dan Bumul Liama.
“Di Mbuwa ada Puskesmas juga dokter serta tim Satgas Kaki telanjang yang berjumlah tujuh orang, namun karena kampung-kampung yang jaraknya berjauhan paling cepat ditempuh jalan kaki selama dua jam, mengakibatkan petugas yang ada tidak mampu menjangkau semua kampung. Karena saat petugas berada di kampung yang satu, di kampung lainnya terjadi kematian,” jelasnya.
Dikatakan Kogoya, 41 korban yang meninggal, bukan menderita disentri seperti yang diberitakan, namun sesuai dengan diagnosa dokter korban menderita infeksi saluran pernapasan atas (ispa) atau hingga empat puluh satu anak umur dibawah dua tahun meninggal dunia
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi papua dr. Aloysius Giyai mengatakan pihaknya telah mendapatkan laporan tersebut dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, dan olehnya telah memerintahkan kepala bagian PMK beserta Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP) untuk segera melakukan pengecekan di lapangan, tim yang diturunkan dipimpin oleh Yamamoto Sasarar, kepala seksi wabah dan bencana Dinkes Provinsi Papua bersama kepala PMK dokter Berry Wopari dibantu satu dokter umum, satu dokter anak, orang dokter, perawat, tenaga laboratorium dan tenaga survailance.
“Tim ini akan mencari tahu faktor-faktor penyebabnya dan mencarikan solusi. Kita tidak bisa menduga-duga penyebab kematian anak-anak tersebut, harus ada yang turun ke lapangan mencari penyebabnya,” terang Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Drg, Aloysius Giay, usai pembukaan rapat kerda daerah kesehatan Provinsi Papua di Auditorioum Universitas Cenderawasih, Selasa (24/11).
Giay mengaku baru mendapat laporan tiga hari lalu terkait kejadian tersebut. “Kami baru menerima laporan tiga hari lalu, sebelumnya tidak ada laporan sama sekali. Bahkan Bupati Nduga yang kami konfirmasi juga mengaku belum menerima laporan,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Mesak Kogoya menjelaskan yang meninggal di dua distrik tersebut adalah anak-anak dibawah usia dua tahun dan ada dua distrik di Kabupaten Nduga yang mengalami kematian balita secara tiba-tiba yaitu Mbuwa dan Bumul Liama.
“Di Mbuwa ada Puskesmas juga dokter serta tim Satgas Kaki telanjang yang berjumlah tujuh orang, namun karena kampung-kampung yang jaraknya berjauhan paling cepat ditempuh jalan kaki selama dua jam, mengakibatkan petugas yang ada tidak mampu menjangkau semua kampung. Karena saat petugas berada di kampung yang satu, di kampung lainnya terjadi kematian,” jelasnya.
Dikatakan kogoya/tiga puluh satu korban yang meninggal/ bukan menderita disentri seperti yang diberitakan/ namun sesuai dengan diagnosa dokter korban menderita infeksi saluran pernapasan atas (ispa) atau hingga empat puluh satu anak umur dibawah dua tahun meninggal dunia. [BeritaLima]