LPMAK Minta Warga Kekwa Operasikan Pabrik Sagu Rakyat
pada tanggal
Friday, 30 October 2015
KEKWA (MIMIKA) - Sekretaris Eksekutif Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) Emanuel Kemong meminta warga Kekwa, Distrik Mimika Tengah, Kabupaten Mimika agar mendukung penuh pengoperasian pabrik sagu rakyat yang baru saja diresmikan.
"Melalui fasilitas ini masyarakat bisa menghasilkan uang. Masyarakat akan masuk hutan untuk tebang sagu lalu membawa batang sagu ke lokasi pabrik untuk dijual. Pemuda-pemuda akan kita libatkan untuk mengelola pabrik ini secara bersama-sama," kata Emanuel saat peresmian pabrik sagu rakyat Selasa (27/10).
Ia menegaskan bahwa LPMAK tidak sedang memainkan bisnis dengan masyarakat.
"LPMAK tidak sedang menjankan bisnis dengan membangun fasilitas pabrik ini. Fasilitas pabrik ini dibangun semata-mata untuk membantu masyarakat agar masa depan masyarakat Kamoro menjadi lebih baik. Aset ini punya kalian. Ini komitmen LPMAK untuk masyarakat," ujar Emanuel.
Emanuel juga menyinggung keberadaan LPMAK sebagai lembaga pengelola dana kemitraan dari PT Freeport untuk masyarakat Suku Amungme dan Kamoro di Kabupaten Mimika merupakan mitra pemerintah daerah, bukan musuh atau pesaing pemerintah daerah.
"Program-program yang dilaksanakan oleh LPMAK dengan dana kemitraan dari PT Freeport baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengembangan ekonomi kerakyatan semata-mata untuk memperkuat program pemerintah. Melalui program-program itu diharapkan kualitas hidup masyarakat asli Papua semakin meningkat," jelas Emanuel.
Keberadaan fasilitas pabrik sagu rakyat di Keakwa itu mendapat dukungan penuh dari anggota DPR Papua, Wilhelmus Pigai dan Mathea Mamoyau.
"Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan LPMAK. Pembangunan industri rakyat seperti ini sangat dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat asli Papua sebab mereka tidak punya penghasilan tetap," kata Wilhelmus, anggota Komisi II DPR Papua dari Partai Hanura.
Wilhelmus meminta Pemprov Papua dan terutama Pemkab Mimika tidak menutup mata dengan program-program LPMAK yang benar-benar menyentuh langsung kebutuhan masyarakat lokal.
"Pemerintah jangan menutup mata, harus sinergis. Tidak boleh jalan sendiri-sendiri," katanya.
Anggota Komisi I DPR Papua Mathea Mameyao meminta LPMAK terus memperkuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat Suku Amungme dan Kamoro, dimana lokasi pemukiman mereka menjadi daerah terdampak langsung aktivitas pertambangan PT Freeport Indonesia.
"Dari sekarang perusahaan, LPMAK dan Pemda harus bekerja sama untuk memberdayakan masyarakat Amungme dan Kamoro karena wilayah kami menerima segala dampak dari keberadaan perusahaan tambang Freeport," kata Mathea.
Pergumulan Panjang
Wakil Sekretaris Eksekutif LPMAK Bidang Program Yohanis Arwakon mengatakan pendirian industri sagu rakyat di Kampung Kekwa melalui sebuah kajian dan pergumulan panjang selama tiga tahun.
Sebelum memulai proyek tersebut, LPMAK membawa sejumlah tokoh masyarakat Suku Kamoro dari sejumlah kampung pesisir Mimika untuk melakukan studi banding di Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau. LPMAK bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Papua Manokwari melakukan survei potensi sagu di wilayah pesisir Mimika, melakukan foto udara dan pendampingan kepada masyarakat setempat.
Fasilitas pabrik sagu yang dibangun di Keakwa itu mencakup bangunan dan mesin pabrik pembuatan tepung sagu, bak cuci dan penyaringan, lantai jemur, gudang dan lainnya.
"Fasilitas yang masih kurang hanya sarana pendukung saja. Mengingat abrasi sangat tinggi maka kita perlu membangun tanggul penahan di sekeliling lokasi pabrik. Kita juga akan membangun rumah singgah dan fasilitas pengolahan limbah (air cuci tepung sagu)," jelasnya.
Pembangunan industri sagu rakyat di Keakwa itu dinilai cukup irit dari sisi biaya. LPMAK menggelontorkan dana hampir mencapai Rp50 miliar. Nilai itu jauh dari industri sejenis di Kabupaten Sorong Selatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp120 miliar.
Adapun kualitas bangunan pabrik yang terbuat dari bahan gabus yang dilapisi campuran semen dan baja anti gempa itu diyakini cukup kuat hingga 50 tahun ke depan.
Sebelum dioperasikan, mesin pabrik pengolahan tepung sagu di Keakwa itu sudah dilakukan tiga kali uji coba dengan hasil yang memuaskan. Pabrik sagu rakyat ini nantinya ditargetkan mampu memproduksi 200 ton tepung sagu per bulan.
Untuk mengoperasikan industri sagu rakyat Kekwa itu, LPMAK bahkan sampai membajak seorang kepala pabrik dari Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau.
"Nanti dia yang akan mengajar masyarakat bagaimana cara panen sagu dan memilih sagu yang siap panen. Dia akan dibantu oleh para pemuda dari Kampung Kekwa untuk mengoperasikan industri sagu," jelas Yohanis.
Adapun untuk memperkaya varietas sagu lokal, LPMAK mendatangkan 10 ribu bibit sagu songulu dari daerah Sentani, Jayapura. Sagu jenis songulu itu memiliki kandungan tepung sagu kering hingga 250 kilogram per batang. Kandungan tepung sagu songulu Sentani itu jauh lebih tinggi dari sagu lokal jenis berduri di seluruh dataran rendah Mimika yang hanya maksimal mencapai 150 kilogram per batang.
Bibit-bibit sagu songulu asal Sentani itu nantinya akan ditanam di sekitar lokasi pabrik dan pinggiran sungai agar lebih mudah dipanen. Sebagian bibit akan disebar ke warga untuk ditanam pada lahan ulayat mereka masing-masing. [Antara]
"Melalui fasilitas ini masyarakat bisa menghasilkan uang. Masyarakat akan masuk hutan untuk tebang sagu lalu membawa batang sagu ke lokasi pabrik untuk dijual. Pemuda-pemuda akan kita libatkan untuk mengelola pabrik ini secara bersama-sama," kata Emanuel saat peresmian pabrik sagu rakyat Selasa (27/10).
Ia menegaskan bahwa LPMAK tidak sedang memainkan bisnis dengan masyarakat.
"LPMAK tidak sedang menjankan bisnis dengan membangun fasilitas pabrik ini. Fasilitas pabrik ini dibangun semata-mata untuk membantu masyarakat agar masa depan masyarakat Kamoro menjadi lebih baik. Aset ini punya kalian. Ini komitmen LPMAK untuk masyarakat," ujar Emanuel.
Emanuel juga menyinggung keberadaan LPMAK sebagai lembaga pengelola dana kemitraan dari PT Freeport untuk masyarakat Suku Amungme dan Kamoro di Kabupaten Mimika merupakan mitra pemerintah daerah, bukan musuh atau pesaing pemerintah daerah.
"Program-program yang dilaksanakan oleh LPMAK dengan dana kemitraan dari PT Freeport baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengembangan ekonomi kerakyatan semata-mata untuk memperkuat program pemerintah. Melalui program-program itu diharapkan kualitas hidup masyarakat asli Papua semakin meningkat," jelas Emanuel.
Keberadaan fasilitas pabrik sagu rakyat di Keakwa itu mendapat dukungan penuh dari anggota DPR Papua, Wilhelmus Pigai dan Mathea Mamoyau.
"Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan LPMAK. Pembangunan industri rakyat seperti ini sangat dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat asli Papua sebab mereka tidak punya penghasilan tetap," kata Wilhelmus, anggota Komisi II DPR Papua dari Partai Hanura.
Wilhelmus meminta Pemprov Papua dan terutama Pemkab Mimika tidak menutup mata dengan program-program LPMAK yang benar-benar menyentuh langsung kebutuhan masyarakat lokal.
"Pemerintah jangan menutup mata, harus sinergis. Tidak boleh jalan sendiri-sendiri," katanya.
Anggota Komisi I DPR Papua Mathea Mameyao meminta LPMAK terus memperkuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat Suku Amungme dan Kamoro, dimana lokasi pemukiman mereka menjadi daerah terdampak langsung aktivitas pertambangan PT Freeport Indonesia.
"Dari sekarang perusahaan, LPMAK dan Pemda harus bekerja sama untuk memberdayakan masyarakat Amungme dan Kamoro karena wilayah kami menerima segala dampak dari keberadaan perusahaan tambang Freeport," kata Mathea.
Pergumulan Panjang
Wakil Sekretaris Eksekutif LPMAK Bidang Program Yohanis Arwakon mengatakan pendirian industri sagu rakyat di Kampung Kekwa melalui sebuah kajian dan pergumulan panjang selama tiga tahun.
Sebelum memulai proyek tersebut, LPMAK membawa sejumlah tokoh masyarakat Suku Kamoro dari sejumlah kampung pesisir Mimika untuk melakukan studi banding di Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau. LPMAK bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Universitas Papua Manokwari melakukan survei potensi sagu di wilayah pesisir Mimika, melakukan foto udara dan pendampingan kepada masyarakat setempat.
Fasilitas pabrik sagu yang dibangun di Keakwa itu mencakup bangunan dan mesin pabrik pembuatan tepung sagu, bak cuci dan penyaringan, lantai jemur, gudang dan lainnya.
"Fasilitas yang masih kurang hanya sarana pendukung saja. Mengingat abrasi sangat tinggi maka kita perlu membangun tanggul penahan di sekeliling lokasi pabrik. Kita juga akan membangun rumah singgah dan fasilitas pengolahan limbah (air cuci tepung sagu)," jelasnya.
Pembangunan industri sagu rakyat di Keakwa itu dinilai cukup irit dari sisi biaya. LPMAK menggelontorkan dana hampir mencapai Rp50 miliar. Nilai itu jauh dari industri sejenis di Kabupaten Sorong Selatan yang menghabiskan anggaran sekitar Rp120 miliar.
Adapun kualitas bangunan pabrik yang terbuat dari bahan gabus yang dilapisi campuran semen dan baja anti gempa itu diyakini cukup kuat hingga 50 tahun ke depan.
Sebelum dioperasikan, mesin pabrik pengolahan tepung sagu di Keakwa itu sudah dilakukan tiga kali uji coba dengan hasil yang memuaskan. Pabrik sagu rakyat ini nantinya ditargetkan mampu memproduksi 200 ton tepung sagu per bulan.
Untuk mengoperasikan industri sagu rakyat Kekwa itu, LPMAK bahkan sampai membajak seorang kepala pabrik dari Selat Panjang, Provinsi Kepulauan Riau.
"Nanti dia yang akan mengajar masyarakat bagaimana cara panen sagu dan memilih sagu yang siap panen. Dia akan dibantu oleh para pemuda dari Kampung Kekwa untuk mengoperasikan industri sagu," jelas Yohanis.
Adapun untuk memperkaya varietas sagu lokal, LPMAK mendatangkan 10 ribu bibit sagu songulu dari daerah Sentani, Jayapura. Sagu jenis songulu itu memiliki kandungan tepung sagu kering hingga 250 kilogram per batang. Kandungan tepung sagu songulu Sentani itu jauh lebih tinggi dari sagu lokal jenis berduri di seluruh dataran rendah Mimika yang hanya maksimal mencapai 150 kilogram per batang.
Bibit-bibit sagu songulu asal Sentani itu nantinya akan ditanam di sekitar lokasi pabrik dan pinggiran sungai agar lebih mudah dipanen. Sebagian bibit akan disebar ke warga untuk ditanam pada lahan ulayat mereka masing-masing. [Antara]