Kebakaran Hutan di Papua Selatan Mulai Berkurang
pada tanggal
Thursday, 29 October 2015
TIMIKA (MIMIKA) – Titik api dari kebakaran hutan di Selatan Papua mulai berkurang. Beberapa wilayah yang dalam tiga bulan terakhir dilanda peristiwa ini, diantaranya Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, secara perlahan mulai menunjukkan pengurangan.
Menurut rilis data yang diberikan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kepada Salam Papua dibeberkan sejumlah titik api atau hotspot yang kebanyakan berada di Kabupaten Merauke, mulai mengalami penyusutan.
Berdasarkan perekaman citra satelit Aqua dan satelit Terra sejak Rabu (7/10), hotspot di wilayah Selatan Papua tidak lagi mencapai belasan lokasi, seperti yang terjadi pada bulan September lalu.
“Ada trend untuk hotspot di Merauke mengalami penurunan. Sebab angka tertinggi dalam awal bulan ini hanya delapan titik,” jelas Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Rokhis Komarudin melalui surat elektronik pada Rabu (14/10)
Hasil data perekaman yang diterima pihaknya, menunjukkan bahwa sejak Rabu (7/10) hanya didapati 4 hotspot utama di sekitar Pulau Kimaam atau yang dikenal dengan Pulau Yos Sudarso. Kemudian pada Sabtu (10/10) naik menjadi delapan titik dan salah satu titiknya berada di Kabupaten Asmat. Lalu pada Senin (12/10) pihaknya mendapatkan 5 titik api dengan penyebaran, 3 titik di Kabupaten Mappi dan masing-masing 1 titik berada di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel.
“Sedangkan data terakhir per 13 Oktober 2015 pukul 11.57 WIT, hanya ada satu titik api saja di Pulau Yos Sudarso,” jelas dia sembari menegaskan, tendensi mengurangnya titik api ini akibat akan berakhirnya musim kemarau tahun ini pada pertengahan hingga akhir Oktober nanti yang ditandai dengan munculnya hujan.
Hal ini dikatakan, memberikan dampak langsung berkurangnya ketebalan kabut asap yang saat ini sedang melanda wilayah Papua Tengah seperti Timika,
Sebelumnya dilaporkan bahwa selama akhir September hingga saat ini, sebaran asap akibat titik api yang berada di wilayah Merauke telah mempengaruhi arus lalu lintas penerbangan di Kabupaten Mimika.
Menurut menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Timika, kondisi ini mengakibatkan penerbangan di Bandara Mozes Kilangin oleh pesawat besar seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Airfast yang seharusnya berjalan lancar menjadi terkendala.
“Kota Timika terkena imbas langsung dari kabut ini. Visibility pada bandara Mozes Kilangin cuma dua kilometer dan langit diatasnya gelap, sehingga beberapa pesawat yang terbang dialihkan ke Biak, karena tidak bisa landing di bandara. Siangnya baru mereka bisa mendarat,” ujar forecaster BMKG Timika, Fitria Nur Fadlilah, Kamis (8/10).
“Dari data yang kami dapat, titik api, dan asap yang muncul dari titik api itu tertiup dari arah tenggara kearah barat laut, menuju ke Timika,” ujar dia.
Hal senada dituturkan Kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Mimika, John Rettob. Dikatakan kabut asap ini sangat mempengaruhi penerbangan, terutama untuk penerbangan perintis yang melayani daerah-daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
“Kabut asap ini mengganggu visual penerbangan, khusus untuk penerbangan-penerbangan yang tidak menggunakan radar, dan ini lebih banyak pada helikopter kecil yang terbang tanpa mengandalkan pandangan mata saja,” ujarnya.
Dikatakan pihaknya masih akan meninjau peristiwa ini sehingga ketika ancaman terhadap transportasi udara tersebut sudah meningkat. Pihaknya dapat dengan segera membatasi penerbangan dari dan ke Timika guna keselamatan para penumpang. [SalamPapua]
Menurut rilis data yang diberikan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kepada Salam Papua dibeberkan sejumlah titik api atau hotspot yang kebanyakan berada di Kabupaten Merauke, mulai mengalami penyusutan.
Berdasarkan perekaman citra satelit Aqua dan satelit Terra sejak Rabu (7/10), hotspot di wilayah Selatan Papua tidak lagi mencapai belasan lokasi, seperti yang terjadi pada bulan September lalu.
“Ada trend untuk hotspot di Merauke mengalami penurunan. Sebab angka tertinggi dalam awal bulan ini hanya delapan titik,” jelas Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Rokhis Komarudin melalui surat elektronik pada Rabu (14/10)
Hasil data perekaman yang diterima pihaknya, menunjukkan bahwa sejak Rabu (7/10) hanya didapati 4 hotspot utama di sekitar Pulau Kimaam atau yang dikenal dengan Pulau Yos Sudarso. Kemudian pada Sabtu (10/10) naik menjadi delapan titik dan salah satu titiknya berada di Kabupaten Asmat. Lalu pada Senin (12/10) pihaknya mendapatkan 5 titik api dengan penyebaran, 3 titik di Kabupaten Mappi dan masing-masing 1 titik berada di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel.
“Sedangkan data terakhir per 13 Oktober 2015 pukul 11.57 WIT, hanya ada satu titik api saja di Pulau Yos Sudarso,” jelas dia sembari menegaskan, tendensi mengurangnya titik api ini akibat akan berakhirnya musim kemarau tahun ini pada pertengahan hingga akhir Oktober nanti yang ditandai dengan munculnya hujan.
Hal ini dikatakan, memberikan dampak langsung berkurangnya ketebalan kabut asap yang saat ini sedang melanda wilayah Papua Tengah seperti Timika,
Sebelumnya dilaporkan bahwa selama akhir September hingga saat ini, sebaran asap akibat titik api yang berada di wilayah Merauke telah mempengaruhi arus lalu lintas penerbangan di Kabupaten Mimika.
Menurut menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Timika, kondisi ini mengakibatkan penerbangan di Bandara Mozes Kilangin oleh pesawat besar seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Airfast yang seharusnya berjalan lancar menjadi terkendala.
“Kota Timika terkena imbas langsung dari kabut ini. Visibility pada bandara Mozes Kilangin cuma dua kilometer dan langit diatasnya gelap, sehingga beberapa pesawat yang terbang dialihkan ke Biak, karena tidak bisa landing di bandara. Siangnya baru mereka bisa mendarat,” ujar forecaster BMKG Timika, Fitria Nur Fadlilah, Kamis (8/10).
“Dari data yang kami dapat, titik api, dan asap yang muncul dari titik api itu tertiup dari arah tenggara kearah barat laut, menuju ke Timika,” ujar dia.
Hal senada dituturkan Kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Mimika, John Rettob. Dikatakan kabut asap ini sangat mempengaruhi penerbangan, terutama untuk penerbangan perintis yang melayani daerah-daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
“Kabut asap ini mengganggu visual penerbangan, khusus untuk penerbangan-penerbangan yang tidak menggunakan radar, dan ini lebih banyak pada helikopter kecil yang terbang tanpa mengandalkan pandangan mata saja,” ujarnya.
Dikatakan pihaknya masih akan meninjau peristiwa ini sehingga ketika ancaman terhadap transportasi udara tersebut sudah meningkat. Pihaknya dapat dengan segera membatasi penerbangan dari dan ke Timika guna keselamatan para penumpang. [SalamPapua]