Kabut Asap di Mimika Tidak Ganggu Penerbangan
pada tanggal
Friday, 9 October 2015
TIMIKA (MIMIKA) – Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Mimika menilai asap kabut yang melanda kabupaten Mimika selama satu minggu terakhir ini masih berada pada tingkat yang wajar, sehingga tidak mengganggu jalannya penerbangan maskapai yang beroperasi di Bandara Mozes Kilangin dan bandara-bandara perintis lainnya.
“Sepanjang belum ada keluhan dari operator bandara dan maskapai penerbangan secara resmi, kami juga menilai bahwa penerbangan tidak terganggu,” ujar Kepala Seksi Kebandaan dan Penunjang Keselamatan Penerbangan, Diskominfo Mimika, Dra Luh Putu Marhaeni, MM kepada Salam Papua, Rabu (7/10).
Dikatakan, kabut asap yang dilaporkan berasal dari wilayah selatan ini masih dianggap normal, meski jarak pandang sudah terbatas hingga 3 kilometer.
“Penerbangan masih normal dan kami belum mendapat informasi atas terganggunya penerbangan, dan juga selama beberapa minggu ini jarak pandang akibat kabut asap ini masih berada pada batas kewajaran,” ujarnya.
Menurut dia, masalah jarak pandang ini sudah jadi kendala umum pada pesawat yang akan melakukan pendaratan dan lepas landas di Bandara Mozes Kilangin dan bandara perintis yang ada di Kabupaten Mimika.
“Belum ada gangguan yang berarti, sebab jika masalah kabut, pada pagi hari juga seringkali terdapat kabut yang seringkali tebal sehingga menghambat penerbangan. Tetapi untuk masalah kabut asap kali ini, kami rasa belum masuk ke tingkat yang buruk,” ujar dia.
Dikatakan bukti dari tidak berpengaruhnya kabut asap terhadap penerbangan di Mimika adalah masih lancarnya penerbangan, baik penerbangan konvensional, penerbangan chopper ke Tembagapura hingga penerbangan perintis ke wilayah pegunungan dan pesisir Mimika dan kabupaten sekitar yang dilakukan oleh dua maskapai yang berada dibawah dinasnya yakni Susi Air dan Trigana Air.
“Beberapa maskapai penerbangan masih terbang seperti biasa, sedangkan untuk pesawat kecil saja masih melakukan penerbangan mereka secara normal,” tutur dia.
Sebelumnya, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Papua menyatakan kabut asap meliputi Kabupaten Mimika merupakan imbas dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Selatan Papua diantaranya dari Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel dan Provinsi Western di Papua Nugini.
“Dari data yang kami dapatkan, titik api terbanyak adalah di Merauke,” ujar Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa BMKG Wilayah V Papua, Zem Irianto Padama pada Senin (5/10).
Dikatakan dari data Satelit Sipongi per tanggal 23 September 2015 lalu lebih dari 115 titik api ditemukan di wilayah Merauke, dengan titik terbanyak di Pulau Kimaam atau yang dikenal dengan Pulau Yos Sudarso
“Kabut asap yang ada di Timika, kemungkinan besar berasal dari wilayah selatan. Jadi asap yang berasal dari kebakaran hutan di Merauke dan sekitarnya itu, terbawa oleh angin dari tenggara, menuju ke arah barat laut dan melewati wilayah-wilayah utara Papua, termasuk di Timika,” jelas dia.
Dikatakan meski tidak berdampak kepada masyarakat Mimika dan Papua secara lokal, kebakaran hutan ini nyatanya berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Sebab akibat kebakaran hutan yang terjadi saat ini, sekitar 600 juta ton gas rumah kaca dilepas ke udara sehingga mempengaruhi suhu udara secara global yang semakin panas.
“Kami harapkan adanya kewaspadaan dan kepedulian dari masyarakat sebagai pihak yang secara langsung merasakan hal ini agar dapat mewaspadai adanya kemungkinan kebakaran hutan, baik dari perusahaan ataupun dari masyarakat. Salah satunya dengan cara mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran, dan eksternal perusahaan, seperti sosialisasi akan dampak kebakaran hutan dan membentuk masyarakat peduli api untuk masyarakat sekitar,” tutup dia. [SalamPapua]
“Sepanjang belum ada keluhan dari operator bandara dan maskapai penerbangan secara resmi, kami juga menilai bahwa penerbangan tidak terganggu,” ujar Kepala Seksi Kebandaan dan Penunjang Keselamatan Penerbangan, Diskominfo Mimika, Dra Luh Putu Marhaeni, MM kepada Salam Papua, Rabu (7/10).
Dikatakan, kabut asap yang dilaporkan berasal dari wilayah selatan ini masih dianggap normal, meski jarak pandang sudah terbatas hingga 3 kilometer.
“Penerbangan masih normal dan kami belum mendapat informasi atas terganggunya penerbangan, dan juga selama beberapa minggu ini jarak pandang akibat kabut asap ini masih berada pada batas kewajaran,” ujarnya.
Menurut dia, masalah jarak pandang ini sudah jadi kendala umum pada pesawat yang akan melakukan pendaratan dan lepas landas di Bandara Mozes Kilangin dan bandara perintis yang ada di Kabupaten Mimika.
“Belum ada gangguan yang berarti, sebab jika masalah kabut, pada pagi hari juga seringkali terdapat kabut yang seringkali tebal sehingga menghambat penerbangan. Tetapi untuk masalah kabut asap kali ini, kami rasa belum masuk ke tingkat yang buruk,” ujar dia.
Dikatakan bukti dari tidak berpengaruhnya kabut asap terhadap penerbangan di Mimika adalah masih lancarnya penerbangan, baik penerbangan konvensional, penerbangan chopper ke Tembagapura hingga penerbangan perintis ke wilayah pegunungan dan pesisir Mimika dan kabupaten sekitar yang dilakukan oleh dua maskapai yang berada dibawah dinasnya yakni Susi Air dan Trigana Air.
“Beberapa maskapai penerbangan masih terbang seperti biasa, sedangkan untuk pesawat kecil saja masih melakukan penerbangan mereka secara normal,” tutur dia.
Sebelumnya, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Papua menyatakan kabut asap meliputi Kabupaten Mimika merupakan imbas dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Selatan Papua diantaranya dari Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel dan Provinsi Western di Papua Nugini.
“Dari data yang kami dapatkan, titik api terbanyak adalah di Merauke,” ujar Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa BMKG Wilayah V Papua, Zem Irianto Padama pada Senin (5/10).
Dikatakan dari data Satelit Sipongi per tanggal 23 September 2015 lalu lebih dari 115 titik api ditemukan di wilayah Merauke, dengan titik terbanyak di Pulau Kimaam atau yang dikenal dengan Pulau Yos Sudarso
“Kabut asap yang ada di Timika, kemungkinan besar berasal dari wilayah selatan. Jadi asap yang berasal dari kebakaran hutan di Merauke dan sekitarnya itu, terbawa oleh angin dari tenggara, menuju ke arah barat laut dan melewati wilayah-wilayah utara Papua, termasuk di Timika,” jelas dia.
Dikatakan meski tidak berdampak kepada masyarakat Mimika dan Papua secara lokal, kebakaran hutan ini nyatanya berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Sebab akibat kebakaran hutan yang terjadi saat ini, sekitar 600 juta ton gas rumah kaca dilepas ke udara sehingga mempengaruhi suhu udara secara global yang semakin panas.
“Kami harapkan adanya kewaspadaan dan kepedulian dari masyarakat sebagai pihak yang secara langsung merasakan hal ini agar dapat mewaspadai adanya kemungkinan kebakaran hutan, baik dari perusahaan ataupun dari masyarakat. Salah satunya dengan cara mempersiapkan peralatan pemadam kebakaran, dan eksternal perusahaan, seperti sosialisasi akan dampak kebakaran hutan dan membentuk masyarakat peduli api untuk masyarakat sekitar,” tutup dia. [SalamPapua]