Kabut Asap dari Merauke Ganggu Penerbangan di Mimika
pada tanggal
Sunday, 11 October 2015
TIMIKA (MIMIKA) – Perlahan namun pasti, kabut asap yang dalam beberapa minggu terakhir ini meliputi Kabupaten Mimika semakin menebal. Hal ini mulai mempengaruhi penerbangan salah satu layanan transportasi publik menuju Kota Timika.
Menurut menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Timika, kondisi ini mengakibatkan penerbangan pagi oleh pesawat besar seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Airfast yang seharusnya berjalan lancar menjadi terkendala.
“Kota Timika terkena imbas langsung dari kabut ini. Visibility pada bandara Mozes Kilangin cuma dua kilometer dan langit diatasnya gelap, sehingga beberapa pesawat yang terbang dialihkan ke Biak, karena tidak bisa landing di bandara. Siangnya baru mereka bisa mendarat,” ujar forecaster BMKG Timika, Fitria Nur Fadlilah kepada Salam Papua, Kamis (8/10).
Dikatakan dari data terbaru yang diterima pada hari yang sama, terdapat puluhan titik api baru di wilayah selatan Papua, seperti di Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, serta Provinsi Western di Papua Niugini.
“Dari data kemarin hingga sekarang terdapat peningkatan jumlah titik api, dan asap yang muncul dari titik api itu tertiup dari arah tenggara kearah barat laut,” ujar dia.
Hal senada dituturkan Kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Mimika, John Rettob. Dikatakan kabut asap ini sangat mempengaruhi penerbangan, terutama untuk penerbangan helikopter yang melayani daerah-daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
“Kabut asap ini mengganggu visual penerbangan, khusus untuk penerbangan-penerbangan yang tidak menggunakan radar, dan ini lebih banyak pada helikopter kecil yang terbang tanpa mengandalkan pandangan mata saja. Akibatnya penerbangan dalam beberapa waktu ini hanya satu kali satu hari,” ujarnya.
Akibat kabut ini, semua kegiatan di pemerintahan yang berada di pedalaman yang menggunakan jasa helikopter sangat terganggu.
“Untuk pesawat fixed wings hingga pesawat besar, praktis tidak terlalu ada soal sebab tidak terlalu berpengaruh besar. Tetapi untuk helikopter, sangat terganggu sekali. Saat chopper akan terbang, kita kira langit akan cerah, tapi saat diatas, kabut yang tebal halangi pandangan,” ujarnya.
Dikatakan pihaknya masih akan meninjau fenomena alam ini sehingga ketika ancaman terhadap transportasi udara tersebut sudah meningkat. Pihaknya dapat dengan segera membatasi penerbangan guna keselamatan para penumpangnya.
“Untuk sementara kami belum keluarkan himbauan atau larangan penerbangan apapun terkait kabut asap ini, tidak tahu apakah besok kabut akan bertambah atau tidak,” ujar dia. [SalamPapua]
Menurut menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Timika, kondisi ini mengakibatkan penerbangan pagi oleh pesawat besar seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Airfast yang seharusnya berjalan lancar menjadi terkendala.
“Kota Timika terkena imbas langsung dari kabut ini. Visibility pada bandara Mozes Kilangin cuma dua kilometer dan langit diatasnya gelap, sehingga beberapa pesawat yang terbang dialihkan ke Biak, karena tidak bisa landing di bandara. Siangnya baru mereka bisa mendarat,” ujar forecaster BMKG Timika, Fitria Nur Fadlilah kepada Salam Papua, Kamis (8/10).
Dikatakan dari data terbaru yang diterima pada hari yang sama, terdapat puluhan titik api baru di wilayah selatan Papua, seperti di Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel, serta Provinsi Western di Papua Niugini.
“Dari data kemarin hingga sekarang terdapat peningkatan jumlah titik api, dan asap yang muncul dari titik api itu tertiup dari arah tenggara kearah barat laut,” ujar dia.
Hal senada dituturkan Kepada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Mimika, John Rettob. Dikatakan kabut asap ini sangat mempengaruhi penerbangan, terutama untuk penerbangan helikopter yang melayani daerah-daerah pedalaman Kabupaten Mimika.
“Kabut asap ini mengganggu visual penerbangan, khusus untuk penerbangan-penerbangan yang tidak menggunakan radar, dan ini lebih banyak pada helikopter kecil yang terbang tanpa mengandalkan pandangan mata saja. Akibatnya penerbangan dalam beberapa waktu ini hanya satu kali satu hari,” ujarnya.
Akibat kabut ini, semua kegiatan di pemerintahan yang berada di pedalaman yang menggunakan jasa helikopter sangat terganggu.
“Untuk pesawat fixed wings hingga pesawat besar, praktis tidak terlalu ada soal sebab tidak terlalu berpengaruh besar. Tetapi untuk helikopter, sangat terganggu sekali. Saat chopper akan terbang, kita kira langit akan cerah, tapi saat diatas, kabut yang tebal halangi pandangan,” ujarnya.
Dikatakan pihaknya masih akan meninjau fenomena alam ini sehingga ketika ancaman terhadap transportasi udara tersebut sudah meningkat. Pihaknya dapat dengan segera membatasi penerbangan guna keselamatan para penumpangnya.
“Untuk sementara kami belum keluarkan himbauan atau larangan penerbangan apapun terkait kabut asap ini, tidak tahu apakah besok kabut akan bertambah atau tidak,” ujar dia. [SalamPapua]