Biak Numfor jadi Tuan Rumah Festival Film Etnik Nusantara se Indonesia (FFENI) 2015
pada tanggal
Friday, 9 October 2015
BIAK (BIAK NUMFOR) - Kabupaten Biak Numfor menjadi tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Festival Film Etnik Nusantara se Indonesia (FFENI) tahun 2015.
Sekretaris panitia penyelenggara Jefri Simanjuntak di Biak, Selasa (6/10), mengatakan event festival film etnik merupakan wujud nyata mengangkat potensi budaya asli Papua di ajang nasional.
"Saat ini sudah sekitar 30-an film etnik dari berbagai daerah Indonesia siap menjadi peserta lomba, ya jumlah ini diperkirakan kian meningkat hingga menjelang pelaksanaan 15 November 2015," ungkap Jefri.
Ia mengakui, untuk mendukung pelaksanaan festival film etnik akan hadir sejumlah artis nasional yang telah siap datang ke tanah Papua menghadiri acara event film etnik nasional ini.
Disinggung dengan dukungan pendanaan festival film etnik, menurut Jefri, siap dibantu pemkab dan Bupati Biak Numfor Thomas Ondy.
Pemkab sudah mengalokasikan dana bantuan untuk mendukung pelaksanaan film etnik Papua di Kabupaten Biak Numfor, menurut Jefri, sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam menunjang kegiagan seni bernuansa etnik Papua.
Tujuan festival film etnik, menurut Jefri, untuk mengangkat potensi budaya daerah dalam rangka menunjang program pariwisata dan kebudayaan asli Papua.
"Ya harapan kami pelaksanaan festival film dapat berlangsung sesuai jadwal dan mendapat dukungan berbagai komponen masyarakat nusantara di tanah Papua," harapnya
Berdasarkan data festival film etnik Papua 2015 melibatkan masyarakat adat dan menunjuk Ketua Komisi A DPRD Adolf Baransano sebagai ketua panitia pelaksana.
FFENI ini digagas oleh Pemda Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu program kegiatan berasaskan ‘Kebangkitan Perfilman di Tanah Papua’ yang telah dideklarasikan oleh Gubernur Provinsi Papua di tahun lalu.
“Festival Film Pendek Etnik Nusantara merupakan salah satu program kegiatan yang berasaskan Kebangkitan Perfilman di Tanah Papua yang pernah di deklarasikan oleh Gubernur Provinsi Papua pada tahun 2014.”, ujar Adolf Ak Baransano SD, Ketua Pelaksana Festival Film Etnik Nusantara Se-Indonesia Biak Papua, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, (23/9)
Dengan mengedepankan konten potensi dan keragaman budaya Nusantara, festival yang akan dihelat sebagai peristiwa budaya yang bertujuan mengangkat prestasi dan promosi bagi kabupaten dan kota seluruh Indonesia. Untuk itu, Pemkab Biak Numfor mengundang para penggiat dan komunitas film dari seluruh Indonesia untuk ikut berpartisipasi sekaligus berkompetisi membuat film pendek.
Dengan harapan, kompetisi ini akan diikuti oleh karya film dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas dan penggiat perfilman daerah, diharapkan film peserta akan mengetengahkan gaya bertutur anak muda. Untuk itu genre film yang tepat untuk dikompetisikan adalah genre film pendek dengan durasi 15-30 menit. Ketentuan yang disyaratkan adalah film peserta wajib mengetengahkan potensi dan karakter budaya daerah dalam bentuk fiksi.
Menurut Adolf yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Biak Numfor, pemerintah sangat mendukung.
“Bagi Pemda Kabupaten Biak Numfor, Festival Film Etnik Nusantara Se-Indonesia Biak Papua merupakan kegiatan yang sangat strategis dan penting diselenggarakan karena Pemprov Papua dalam beberapa tahun terakhir rutin menyelenggarakan pagelaran budaya di Kab. Biak Numfor”.
Karenanya, kegiatan ini juga sudah menjadi komitmen Pemda dalam pembangunan sektor pariwisata melalui pengembangan potensi budaya dan adat istiadat. Hal ini sejalan dengan misi Bupati yakni untuk meningkatkan suasana aman dan damai dalam masyarakat yang dilandasi nili-nilai keagamaan dan nilai adat istiadat. Dengan adanya kemudahan akses transportasi secara nasional, Biak layak melaksanakan kegiatan bertaraf Nasional bahkan Internasional yang dapat menjadi bahagian dari promosi daerah.
Dengan dukungan Dewan Kesenian Tanah Papua, serta melibatkan Dewan Juri yang terdiri atas Clara Shinta (Artis), Abdulah Yuliarso (Alumni IKJ / Penggiat Perfilman), Nomensen Mambraku (Ketua Dewan Kesenian Tanah Papua), Akhlis Suryapati (Ketum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia) dan Simon Siby (Seniman Lokal), tentunya selain diharapkan mampu memberikan informasi potensi daerah, maka ajang kompetisi Film Pendek ini juga bertujuan untuk mendukung pengembangan potensi wilayah pariwisata, sosial, seni budaya dengan esensi cerita yang di dalamnya berorientasi kepada kandungan unsur dan norma-norma pendidikan yang santun.
IMG_4064Meski sampai saat ini di Biak belum ada bioskop, namun dengan keterlibatan Biak Indie ( Komunitas Film Biak) sebagai penggerak Festival Film Pendek Etnik Nusantara, yang didukung sepenuhnya oleh jajaran Pemda Kabupaten Biak Numfor dan jajaran DPRD Biak Numfor, maka diharapkan langkah Pemda Kabupaten Biak ini dapat menjadi contoh dan diikuti oleh kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.
Hal ini menjadi bukti bahwa ktifitas film di Biak tetap bergeliat. dimotori oleh Komunitas Film yang didukung oleh Pemda. Jangka panjangnya, kegiatan ini akan memicu tumbuhnya industri dan pasar film lokal (bioskop) melalui program desentralisasi perfilman nasional.
Semangat menempatkan film berkarakter budaya lokal akan menjadi semacam “cultural belt”, sabuk budaya yang dapat membentengi masyarakat dari pengaruh negatif budaya global yang semakin intens merasuk kesegala lapis masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi informasi seperti melalui televisi dan sosial media. Dan ini akan menjadi bagian dari strategi kebudayaan nasional melalui film berbasis budaya lokal. [Antara/CoverageMagazine]
Sekretaris panitia penyelenggara Jefri Simanjuntak di Biak, Selasa (6/10), mengatakan event festival film etnik merupakan wujud nyata mengangkat potensi budaya asli Papua di ajang nasional.
"Saat ini sudah sekitar 30-an film etnik dari berbagai daerah Indonesia siap menjadi peserta lomba, ya jumlah ini diperkirakan kian meningkat hingga menjelang pelaksanaan 15 November 2015," ungkap Jefri.
Ia mengakui, untuk mendukung pelaksanaan festival film etnik akan hadir sejumlah artis nasional yang telah siap datang ke tanah Papua menghadiri acara event film etnik nasional ini.
Disinggung dengan dukungan pendanaan festival film etnik, menurut Jefri, siap dibantu pemkab dan Bupati Biak Numfor Thomas Ondy.
Pemkab sudah mengalokasikan dana bantuan untuk mendukung pelaksanaan film etnik Papua di Kabupaten Biak Numfor, menurut Jefri, sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam menunjang kegiagan seni bernuansa etnik Papua.
Tujuan festival film etnik, menurut Jefri, untuk mengangkat potensi budaya daerah dalam rangka menunjang program pariwisata dan kebudayaan asli Papua.
"Ya harapan kami pelaksanaan festival film dapat berlangsung sesuai jadwal dan mendapat dukungan berbagai komponen masyarakat nusantara di tanah Papua," harapnya
Berdasarkan data festival film etnik Papua 2015 melibatkan masyarakat adat dan menunjuk Ketua Komisi A DPRD Adolf Baransano sebagai ketua panitia pelaksana.
FFENI ini digagas oleh Pemda Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu program kegiatan berasaskan ‘Kebangkitan Perfilman di Tanah Papua’ yang telah dideklarasikan oleh Gubernur Provinsi Papua di tahun lalu.
“Festival Film Pendek Etnik Nusantara merupakan salah satu program kegiatan yang berasaskan Kebangkitan Perfilman di Tanah Papua yang pernah di deklarasikan oleh Gubernur Provinsi Papua pada tahun 2014.”, ujar Adolf Ak Baransano SD, Ketua Pelaksana Festival Film Etnik Nusantara Se-Indonesia Biak Papua, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, (23/9)
Dengan mengedepankan konten potensi dan keragaman budaya Nusantara, festival yang akan dihelat sebagai peristiwa budaya yang bertujuan mengangkat prestasi dan promosi bagi kabupaten dan kota seluruh Indonesia. Untuk itu, Pemkab Biak Numfor mengundang para penggiat dan komunitas film dari seluruh Indonesia untuk ikut berpartisipasi sekaligus berkompetisi membuat film pendek.
Dengan harapan, kompetisi ini akan diikuti oleh karya film dari kalangan pelajar, mahasiswa, komunitas dan penggiat perfilman daerah, diharapkan film peserta akan mengetengahkan gaya bertutur anak muda. Untuk itu genre film yang tepat untuk dikompetisikan adalah genre film pendek dengan durasi 15-30 menit. Ketentuan yang disyaratkan adalah film peserta wajib mengetengahkan potensi dan karakter budaya daerah dalam bentuk fiksi.
Menurut Adolf yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Biak Numfor, pemerintah sangat mendukung.
“Bagi Pemda Kabupaten Biak Numfor, Festival Film Etnik Nusantara Se-Indonesia Biak Papua merupakan kegiatan yang sangat strategis dan penting diselenggarakan karena Pemprov Papua dalam beberapa tahun terakhir rutin menyelenggarakan pagelaran budaya di Kab. Biak Numfor”.
Karenanya, kegiatan ini juga sudah menjadi komitmen Pemda dalam pembangunan sektor pariwisata melalui pengembangan potensi budaya dan adat istiadat. Hal ini sejalan dengan misi Bupati yakni untuk meningkatkan suasana aman dan damai dalam masyarakat yang dilandasi nili-nilai keagamaan dan nilai adat istiadat. Dengan adanya kemudahan akses transportasi secara nasional, Biak layak melaksanakan kegiatan bertaraf Nasional bahkan Internasional yang dapat menjadi bahagian dari promosi daerah.
Dengan dukungan Dewan Kesenian Tanah Papua, serta melibatkan Dewan Juri yang terdiri atas Clara Shinta (Artis), Abdulah Yuliarso (Alumni IKJ / Penggiat Perfilman), Nomensen Mambraku (Ketua Dewan Kesenian Tanah Papua), Akhlis Suryapati (Ketum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia) dan Simon Siby (Seniman Lokal), tentunya selain diharapkan mampu memberikan informasi potensi daerah, maka ajang kompetisi Film Pendek ini juga bertujuan untuk mendukung pengembangan potensi wilayah pariwisata, sosial, seni budaya dengan esensi cerita yang di dalamnya berorientasi kepada kandungan unsur dan norma-norma pendidikan yang santun.
IMG_4064Meski sampai saat ini di Biak belum ada bioskop, namun dengan keterlibatan Biak Indie ( Komunitas Film Biak) sebagai penggerak Festival Film Pendek Etnik Nusantara, yang didukung sepenuhnya oleh jajaran Pemda Kabupaten Biak Numfor dan jajaran DPRD Biak Numfor, maka diharapkan langkah Pemda Kabupaten Biak ini dapat menjadi contoh dan diikuti oleh kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.
Hal ini menjadi bukti bahwa ktifitas film di Biak tetap bergeliat. dimotori oleh Komunitas Film yang didukung oleh Pemda. Jangka panjangnya, kegiatan ini akan memicu tumbuhnya industri dan pasar film lokal (bioskop) melalui program desentralisasi perfilman nasional.
Semangat menempatkan film berkarakter budaya lokal akan menjadi semacam “cultural belt”, sabuk budaya yang dapat membentengi masyarakat dari pengaruh negatif budaya global yang semakin intens merasuk kesegala lapis masyarakat sejalan dengan kemajuan teknologi informasi seperti melalui televisi dan sosial media. Dan ini akan menjadi bagian dari strategi kebudayaan nasional melalui film berbasis budaya lokal. [Antara/CoverageMagazine]