Penanggulangan HIV-AIDS di Kilo 10 Efektif
pada tanggal
Friday, 18 September 2015
TIMIKA (MIMIKA) – Upaya penanggulangan HIV-AIDS kepada pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Kilo 10, Kelurahan Kadun Jaya, Distrik Wania telah berjalan efektif dan selalu dipantau.
“Kasus HIV yang kita temui terakhir adalah dari dua orang wanita yang datang dari Jawa, mereka sudah dikembalikan setelah sebelumnya menjalani pemeriksaan rutin yang kami lakukan,” ujar pendamping Orang Pengidap HIV-AIDS (ODHA) di Kilo 10 dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika, Susilowati, pada Selasa (15/9).
Ia menyatakan wacana ini sangat diterima dan diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada pemerintah, masyarakat juga kepada penghuni itu sendiri.
“Kalau tempat ini ditutup, tidak apa-apa, mungkin saja dengan cara seperti ini, rekan-rekan mendapatkan kehidupan yang baru dan lebih baik lagi, seperti membuka usaha rumah makan, toko atau pekerjaan lainnya sehingga menjadi berkat,” ujarnya kepada Salam Papua saat ditemui di Posko Komisi Penanggulangan AIDS
“Pencegahan ini kami lakukan supaya tidak ada penyebaran virus ke yang lainnya juga kepada para pelanggan, sehingga mereka yang dinilai ‘sakit’ kita langsung pulangkan ke daerahnya,”
Susi menyatakan, mereka telah memeriksa 15 orang pekerja yang baru masuk dalam beberapa bulan terakhir ini baik identitas maupun kesehatan mereka, dan mayoritas dari mereka telah dikembalikan ke daerah mereka karena sebagian darinya merupakan penghuni Lokalisasi Tanjung Elmo, Kabupaten Jayapura yang telah ditutup pada beberapa waktu lalu.
“Sedangkan mereka yang dari Jayapura, kami sudah arahkan mereka supaya pulang kembali ke daerah mereka. Sesuai dengan program yang diharapkan pemerintah, sedangkan untuk kembali ke Timika setelah enam bulan atau lebih itu adalah hak mereka,” ungkap dia.
Sedangkan terkait ancaman HIV-AIDS melalui para PSK yang menjadi peserta progam penutupan lokalisasi ini pihaknya memastikan sudah tidak ada lagi ancaman tersebut sebab pihaknya selalu memperbaharui data-data primer dari setiap para pekerja yang ada di tempat tersebut.
“Kami setiap bulan mendata ulang para pekerja, sehingga kita tahu jumlah yang ada serta anak baru yang datang, yang lama, yang sakit dan yang sehat, sudah kita tahu. Sehingga dapat dibilang tidak ada masalah terkait HIV-AIDS disini dan kami berharap mudah-mudahan tidak ada masalah lagi,” terang dia. [Papuanesia]
“Kasus HIV yang kita temui terakhir adalah dari dua orang wanita yang datang dari Jawa, mereka sudah dikembalikan setelah sebelumnya menjalani pemeriksaan rutin yang kami lakukan,” ujar pendamping Orang Pengidap HIV-AIDS (ODHA) di Kilo 10 dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Mimika, Susilowati, pada Selasa (15/9).
Ia menyatakan wacana ini sangat diterima dan diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada pemerintah, masyarakat juga kepada penghuni itu sendiri.
“Kalau tempat ini ditutup, tidak apa-apa, mungkin saja dengan cara seperti ini, rekan-rekan mendapatkan kehidupan yang baru dan lebih baik lagi, seperti membuka usaha rumah makan, toko atau pekerjaan lainnya sehingga menjadi berkat,” ujarnya kepada Salam Papua saat ditemui di Posko Komisi Penanggulangan AIDS
“Pencegahan ini kami lakukan supaya tidak ada penyebaran virus ke yang lainnya juga kepada para pelanggan, sehingga mereka yang dinilai ‘sakit’ kita langsung pulangkan ke daerahnya,”
Susi menyatakan, mereka telah memeriksa 15 orang pekerja yang baru masuk dalam beberapa bulan terakhir ini baik identitas maupun kesehatan mereka, dan mayoritas dari mereka telah dikembalikan ke daerah mereka karena sebagian darinya merupakan penghuni Lokalisasi Tanjung Elmo, Kabupaten Jayapura yang telah ditutup pada beberapa waktu lalu.
“Sedangkan mereka yang dari Jayapura, kami sudah arahkan mereka supaya pulang kembali ke daerah mereka. Sesuai dengan program yang diharapkan pemerintah, sedangkan untuk kembali ke Timika setelah enam bulan atau lebih itu adalah hak mereka,” ungkap dia.
Sedangkan terkait ancaman HIV-AIDS melalui para PSK yang menjadi peserta progam penutupan lokalisasi ini pihaknya memastikan sudah tidak ada lagi ancaman tersebut sebab pihaknya selalu memperbaharui data-data primer dari setiap para pekerja yang ada di tempat tersebut.
“Kami setiap bulan mendata ulang para pekerja, sehingga kita tahu jumlah yang ada serta anak baru yang datang, yang lama, yang sakit dan yang sehat, sudah kita tahu. Sehingga dapat dibilang tidak ada masalah terkait HIV-AIDS disini dan kami berharap mudah-mudahan tidak ada masalah lagi,” terang dia. [Papuanesia]