Pemuda Kamoro dan Asmat Dominasi TKBM Pelabuhan
pada tanggal
Saturday, 5 September 2015
POMAKO (MIMIKA) – Kepala Kampung Pomako, John Yakiwur menyatakan kebanyakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Pomako, Distrik Mimika Timur merupakan warga asli Kamoro dan Asmat.
“Kalau keseluruhan TKBM di Pelabuhan Pomako yang sekarang ini ada 27 regu mencapai dua ribu anak Kamoro dan Asmat yang jadi anggotanya,” ujarnya kepada Salam Papua, Rabu (2/9)
Dikatakan, TKBM yang mayoritas pemuda ini berdomisili di Kampung Cenderawasih, Pomako, Mware dan Hiripau. Hampir semua dari mereka adalah pengangguran.
“Selama ini banyak anak-anak pemuda yang menuntut diberikan lapangan kerja, dan saya arahkan mereka untuk jadi TKBM saja karena lebih dekat dengan rumah mereka. Sebab dari syahbandar, kepala KP3 Laut dan kepala TKBM juga terima mereka,” ungkap John.
Ia mengklaim, cara ini dinilai berhasil mengurangi tingkat konsumsi minuman keras dikalangan anak muda pada kampung tersebut. Meski diakui pengurangannya masih kecil.
“Ini juga salah satu cara untuk kurangi aktivitas mereka dengan miras, sehingga mereka ada pekerjaan yang buat mereka sibuk,” tukas dia.
Hal senada disampaikan Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Pomako, Pieter Rumbino menyatakan saat ini TKBM di wilayahnya berjumlah 27 kelompok regu yang berasal dari suku Kamoro dan Asmat.
“Mereka yang bekerja menjadi TKBM ini berusia diatas 17 tahun dengan tempat tinggal mereka kebanyakan dari Kampung Cenderawasih hingga Mware,” ungkapnya, Rabu (26/8).
Dikatakan, meski yang terdaftar mencapai ribuan orang, jumlah TKBM yang saat ini masih bekerja sangatlah sedikit.
“Mereka yang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk masuk adalah dari pemuda Asmat dan Kamoro, namun sayangnya hanya sekitar 504 orang yang masih aktif bekerja sampai sekarang,” ujar Rumbino.
Sembari menegaskan ke 500 pekerja ini telah diberikan tunjangan dan fasilitas pemantau
“Mereka juga sudah diberikan tunjangan serta jaminan dari Jamsostek Tenaga Kerja serta pelatihan-pelatihan ke luar daerah hingga skala nasional, beberapa perwakilan mengikuti sosialisasi dan studi banding tentang TKBM di daerah lain sehingga dapat menerapkannya di pelabuhan ini serta mengajarkan hal itu ke rekan-rekan mereka,” jelas dia.
Ia menadaskan pihaknya selalu memantau aktivitas bongkar muat yang dilakukan TKBM sehingga dapat maksimal dalam proses waktu bongkar-muat barang di Pelabuhan Pomako.
“Sehingga mereka dapat menjawab produktifitas bongkar muat di Pomako, mulai dari kapal ke depo, lalu dari depo ke kota, dan dari situlah kita bisa mengevaluasi sistim kerja mereka,” tutup dia mengakhiri wawancara. [SalamPapua]
“Kalau keseluruhan TKBM di Pelabuhan Pomako yang sekarang ini ada 27 regu mencapai dua ribu anak Kamoro dan Asmat yang jadi anggotanya,” ujarnya kepada Salam Papua, Rabu (2/9)
Dikatakan, TKBM yang mayoritas pemuda ini berdomisili di Kampung Cenderawasih, Pomako, Mware dan Hiripau. Hampir semua dari mereka adalah pengangguran.
“Selama ini banyak anak-anak pemuda yang menuntut diberikan lapangan kerja, dan saya arahkan mereka untuk jadi TKBM saja karena lebih dekat dengan rumah mereka. Sebab dari syahbandar, kepala KP3 Laut dan kepala TKBM juga terima mereka,” ungkap John.
Ia mengklaim, cara ini dinilai berhasil mengurangi tingkat konsumsi minuman keras dikalangan anak muda pada kampung tersebut. Meski diakui pengurangannya masih kecil.
“Ini juga salah satu cara untuk kurangi aktivitas mereka dengan miras, sehingga mereka ada pekerjaan yang buat mereka sibuk,” tukas dia.
Hal senada disampaikan Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Pomako, Pieter Rumbino menyatakan saat ini TKBM di wilayahnya berjumlah 27 kelompok regu yang berasal dari suku Kamoro dan Asmat.
“Mereka yang bekerja menjadi TKBM ini berusia diatas 17 tahun dengan tempat tinggal mereka kebanyakan dari Kampung Cenderawasih hingga Mware,” ungkapnya, Rabu (26/8).
Dikatakan, meski yang terdaftar mencapai ribuan orang, jumlah TKBM yang saat ini masih bekerja sangatlah sedikit.
“Mereka yang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk masuk adalah dari pemuda Asmat dan Kamoro, namun sayangnya hanya sekitar 504 orang yang masih aktif bekerja sampai sekarang,” ujar Rumbino.
Sembari menegaskan ke 500 pekerja ini telah diberikan tunjangan dan fasilitas pemantau
“Mereka juga sudah diberikan tunjangan serta jaminan dari Jamsostek Tenaga Kerja serta pelatihan-pelatihan ke luar daerah hingga skala nasional, beberapa perwakilan mengikuti sosialisasi dan studi banding tentang TKBM di daerah lain sehingga dapat menerapkannya di pelabuhan ini serta mengajarkan hal itu ke rekan-rekan mereka,” jelas dia.
Ia menadaskan pihaknya selalu memantau aktivitas bongkar muat yang dilakukan TKBM sehingga dapat maksimal dalam proses waktu bongkar-muat barang di Pelabuhan Pomako.
“Sehingga mereka dapat menjawab produktifitas bongkar muat di Pomako, mulai dari kapal ke depo, lalu dari depo ke kota, dan dari situlah kita bisa mengevaluasi sistim kerja mereka,” tutup dia mengakhiri wawancara. [SalamPapua]