Pembangunan Rel Kereta Tanah Papua Dipastikan Molor
pada tanggal
Wednesday, 30 September 2015
JAKARTA - Kementerian Perhubungan menyatakan kajian awal pembangunan rel kereta di Papua memerlukan waktu yang panjang.
Bahkan, pemerintah pesimistis tahapan feasibility study (FS) atawa studi kelayakan proyek rel kereta bisa rampung tahun ini.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, kendala utama dalam pelaksanaan kajian tersebut lantaran.
Kondisi wilayah yang masih baru sehingga memerlukan persiapan awal.
"Tidak mungkin bisa selesai tahun ini, tidak yakin saya bisa selesai," kata dia, Selasa (29/9).
Sesuai rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah berencana mengembangkan jaringan rel kereta di sejumlah wilayah di Indonesia.
Untuk di Papua, pemerintah akan mengembangan jaringan rel kereta sepanjang 100 kilometer (km) untuk dua rute, yakni Sorong-Manokwari dan Jayapura Sarmi.
Kementerian Perhubungan ditugaskan melakukan kajian awal berupa FS serta tahapan detail engineering design (DED) untuk untuk rute Sorong-Manokwari.
Jonan bilang, saat ini pihaknya telah menugaskan tim untuk mempersiapkan pelaksanaan survei di wilayah setempat.
Menurut Jonan, pelaksanaan FS dan DED membutuhkan waktu lama lantaran di wilayah tersebut belum terdapat hasil kajian topografi atawa studi terkait kondisi permukaan tanah.
Namun, ia tidak memastikan target penyelesaian tahapan awal proyek jaringan rel kereta ini.
"Kegiatannya memerlukan waktu lama karena studi topografinya juga tidak ada," jelas dia.
Asal tahu saja, seluruh anggaran pembangunan jaringan rel kereta Papua akan berasal dari APBN. Untuk kegiatan FS, alokasi anggaran yang disiapkan Kementerian Perhubungan mencapai Rp 6 miliar.
Nantinya, setelah kegiatan FS rampung, akan dilanjutkan kegiatan DED.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan kebutuhan anggaran desain mencapai Rp 30 miliar. [Kontan]
Bahkan, pemerintah pesimistis tahapan feasibility study (FS) atawa studi kelayakan proyek rel kereta bisa rampung tahun ini.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, kendala utama dalam pelaksanaan kajian tersebut lantaran.
Kondisi wilayah yang masih baru sehingga memerlukan persiapan awal.
"Tidak mungkin bisa selesai tahun ini, tidak yakin saya bisa selesai," kata dia, Selasa (29/9).
Sesuai rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah berencana mengembangkan jaringan rel kereta di sejumlah wilayah di Indonesia.
Untuk di Papua, pemerintah akan mengembangan jaringan rel kereta sepanjang 100 kilometer (km) untuk dua rute, yakni Sorong-Manokwari dan Jayapura Sarmi.
Kementerian Perhubungan ditugaskan melakukan kajian awal berupa FS serta tahapan detail engineering design (DED) untuk untuk rute Sorong-Manokwari.
Jonan bilang, saat ini pihaknya telah menugaskan tim untuk mempersiapkan pelaksanaan survei di wilayah setempat.
Menurut Jonan, pelaksanaan FS dan DED membutuhkan waktu lama lantaran di wilayah tersebut belum terdapat hasil kajian topografi atawa studi terkait kondisi permukaan tanah.
Namun, ia tidak memastikan target penyelesaian tahapan awal proyek jaringan rel kereta ini.
"Kegiatannya memerlukan waktu lama karena studi topografinya juga tidak ada," jelas dia.
Asal tahu saja, seluruh anggaran pembangunan jaringan rel kereta Papua akan berasal dari APBN. Untuk kegiatan FS, alokasi anggaran yang disiapkan Kementerian Perhubungan mencapai Rp 6 miliar.
Nantinya, setelah kegiatan FS rampung, akan dilanjutkan kegiatan DED.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan kebutuhan anggaran desain mencapai Rp 30 miliar. [Kontan]