Paulus Waterpauw Akui Kesulitan Temui Para Pelaku Penculikan Sudirman dan Badar
pada tanggal
Friday, 18 September 2015
KOTA JAYAPURA - Dua warga negara Indonesia yang diculik kelompok bersenjata di Papua Niugini (PNG) hingga hari Kamis (17/09) WIT belum juga bisa dibebaskan.
Kapolda Papua, Irjen Polisi Paulus Waterpauw, menjelaskan bahwa tim perunding dari Indonesia yang berusaha menemui pelaku penculikan bahkan menerima ancaman.
"Tim kami mendapat tekanan, diancam oleh kelompok penyekap. Jadi (perundingan untuk membebaskan dua WNI) tak bisa dilanjutkan," kata Waterpauw kepada wartawan BBC Indonesia, Mohamad Susilo.
"Ancamannya tim akan ditembak," ungkap Waterpauw.
Tim ini terdiri dari tiga kepala suku di perbatasan antara Papua dan Papua Niugini yang didampingi beberapa perwira polisi.
Meski belum berhasil, tim Indonesia mendapatkan foto bahwa dua WNI, Hasanuddin dan Badar, memang dipastikan disekap oleh kelompok bersenjata di lokasi yang masuk wilayah Papua Niugini.
Waterpauw mengatakan keduanya ditangkap oleh apa yang disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata sejak akhir pekan lalu.
Ada tiga WNI lain dalam insiden ini, satu mengalami luka tembak, dua melarikan diri dan sekarang dalam keadaan aman. Sedang dua lagi -Hasanuddin dan Badar- ditangkap dan belakangan diketahui dibawa masuk ke Papua Nugini.
Polda Papua bersama pihak-pihak terkait melakukan pengejaran, tapi upaya ini tak bisa diteruskan karena pelaku penculikan membawa Hasanuddin dan Badar ke wilayah Papua Niugini.
Kepolisian juga memastikan, dua warga itu bukan diculik oleh Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).
"Kelompok penculik diperkirakan orang Indonesia," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Suharsono di kantornya, Kamis (17/9).
Suharsono melanjutkan, Kapolda Papua Irjen (Pol) Paulus Waterpauw sudah berkomunikasi dengan salah seorang pimpinan OPM yang sebelumnya dituduh menculik dua WNI, yakni Jeffrey Pagawak.
"Dia (Jefrey) yang selama ini diduga pelaku sudah menghubungi Kapolda. Dia sudah bilang tidak terlibat," ujar Suharsono.
Bahkan, Jefrey mengajukan diri ke Kapolda untuk ikut membantu mencari dua WNI tersebut. Di sisi lain, Suharsono mengatakan bahwa kepolisian masih mengidentifikasi kelompok penculik dua WNI tersebut.
Suharsono mengatakan, tentara PNG telah menemukan kamp di hutan. Kamp itu diduga sebagai tempat para penculik beraktivitas sementara. Namun, pada saat ditemukan, kamp itu dalam keadaan kosong.
Sebelumnya diberitakan, kelompok bersenjata tak dikenal menyerang beberapa penebang kayu di Hutan Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Rabu (9/9) lalu.
Dalam kejadian itu, Kuba Marmahu (38) mengalami luka tembak dan luka panah. Ia berhasil diselamatkan Pasukan Penjaga Perbatasan yang kemudian mengevakuasinya ke RS Keerom.
Berselang sehari, Sudirman dan Badar yang bekerja sebagai penebang kayu dikabarkan hilang sejak penyerangan itu. Pada hari Sabtu, 12 September, Konsulat RI di Vanimo menginformasikan bahwa dua warga negara Indonesia disandera kelompok bersenjata di wilayah PNG.[Kompas]
Kapolda Papua, Irjen Polisi Paulus Waterpauw, menjelaskan bahwa tim perunding dari Indonesia yang berusaha menemui pelaku penculikan bahkan menerima ancaman.
"Tim kami mendapat tekanan, diancam oleh kelompok penyekap. Jadi (perundingan untuk membebaskan dua WNI) tak bisa dilanjutkan," kata Waterpauw kepada wartawan BBC Indonesia, Mohamad Susilo.
"Ancamannya tim akan ditembak," ungkap Waterpauw.
Tim ini terdiri dari tiga kepala suku di perbatasan antara Papua dan Papua Niugini yang didampingi beberapa perwira polisi.
Meski belum berhasil, tim Indonesia mendapatkan foto bahwa dua WNI, Hasanuddin dan Badar, memang dipastikan disekap oleh kelompok bersenjata di lokasi yang masuk wilayah Papua Niugini.
Waterpauw mengatakan keduanya ditangkap oleh apa yang disebut sebagai kelompok kriminal bersenjata sejak akhir pekan lalu.
Ada tiga WNI lain dalam insiden ini, satu mengalami luka tembak, dua melarikan diri dan sekarang dalam keadaan aman. Sedang dua lagi -Hasanuddin dan Badar- ditangkap dan belakangan diketahui dibawa masuk ke Papua Nugini.
Polda Papua bersama pihak-pihak terkait melakukan pengejaran, tapi upaya ini tak bisa diteruskan karena pelaku penculikan membawa Hasanuddin dan Badar ke wilayah Papua Niugini.
Kepolisian juga memastikan, dua warga itu bukan diculik oleh Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).
"Kelompok penculik diperkirakan orang Indonesia," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Suharsono di kantornya, Kamis (17/9).
Suharsono melanjutkan, Kapolda Papua Irjen (Pol) Paulus Waterpauw sudah berkomunikasi dengan salah seorang pimpinan OPM yang sebelumnya dituduh menculik dua WNI, yakni Jeffrey Pagawak.
"Dia (Jefrey) yang selama ini diduga pelaku sudah menghubungi Kapolda. Dia sudah bilang tidak terlibat," ujar Suharsono.
Bahkan, Jefrey mengajukan diri ke Kapolda untuk ikut membantu mencari dua WNI tersebut. Di sisi lain, Suharsono mengatakan bahwa kepolisian masih mengidentifikasi kelompok penculik dua WNI tersebut.
Suharsono mengatakan, tentara PNG telah menemukan kamp di hutan. Kamp itu diduga sebagai tempat para penculik beraktivitas sementara. Namun, pada saat ditemukan, kamp itu dalam keadaan kosong.
Sebelumnya diberitakan, kelompok bersenjata tak dikenal menyerang beberapa penebang kayu di Hutan Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Rabu (9/9) lalu.
Dalam kejadian itu, Kuba Marmahu (38) mengalami luka tembak dan luka panah. Ia berhasil diselamatkan Pasukan Penjaga Perbatasan yang kemudian mengevakuasinya ke RS Keerom.
Berselang sehari, Sudirman dan Badar yang bekerja sebagai penebang kayu dikabarkan hilang sejak penyerangan itu. Pada hari Sabtu, 12 September, Konsulat RI di Vanimo menginformasikan bahwa dua warga negara Indonesia disandera kelompok bersenjata di wilayah PNG.[Kompas]